TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS
Showing posts with label Tutorial Blog. Show all posts
Showing posts with label Tutorial Blog. Show all posts

Tuesday, September 8, 2020

TUNGKU ABU USMAN AL-FAUZI LUENG IE

 Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'GROP KISAH ULAMA ACEH 2 ABU USMAN AL-FAUZI ABU LUENG IE'

Halaman 2.

BIOGRAFI LENGKAP :
ABU USMAN AL-FAUZI.
-----------------------
ABU LUENG IE.
ULAMA KHARISMATIK ACEH.

PERJALAN PANJANG SEORANG
ULAMA BESAR SAAT ITU.
HINGGA PERJUANGAN DALAM
MEMBEBTENGI AQIDAH UMMAT.
------------------------

SUATU MALAM ABU MENDATANGI ISTRI PASCA
AKAD NIKAH.
Tidak ubahnya malam pertama. Karena UMI NURAINI merasa dijodohkan oleh ORANG TUA dengan ABU.

Sebab orang TUA UMI suka menantu dari kalangan TEUNGKU.
Setelah menikah, UMI SEAKAN TIDAK CINTA pada ABU.
Sehingga kewajiban MELAYANI suami jarang dipenuhi.
Suatu malam :
ABU DATANGI ISTRINYA.
"ADAKAH HAJAT MALAM INI ?
TANYA ABU PADA UMI.
UMI CUEK.

Ia menolak hajatan itu.
Karena merasa tidak ada keperluan dari istri, lalu ABU masuk dalam bilik KECIL, tempat IA BIASA BERZIKIR.
Hampir sepanjang MALAM IA HABISKAN waktu untuk BERZIKIR dan TA'ABUD PADA ALLAH.

UMI YANG HERAN DENGAN kebiasaan ABU di bilik kacil,
lalu bangun dari tempat tidur,
dan mengintip apa yang dilakukan ABU di tempat SUNYI ITU.

Saat mengintip, UMI MELIHAT SUATU YANG ANEH dan TAKJUB.
Ia melihat CAHAYA DI TEMPAT DUDUK SUAMINYA.
ABU seperti duduk di atas CAHAYA LAYAKNYA AWAN.

Dalam cerita humor Abon,
UMI langsung LARI untuk MENANGKAP SUAMINYA yang seakan hendak dibawa lari oleh : CAHAYA ITU LEWAT JENDELA.
SEJAK SAAT ITULAH UMI MULAI KAGUM ABU.
Dan mulai menunaikan haknya SEBAGAI ISTRI.

"LALU LAHIRLAH BANG MUHIB, dan ada kami", UCAP ABON HUMOR SAMBIL TERSENYUM.
Saya memperhatikan jamaah. Seperti ada air mata yang menetes dari pelupak mata mereka. Bukan karena sedih, tetapi karena terharu atas KARAMAH ABU LUENG IE.

Saya melihat jamaah tersenyum ringan saat ABON BERKATA : "BARULAH ADA KAMI.
Kalau tidak demikian,
kami tidak BAKAL ADA."
Itulah manfaat ZIKIR.
Selain mampu menenangkan JIWA yang RESAH, JUGA MEMBUAT BADAN RINGAN.

AL-KISAH KERAMAH (3)

ABON TAJUDDIN mengisahkan. Ketika ABON masih kecil, antara usia di bawah 10 tahunan.
Suatu ketika ABU sedang istirahat dengan merebahkan badan di alas tidur. Ia memintan ABON KECIL untuk MEMIJAT BADANNYA yang seakan LELAH.

Namun, sebagai ANAK yang baru besar, ABON tidak menghiraukan keinginan ABU.
Ia ingin pergi bermain bersama rekannya.
"NYAN ENTEUK MENYOE NA SIPEU-peu BEK PAGAH BAK ABU BEUH"
UCAP ABU PADA ABON yang terburu-buru ingin pergi dari HADAPAN ABU.

Tidak lama kemudian ia pulang
ke rumah.
ABON berjalan tidak seperti biasanya.
Kakinya seakan sedang bermasalah.
Dengan luka di bagian telapak kaki ia terus melangkah mendekati AYAHNYA.
Di hadapan ABU,
ABON PUN MENGADU, sebab luka tertusuk benda tajam di KAKINYA.

Sumber menyebutkan, tusukan paku itu tembus ke bagian atas kaki.
Melihat ABON yang kesakitan, lalu ABU berkata lembut seraya menebar SENYUM :
KAN KA ABU PEUGAH,
ABU YU UROET BADAN HANA
KA DEUNGO.
Kemudian ABU melihat luka
di kaki ABON.

Darah segar keluar bercucuran.
Sentak ABU membaca DOA, dan mengambil AIR ludahnya, lalu diusap dibagian kaki yang terluka. DENGAN IZIN ALLAH.

Dalam sekejap luka hilang dan kembali seperti sedia kala tanpa bekas.
ABON yang tadinya tidak kuasa menahan sakit, akhir tersenyum. ABU kembali ke tempat istirahat dan meminta ABON untuk memijit badannya.

Kali ini ABON tidak berani menolak permintaan ABU. SEKETIKA MEMIJAT, terucaplah SEBUAH DOA DARI MULUT ABU :
Allahummaj'alna shabura, waj'alna syakura, waj'alna fi 'aini shaghira, waj'alna fii 'a'yuninnasi kabira.

Sejak saat itu, baru lah Abon tidak berani melawan perintah ABU. Sebab ia sadar ternyata ABU sosok ULAMA yang memiliki KARAMAH.
Ia juga tidak pernah meninggalkan DOA itu setiap kali BERDOA.
Setelah mengetahui kisah ini dari ABON, saya sebagai penulis juga tidak ingin meninggalkan doa tersebut setiap usai salat.

AL-KISAH KERAMAH 4

PADA TAHUN 2018/1438 H,
TEPATNYA SAAT PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD dan HAUL ABU LUENG IE KE-26,
ADA KABAR DARI :
UMI LAILAN.
IA SEORANG MURID ABU dari kalangan WANITA, dan LETING PERTAMA.

UMI LAILAN MENCERITAKAN, pernah saat pelaksanaan IBADAH suluk6 TERJADI HUJAN LEBAT. TIM YANG MEMASAK MAKANAN UNTUK JAMAAH SULUK MERASA SUSAH, sebab kayu bakar basah TERENDAM AIR.

Di bagian belakang rumah ABU terdapat dapur suluk, tempat memasak AIR dan menanas NASI. Karena tidak ada kayu yang KERING, ABU perintahkan tim masak agar menjadikan
“BOEH LEUPING” atau kelapa tua yang basah sebagai kayu bakar.

Dengan izin ALLAH, meskipun kayu dan kelapa tua dalam keadaan basah, tetapi api tetap menyala sehingga makanan matang.
Demikian karamah ABU, sebut UMI LAILAN kala itu.

AL-KISAH (5)
MASYARAKAT SEULIMUM telah mendengar banyak cerita tentang KARAMAH ABU LUENG IE. SEULIMUM SEBUAH KECAMATAN di Kabupaten ACEH BESAR.
Jaraknya sekitar 51 Km dari Kota Banda Banda Aceh, dan tempat ABU TINGGAL.

Untuk membuktikan KISAH tersebut, satu rombongan dari SEULIMUM MENDATANGI KEDIAMAN ABU DI DAYAH DARUL ULUM ABU LUENG IE. Ketika tiba di dayah, ABU menjamu mereka sambil MENGOBROL.

Ketika waktu magrib hampir tiba, rombongan mohon izin pada ABU untuk kembali ke SEULIMUM.
ABU menahan mereka, supaya melaksanakan SALAT MAGRIB terlebih dahulu dan pulang setelah salat selesai.

Tetapi rombongan enggan
SALAT DI DAYAH, mereka ingin melanjutkan perjalanan pulang dan salat dalam perjalanan saja. ABU HANYA TERSENYUM, dan BERKATA :
AMBILLAH SEBUAH KAYU.
Mereka pun mengambil dan menyerahkan kayu tersebut
pada ABU.

LALU ABU MENANCAPKAN KAYU ITU DI TANAH.
Rombongan merasa heran dengan apa yang ABU lakukan. Mereka tidak tahu tujuan ABU menancapkan kayu itu di tanah. Setelah itu baru ABU mengizinkan mereka pulang.

Setengah perjalanan, kondisi ALAM MULAI REDUP.
HUJAN MULAI TURUN. Kondisi jalan raya licin.
TIBA-TIBA SUPIR MULAI HILANG KENDALI, akhirnya kendaraan ROMBONGAN SEULIMUM keluar dari badan jalan hingga menepi di PINGGIR JURANG.

Semua penumpang turun, dan melihat bagian depan mobil tertahan dengan sepotong kayu, sehingga tidak jadi masuk jurang. Alangkah kagetnya mereka,
KAYU yang menahan bagian depan mobil mereka adalah SEPOTONG KAYU yang tadinya ABU LUENG IE TANCAPKAN DI TANAH SAAT ROMBONGAN MASIH DI DAYAH ABU LUENG IE.
Sejak saat itu, baru lah mereka meyakini bahwa ABU LUENG IE ULAMA yangT MEMILIKI KARAMAH TINGGI.

11. PIMPINAN DAYAH LUENG IE.

ABU LUENG IE PIMPINAN TERTINGGI dan PENDIRI DAYAH DARUL ULUM ABU LUENG IE.

BERIKUT SILSILAH PIMPINAN DAYAH DARUL ULUM :
ABU LUENG IE.
1. TGK TEUKU USMAN AL-FAUZI (ABU LUENG IE)
2. TGK ZAKIATUDIN ADAM (ABU ZAKIATUDIN, menantu ABU LUENG IE )
3. TGK TEUKU TAJUDDIN
(ABON LUENG IE, PUTRA ABU LUENG IE)
4. TGK TEUKU MUHIBBUDDIN (putra Abu Lueng Ie)
Di bawah pimpinan dayah ada Ketua Umum Dayah yang membantu pimpinan dalam pendidikan di DAYAH.

Pada bagian ini saya hanya ingin menerangkan santri yang pernah menjadi KETUA UMUM DI DAYAH DARUL ULUM ABU LUENG IE.
1. Tgk. Kalee
2. Tgk. Daud Hasbi, M.Ag
(Abi Daud Hasbi)
3. Tgk. Muhammad Yusuf
4. Tgk. Murdani, S.Pd.I
5. Tgk. Yarmidin, S.Pd.I
6. Tgk. Fakhrurrazi, ST
7. Tgk. Amiruddin, S.HI
(Abu Teuming)
8. Tgk. Muttaqin, S.Sy
9. Tgk. Mustaqim, S.E
Terakhir dari tulisan ini.

Buku “BIOGRAFI ABU LUENG IE” ditulis berdasarkan pengetahuan penulis tentang :
ABU LUENG IE. Beberapa narasumbernya antara lain :
Tgk. Teuku Muhibbuddin,
Tgk. Teuku Tajuddin,
Elda Safitri, Umi Lailan,
Abi Daud Hasbi,
Tgk. Harun Ar-Rasyid.

Ditulis oleh :
Amiruddin, yang kerap disapa
Abu Teuming. Dan masih aktif sebagai pengurus Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie, ACEH BESAR.

SEMOGA BERMANFAAT.
DAN KITA INSYAALLAH.
MOGA MENDAPAT KEBERKAHAN DARI ABU LUENG IE.
AAMIIIN.

SELESAIIIIIIII........!!!!!!!

Penulis :
Abu Teuming, Pengurus :
Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie
Sumber :
ABON TAJUDDIN Pimpinan :
Dayah Darul Ulum ABU LUENG IE

GROP :
KISAH ULAMA ACEH.

WALLAHU'AKLAM.
WASSALAM.

DOC

FACEBOOK

TUNGKU ABU USMAN AL-FAUZI LUENG IE

 Gambar mungkin berisi: 1 orang, dekat, teks yang menyatakan 'ABU USMAN ALFAUZI ABU LUENG IE GROP KISAH ULAMA ACEH'

ABU USMAN AL-FAUZI.
-------------------------------------
AL-MURSYID : ABU LUENG IE
SOSOK ULAMA KHARISMATIK.
AHLI BANYAK BAHASA ASING DAN TAREKAT NAQSYABANDIAH.
-----------------

BUMOE ACEH ADALAH TANOEH PARA AULIA ALLAH. DALAM SEJARAH TERKENAL DAERAH YANG telah BANYAK MELAHIRKAN ALIM 'ULAMA dari MASA ke MASA dan tersebar ke NUSANTARA BAHKAN DUNIA LUAR.
INSYAALLAH. AKAN SELALU LAHIR DARI KADER-KADER GENERASI PENERUSNYA.
DIANTARA sekian BANYAK ULAMA tersebut SALAH SATUNYA :
TEUNGKU TEUKU USMAN AL-FAUZI.
ATAU DI LAQAB : ABU LUENG IE. Lembaran SEJARAH menyebutkan BELIAU SOSOK ULAMA KHARISMATIK yang BERASAL dari KETURUNAN TERHORMAT. YAITU :
AMPON (Teuku)

DALAM PENELUSURAN CATATAN SEJARAH, ABU LUENG IE TERLAHIR pada TAHUN 1921 M, tepatnya DI GAMPONG COT CUT, sebuah GAMPONG yang berada dalam WILAYAH KECAMATAN
KUTA BARO, ACEH BESAR.

Salah seorang putra beliau,
ABON TAJUDDIN :
menceritakan AYAHANDA beliau berasal dari kalangan TEUKU sehingga pada masa KANAK dan remaja mampu masuk SEKOLAH FAVORIT masa dulunya, sehingga WAJAR LAH AL-MUKARRAM ABU LUENG IE mampu BANYAK menguasai BAHASA ASING baik INGGRIS dan lainnya.

ABU LUENG sebagai VETERAN pada masa penjajahan, tentunya beliau ketika MASIH MUDA BERTUGAS dan mengawal PARA ULAMA di saat acara PENTING dan SAKRAL.
Saat ABUYA menyampaikan TAUSIYAH atau KHUTBAHNYA,
ABU LUENG melihat sosok :
ABUYA MUDA WALY yang sangat MENAKJUBKAN dan WAJAH BERAURA menarik HATI UNTUK MENGIKUTI BELIAU.

Keinginan untuk menuntut ILMU ke DAYAH terinspirasi dengan sosok ABUYA MUDA WALY dengan penampilan AURA MUKA BERCAKAP dan sangat bersahaja. CITA-CITA dan keinginan untuk MENUNTUT ILMU ke DAYAH pasca kejadian itu semakin MENINGKAT SEMANGATNYA.

Bahkan keinginan ABU LUENG IE untuk belajar ke DAYAH LABUHAN HAJI sepertinya IKUT terganjal.
Setelah bermusyawarah dengan IBU (umminya), ABU tidak DIIZINKAN untuk PERGI JAK BEUT - MENUNTUT ILMEE Kerna sebagai putra semata wayang.

Biarpun beberapa kali diminta sang Ibupun tidak juga megiyakan permintaan ABU LUENG IE, sampai akhirnya, ABUYA pun telah mengambil sebuah SIKAP bahwa ABU LUENG IE harus IKUT ABUYA MUDA WALY untuk MENUNTUT ILMU KE DAYAH LABUHAN HAJI walaupun IBU tidak merestuinya.

Salah seorang guru senior DAYAH DARUL ULUM, tgk Amiruddin, juga menjelaskan bahwa ABU LUENG IE setelah menuntut ilmu di LABUHAN HAJI selama delapan tahun, kemudian beliau menjadi GURU di DAYAH KALEE PIDIE selama tiga tahun, selanjutnya MENJADI GURU di DAYAH LAM ATEUK.
Namun itu tidak berlangsung lama karena keinginannya untuk mendirikan DAYAH yang diberi nama DARUL ‘ULUM
(KAMPUNG ILMU) sekitar TAHUN 1960, belakangan dikenal :
DARUL ‘ULUM ABU LUENG IE.

Sejak berdiri DAYAH tersebut telah banyak MENCETAK KADER ULAMA-ULAMA di sekitar DAYAH.
Selain sebagai pimpinan DAYAH, AL-MUKARRAM ABU LUENG IE juga sebagai MURSYID dalam THARIQAT NAQSYABANDIYAH yang perkembangan sangat mengembirakan dan sangat banyak pengikut tarekat tersebut di Aceh saat ini bahkan DUNIA.

Hasil dari itu sehingga membuat beliau memiliki banyak murid dan pengikut hampir di setiap wilayah dalam kabupaten di propinsi paling ujung itu.

Tanpa terasa AL-MUKARRAM :
ABU LUENG IE walaupun sudah puluhan tahun meninggalkan DUNIA FANA (1992-2018),

namun seolah beliau masih hidup dan ROHANIYANYA masih hadir menyapa RABITAH PARA PENEMPUH JALAN SUFI (SALUK) yang hari ini hadir walaupun tanpa di undang.

Tiada kata lain seindah menghadiah DOA dan meminta magfirah untuk al-marhum dan berharap beliau selalu hadir untuk menyapa kita dalam ROHANIYAH NYA DALAM MENJEMPUT RIDHA SANG ILAHI.

Allahumagfiralhu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhum.
Al-fatihah.

--------------------
ABU LUENG IE :
MURID KESAYANGAN
ABUYA MUDA WALY
DAN ASISTENNYA.
--------------------
PERKENALAN ABU LUENG IE dengan ABUYA MUDA WALY AL-KHALIDY untuk belajar bersama ABUYA ke DAYAH DARUSSALAM LABUHAN HAJI TIDAK DIRESTUI OLEH UMMI
ABU LUENG IE.
Namun Abu dalam persoalan ini setelah menjelaskan kepada Abuya perkara tidak diizinkan ke Dayah Darussalam oleh sang ummi beliau, ABU LUENG IE lebih MENGIKUTI petunjuk ABUYA setelah diberi ISYARAH untuk memilih belajar ke LABUHAN HAJI.

Selama di Dayah Labuhan Haji ABU LUENG IE menjadi orang kepercayaan ABUYA, malah ABU LUENG IE dipercayakan untuk mengurusi KEUANGAN dan ADMINISTRASI DAYAH di SANA.
Malah para putra Abuya diurusi oleh ABU LUENG IE baik seperti ALMARHUM :
ABUYA DOKTOR,
ABUYA JAMALUDDIN WALY.
dan lainnya.

BAHKAN HUBUNGAN PARA PUTRA ABUYA MUDA WALY berlanjut hingga ABU LUENG IE telah pulang ke kampung halamannya dan mendirikan DAYAH di LUENG IE , ACEH BESAR.
Sebuah ikatan penuh KEKELUARGAAN dan diT DAYAH DARUL ULUM LUENG IE, dan ada KAMAR KHUSUS DISEDIAKAN untuk PUTRA ABUYA seperti : ABUYA DOKTOR dan lainnya sebagai TAKDHIMAN untuk PUTRA SANG GUREE MURSYID ABU LUENG IE.

Dalam keseharian ABU LUENG IE juga sering menjadi "supir" kereta angin Abuya Muda Waly.
Namun untuk saat itu sepeda "unta" sudah menjadi kendaraan mewah.
Dalam satu riwayat :
pernah ketika ABU LUENG IE mengayuh sepeda dengan landasan menaiki TANJAKAN, SANGAT memberatkan ABU LUENG IE untuk mengayuhkannya.

Saat itulah dengan kelebihan dan KEMULIAAN ABUYA,
"ZIKIR "YA HAYYU YA QAYYUM" dilantunkan oleh ABU LUENG IE sehingga tidak terasa beliau mengayuhkan tanjakan yang sangat menantang dan terasa sangat ringan.

Masih sangat banyak KELEBIHAN dan KARAMAH ABU LUENG IE yang tidak mungkin disebutkan semuanya secara DETAIL di CATATAN TULISAN SINGKAT INI. Bahkan nilai TAKHDHIM dan KEPATUHAN ABU LUENG IE kepada ABUYA MUDA WALY SANGATLAH TINGGI dalam bahasa TAREKAT ataupun TASAWUF yang dikenal RABITAH.

Salah satu nilai TAKHDHIM ABU LUENG IE dibuktikan sebagaimana diceritakan OLEH putra beliau ABON TAJUDDIN :
ketika IBU (UMMI) ABU LUENG IE atau NENEK DARI NENEK ABON TAJUDDIN sedang SAKIT BERAT, sampailah berita kepada ABU LUENG IE untuk PULANG.

Dalam hal ini ABU SEBAGAI MURID yang PATUH dan TAKDHIM yang sangat TINGGI, mencoba bermusyawarah dengan ABUYA.
"MEUNYE TA WOE CHIET YANG UREUNG SYIEK KOEN HAN PULEH CHIET dan MENYE SAKIT KOEN HANA MEUKUREUNG, GARA-GARA GATA TAWOE, "
pinta ABUYA MUDA WALY dalam bahasa lebih kurang demikian.
"JINOE BEK TAWOE SARE, BAH LON MEUDOA MOGA BAGAH PULEH,"
LANJUT ABUYA MUDA WALY sebagaimana diceritakan oleh ABON TAJUDDIN.

AKHIRNYA ABU LUENG IE tidak jadi pulang menjenguk UMMI (IBUNDANYA) dan ABUYA pun MENDOAKAN khusus UNTUK IBU ABU LUENG IE.
Dan ALHAMDULILLAH SAKIT IBUNDA PUN SINAR dan digantikan oleh KESEHATAN setelah DIDOAKAN OLEH ABUYA.
Inipun berkat KEMULIAAN ABUYA sehingga IBUNDA ABU LUENG IE yang sakit berat dengan izin ALLAH bisa SEMBUH dan SEHAT WAL-AFIAT kembali.
----------
KETINGGIAN ILMU
ABU LUENG IE.
----------
Salah seorang GURU SENIOR di DAYAH LUENG IE mengatakan, ABU LUENG IE sering mengasingkan diri (berkhalwah) ke sebuah KAMAR untuk BERZIKIR hingga tiba SAATNYA AZAN MAGRIB BERKUMANDANG.
Hal ini dilakukan SEPANJANG HAYATNYA.

Sejarah telah membuktikan TINGGINYA ILMU BELIAU, bahkan jika beliau mengajar KITAB KUNING, seumpama I’ANNATU THALIBIN atau AL-MAHLLI maka dapat mengajar tanpa harus MEMBUKA KITAB
(membaca teks),
hal ini menjadikan MURIDNYA SEMAKIN KAGUM.

----------------
ABU USMAN FAUZI LUENG IE'.
'ULAMA DAN PENDIRI DAYAH
DARUL ULUM LUENG IE'.
-----------------
Beliau berasal dari Cot Cut kawasan Kuta Baro Aceh Besar. ayahnya adalah TEUKU NYAK ALI seorang AMPOEN atau TEUKU. Semenjak kecil, Teungku Teuku USMAN telah DIDIDIK OLEH AYAHNYA untuk cinta kepada ILMU PENGETAHUAN.

Mengawali pendidikannya, beliau belajar di SR Lam ATEUK yang sekarang tempat tersebut telah dibangun Pos Polisi.
Selesai di SR, TEUNGKU USMAN LUENG IE melanjutkan pendidikan menengahnya di SEKOLAH DARUSSALAM MERDUATI.
Pendidikan formal beliau tidak hanya di tingkat menengah, beliau pernah pula mengenyam pendidikan di tingkat atas pada sekolah MULO, sebuah sekolah yang hanya dibolehkan bagi ANAK-ANAK BANGSAWAN.
Selesai pendidikannya di MULO,

TEUNGKU USMAN LUENG IE melanjutkan karirnya ke bagian militer dengan pangkat terakhir sersan, dan karena kecintaannya kepada agama, beliau pernah menjadi IMAM selama 5 TAHUN BAGI KALANGAN MILITER.
Tidak mengherankan, karena memang secara fisik TEUNGKU USMAN LUENG IE memiliki badan TEGA dan TINGGI BESAR.
setelah 5 tahun beliau AKTIF di kemiliteran, kemudian di tahun 1951 dalam USIANYA 30 TAHUN beliau meninggalkan karir kemiliterannya, dan berdagang di Jalan Perdagangan Banda Aceh dan pada tahun itu beliau menikah dengan gadis pilihannya NURAINI DARI LUENG IE.

Beberapa saat berdagang di Banda Aceh, berjumpalah beliau dengan seorang ulama kenamaan ACEH YAITU :
TEUNGKU SYECH MUDA WALY AL-KHALIDY yang ketika itu ada keperluan ke Banda Aceh karean Abuya Muda Waly adalah :
Pimpinan Pesantren Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan. Setelah mengenal sosok ABUYA MUDA WALY, maka terpautlah hati TEUNGKU USMAN LUENG IE untuk menuntut ILMU DI DARUSSALAM LABUHAN HAJI.
Pada tahun 1952 dengan tekad bulat berangkatlah TEUNGKU USMAN LUENG IE ke DAYAH DARUSSALAM.
Di mana pada tahun 1952 umumnya murid-murid senior Abuya belum pulang kampung.
Seperti SYECH AIDARUS anak dari SYECH ABDUL GHANI KAMPAR mulai belajar di DARUSSALAM TAUN 1945.
pulang di tahun 1956 setelah sebelas tahun, dan yang lebih awal lagi ABU YUSUF ‘ALAMI
yang merupakan KEPONAKAN ABUYA yang berasal dari PADANG dan kemudian diambil MENANTU oleh ABUYA.
MURID ABUYA yang ALIM lainnya ABU IMAM SYAMSUDDIN SANGKALAN , sebelum belajar pada ABUYA beliau juga pernah lama belajar kepada ABU SYECH MUD BLANGPIDIE DAN
ABU IMAM SYAMSUDDIN berasal dari BLANGPOROH , dan ketika masyarakat SANGKALAN ABDYA memerlukan seorang ULAMA yang mengayomi mereka, maka ABUYA SYEKH MUDA WALY mengirim ABU IMAM SYAMSUDDIN ke SANGKALAN, dan beliau mendirikan :
DAYAH DARUL AMAN yang kemudian BERUBAH MENJADI BABUL ULUM ini juga di TAHUN 1956.
Jadi pada era 1952, banyak murid Abuya yang belum pulang, sehingga bagi seorang TEUNGKU USMAN LUENG IE tentu memaksimalkan belajar selain kepada ABUYA beliau juga belajar pada MURID-MURID lainya yang lebih awal dari beliau di DARUSSALAM.

Disebutkan ketika belajar di Darussalam, beliau adalah orang kepercayaan Abuya, dan termasuk santri yang dekat dengan Abuya. Selama delapan tahun belajar dengan segenap kesungguhan dan ketabahan, di mana beliau ketika belajar sangat sedikit beristirahat, sehingga dalam masa yang singkat telah mengantarkan beliau menjadi SEORANG ILIM ULAMA YANG DIPERHITUNGKAN.

Setelah menjadi seorang ALIM, beliau pulang kampung, dan membangun sebuah Pesantren di Lueng Ie dengan nama DAYAH DARUL ULUM pada TAHUN 1960. Semenjak itu mulailah kiprah keilmuan dan keulamaannya bersinar, sehingga masyarakat Lueng Ie dan sekitarnya mulai berdatangan ke Dayah Darul Ulum Leung Ie, ratusan santri belajar di Dayah yang dibangun di Lueng Ie tersebut, dan umumnya mereka juga kuliah di perguruan tinggi yang ada di Banda Aceh.

Di antar keistimewaan Abu Lueng Ie dalam mengajar, beliau bisa mengajar kitab-kitab besar dalam Mazhab Syafi’i seperti Kitab Mahalli yang berjilid-jilid tanpa perlu melihat Kitab, karena telah beliau hafal ulasan dan maknanya.
Hal ini menambah kekaguman dan kecintaan murid-muridnya. Selain seorang guru yang disegani, beliau juga seorang MURSYID untuk TAREKAT NAQSYABANDIYAH, sehingga kecondongan TASAUF begitu MELEKAT dalam KEHIDUPANNYA SEHARI-HARI.
Di sebutkan bahwa selesai Shalat Ashar biasanya beliau duduk berzikir, tafakkur di ruang khusus di salah satu ruangan di dayahnya, bahkan beliau mengajarkan tarekat sampai ke WILAYAH KALEE PIDIE untuk MEMBINA SULUK BAGI MASYARAKAT SETEMPAT.

Selain mengajar di Dayah yang didirikannya, Abu Lueng Ie juga mengajar secara khusus :
DI BALEE MANYANG
TEUNGKU NYAK ARIF yang dihadiri oleh banyak para santri yang antusias mendengarkannya. Juga beliau mengajar masyarakat di beberapa majelis taklim untuk menguatkan pemahaman agama dan KEISLAMAN masyarakat.

Sebagai seorang ULAMA yang mengayomi masyarakatnya,
ABU LUENG IE melihat bahwa perlu adanya kiprah dalam dunia politik, sehingga beliau pun terjun dalam dunia politik dengan tetap mengedepankan manhaj dan keyakinan beliau tentang Ahlussunnah WalJama’ah yang telah ditanamkan oleh GURU BESARNYA SYEKH MUDA WALY, bahkan Abuya Muda Waly yang menambah LAQAB bagi nama Abu Usman Lueng Ie dengan AL-FAUZI artinya SELAMAT dan TEMBUS dari berbagai COBAAN dan RINTANGAN.
Sehingga namanya menjadi
ABU USMAN FAUZI LUENG IE.

Bahkan keterlibatan beliau dalam organisasi keislaman dan perpolitikan jauh sebelum berangkat ke Darussalam Labuhan Haji dimana beliau sebagai anggota PUSA, dan setelah selesai belajar di Labuhan Haji beliau aktif dalam kepemimpinan PERTI sebuah organisasi yang dimasyhurkan oleh ABUYA MUDA WALY dan diikuti kemudian oleh para ULAMA lainnya termasuk ABU HasanT KRUENGKALEE.
Banyak ulama kemudian menganggap kehadiran ABU LUENG IeT pada kancah politik juga menetralisir pemahaman yang keliru terhadap dayah secara khusus, maupun beberapa orang ULAMA yang BERSTATUS MERAH dalam masa IKLIM ACEH yang tidak stabil dahulunya bisa diselamatkan sehingga tidak ditangkap dan dipenjarakan. Setelah berbagai kiprah yang dilakukan ABU LUENG IE untuk masyarakatnya.
WAFATLAH ULAMA ITU di TAHUN 1992 dalam USIA 71 TAHUN.

Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.
---------------
RIWAYAT
---------------

ABU T. USMAN FAUZI LUENG IE' 'ULAMA dan Pendiri DAYAH DARUL ULUM LUENG IE.
--------------

ABU USMAN FAUZI,
berasal dari COT CUT KAWASAN KUTA BARO ACEH BESAR.
ayahnya adalah TEUKU NYAK ALI seorang AMPON dan TEUKU. Semenjak kecil, TEUNGKU TEUKU USMAN telah dididik oleh ayahnya untuk cinta kepada :
ILMU PENGETAHUAN.

Mengawali pendidikannya, beliau belajar di SR : LAM ATEUK yang sekarang tempat tersebut telah dibangun Pos Polisi.
Selesai di SR, TEUNGKU USMAN LUENG IE melanjutkan pendidikan menengahnya di SEKOLAH DARUSSALAM MERDUATI.

Pendidikan formal beliau tidak hanya di tingkat menengah, beliau pernah pula mengenyam pendidikan di tingkat atas pada sekolah MULO, sebuah sekolah yang hanya dibolehkan bagi anak-anak bangsawan.

Selesai pendidikannya di MULO, TEUNGKU USMAN LUENG IE melanjutkan karirnya ke bagian MILITER dengan PANGKAT terakhirT SERSAN, dan karena KECINTAAN NYA KEPADA AGAMA, beliau pernah menjadi IMAM SELAMA 5 TAHUN BAGI KALANGAN MILITER.

Tidak mengherankan, karena memang secara fisik TEUNGKU USMAN LUENG IE memiliki badan tegap dan tinggi besar.
SETELAH 5 TAHUN BELIAU AKTIF di kemiliteran, kemudian di tahun 1951 dalam usianya 30 tahun beliau MENINGGALKAN KARIR kemiliterannya, dan berdagang di Jalan Perdagangan BANDA ACEH dan pada tahun itu beliau menikah dengan gadis pilihannya Nuraini dari Lueng Ie.

Beberapa saat berdagang di Banda Aceh, berjumpalah beliau dengan seorang ulama kenamaan Aceh yaitu :
TEUNGKU SYEKH MUDA WALY AL-KHALIDY yang ketika itu ada keperluan ke Banda Aceh karean ABUYA MUDA WALY adalah PIMPINAN PESANTREN : DARUSSALAM LABUHAN HAJI ACEH SELATAN.

Setelah mengenal sosok ABUYA MUDA WALY, maka terpautlah hati TEUNGKU USMAN LUENG IE untuk MENUNTUT ILMU DI DARUSSALAM LABUHAN HAJI. Pada tahun 1952 dengan TEKAD BULAT berangkatlah TEUNGKU USMAN LUENG IE ke DAYAH DARUSSALAM.

Di mana pada tahun 1952 umumnya murid-murid senior Abuya belum pulang kampung.

SEPERTI SYEKH AIDARUS anak dari SYEKH ABDUL GHANI KAMPARI mulai belajar di Darussalam tahun 1945, pulang di tahun 1956 setelah sebelas tahun, dan yang lebih awal lagi ABU YUSUF ‘ALAMI yang merupakan keponakan ABUYA yang berasal dari Padang dan kemudian diambil MENANTU OLEH ABUYA.

Murid Abuya yang alim lainnya ABU IMAM SYAMSUDDIN sangkalan, sebelum belajar pada Abuya beliau juga pernah lama belajar kepada :
ABU SYECH MUD BLANGPIDIE.

ABU IMAM SYAMSUDDIN berasal dari Blangporoh, dan ketika masyarakat Sangkalan ABDYA memerlukan seorang ULAMA yang mengayomi mereka, maka ABUYA SYEKH MUDA WALY mengirim :
ABU IMAM SYAMSUDDIN ke sangkalan, dan beliau mendirikan DARUL AMAN yang kemudian berubah menjadi Babul Ulum ini juga di tahun 1956.

Jadi pada era 1952, banyak murid Abuya yang belum pulang, sehingga bagi seorang Teungku Usman Lueng Ie tentu memaksimalkan belajar selain kepada Abuya beliau juga belajar pada murid-murid lainya yang lebih awal dari beliau di Darussalam.

Disebutkan ketika belajar di Darussalam, beliau adalah orang kepercayaan Abuya, dan termasuk santri yang dekat dengan ABUYA.
Selama delapan tahun belajar dengan segenap kesungguhan dan ketabahan, di mana beliau ketika belajar sangat sedikit beristirahat, sehingga dalam masa yang singkat telah mengantarkan beliau menjadi seorang ulama yang diperhitungkan.

Setelah menjadi seorang alim, beliau pulang kampung, dan membangun sebuah Pesantren di Lueng Ie dengan nama Dayah Darul Ulum pada tahun 1960. Semenjak itu mulailah kiprah keilmuan dan keulamaannya bersinar, sehingga masyarakat Lueng Ie dan sekitarnya mulai berdatangan ke Dayah Darul Ulum Leung Ie, ratusan santri belajar di Dayah yang dibangun di Lueng Ie tersebut, dan umumnya mereka juga kuliah di perguruan tinggi yang ada di Banda Aceh.

Di antar keistimewaan
ABU LUENG IE dalam mengajar, beliau bisa mengajar :
KITAB-KITAB besar dalam Mazhab Syafi’i seperti Kitab Mahalli yang berjilid-jilid tanpa perlu melihat Kitab, karena telah beliau hafal ulasan dan maknanya.

Hal ini menambah kekaguman dan kecintaan murid-muridnya. Selain seorang guru yang disegani, beliau juga seorang MURSYID untuk TAREKAT NAQSYABANDIYAH, sehingga kecondongan TASAUF begitu melekat dalam kehidupannya sehari-hari

Di sebutkan bahwa selesai Shalat Ashar biasanya beliau duduk berzikir, tafakkur di ruang khusus di salah satu ruangan di dayahnya, bahkan beliau mengajarkan tarekat sampai KE WILAYAH KALEE PIDIE untuk membina SULUK bagi masyarakat setempat.

Selain mengajar di Dayah yang didirikannya, ABU LUENG Ie juga mengajar secara khusus di BALEE MANYANG TEUKU NYAK ARIR yang dihadiri oleh banyak para santri yang antusias mendengarkannya.
Juga beliau mengajar masyarakat di beberapa majelis taklim untuk menguatkan pemahaman agama dan keislaman masyarakat.

Sebagai seorang ulama yang mengayomi masyarakatnya, Abu Lueng Ie melihat bahwa perlu adanya kiprah dalam dunia politik, sehingga beliau pun terjun dalam dunia politik dengan tetap mengedepankan manhaj dan keyakinan beliau tentang AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH yang telah ditanamkan oleh GURU besarnya SYEKH MUDA WALY, bahkan Abuya Muda Waly yang menambah LAQAB bagi nama Abu Usman Lueng Ie dengan AL-FAUZI artinya SELAMAT dan TEMBUS dari berbagai COBAAN dan RINTANGAN.
Sehingga namanya menjadi :
ABU USMAN AL-FAUZI Lueng Ie.

Bahkan keterlibatan beliau dalam organisasi keislaman dan perpolitikan jauh sebelum berangkat ke DARUSSALAM LABUHAN HAJI dimana beliau sebagai anggota Pusa, dan setelah selesai belajar di Labuhan Haji beliau aktif dalam kepemimpinan PERTI, sebuah organisasi yang dimasyhurkan oleh ABUYA MUDA WALY dan diikuti kemudian oleh para ulama lainnya termasuk :
ABU Hasan KRUENGKALEE.

Banyak ulama kemudian menganggap kehadiran ABU LUENG IE pada KANCAH POLITIK juga menetralisir pemahaman yang keliru terhadap dayah secara khusus, maupun beberapa orang ulama yang berstatus merah dalam masa iklim Aceh yang tidak stabil dahulunya bisa diselamatkan sehingga tidak ditangkap dan dipenjarakan. Setelah berbagai kiprah yang dilakukan ABU LUENG IE untuk MASYARAKAT.
WAFATLAH ULAMA ITU DI TAHUN 1992 dalam USIA 71 TAHUN. Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan.

sumber :
Nurkhalis Mukhtar El-Sakandary.

TTD :
HAMBA YANG SANGAT2 FAQIR AKAN ILMU.
WASSALAM.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH
MASYA ALLAH.
WALLAHU'AKLAM

DOC

FACEBOOK

SYEKH MUHAMMAD JAMIL JAHO

 Gambar mungkin berisi: 1 orang, topi, teks yang menyatakan 'GROP KISAH ULAMA ACEH SYECH MUHAMMAD JAMIL JAHO'

SYEKH MUHAMMAD JAMIL JAHO.

ULAMA TOKOH PERTI, DAN GURU SEKALIGUS MERTUANYA :
SYEKH MUDA WALY AL-KHALIDY.
---------------------

SYEKH MUHAMMAD JAMIL JAHO ADALAH SALAH SATU ULAMA BESAR PADANG YANG MEMILIKI ARTI YANG SAKRAL DALAM JALUR KEILMUAN ULAMA ACEH TERUTAMA MELALUI JALUR :
SYEKH MUDA WALY AL-KHALIDY.

KERNA BELIAU SELAIN GURU,
DAN JUGA MERTUA :
ABUYA SYEKH MUDA WALY,
yang menikah dengan anaknya Hajjah Rabi'ah Jamil Jaho.
Syekh Muhammad Jamil Jaho sering disebut dengan "INYAK JAHO"
atau Angku Jaho.

Beliau lahir pada tahun 1875 di Jaho, Nagari Tambangan Padang Panjang. Melalui jalur ayahnya, Syekh Muhammad Jamil Jaho memiliki darah ulama,
karena ayahnya Datuk Garang merupakan ulama dan qadhi wilayah Tambangan.

Semenjak kecil Syekh Jamil Jaho telah dibekali dengan dasar-dasar keilmuan, bahkan dalam usia 13 tahun beliau telah mampu menghafal Al Qur'an dan memahami kitab-kitab melayu dengan baik.

Melihat talenta yang ada pada diri Syekh Jamil Jaho, ayahnya Datuk Garang mulai mengajarkan kitab kuning kepada beliau.
Setelah memiliki perbekalan yang memadai dalam ilmu nahwu sharaf, Syekh Muhammad Jamil Jaho kemudian diantarkan oleh ayahnya untuk belajar kepada salah seorang ulama yang berada dalam kawasan Padang Panjang yaitu : Syekh Al Jufri.

Kepada Syekh Al Jufri, Syekh Jamil Jaho bertekun belajar selama beberapa tahun, sehingga mengantarkan beliau menjadi seorang 'ALIM KECIK' artinya :
anak kecil yang alim.

Lebih kurang lima tahun beliau belajar kepada Syekh Al Jufri. Walaupun telah memahami kitab-kitab Arab dengan baik, Syekh Muhammad Jamil Jaho kemudian melanjutkan pengajiannya kepada ulama di Padang Ganting yaitu kepada : SYEKH AL AYYUBI.

Dengan segenap kesungguhan Syekh Jamil Jaho belajar kepada Syekh al Ayyubi, dimana beliau dengan sahabatnya seperguruan Syekh Sulaiman al-Rusuli menjadi murid yang disayangi oleh gurunya.

Beliau dan Syekh Sulaiman kelak menjadi ulama besar Minang dan pendiri organisasi PERTI. Sekitar enam tahun beliau belajar kepada Syekh Al Ayyubi tentunya telah mengantarkan Syekh Jamil Jaho menjadi seorang alim yang mendalam ilmunya.

Namun dahaga keilmuan Syekh Jamil Jaho akhirnya mengantarkan beliau untuk belajar kepada seorang ulama besar lainnya yang dikenal ahli dalam Fiqih dan Ushul Fiqih teman seperguruan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau dan Syekh Muhammad Sa'ad Mungka al Khalidy yaitu Syekh Abdullah Halaban.

Kepada Syekh Abdullah Halaban beliau belajar dari tahun 1899 sampai berangkat ke Mekkah tahun 1908, lebih kurang sembilan tahun beliau belajar dan mengajar kepada :
Syekh Abdullah Halaban yang dikenal 'allamah, telah mengantarkan Syekh Muhammad Jamil Jaho muda menjadi seorang faqih dan alim yang rasikh ilmunya.

Syekh Abdullah Halaban telah pun mengangkat Syekh Muhammad Jamil Jaho menjadi Asisten Syekh yang dianggap telah mampu berdiri sendiri dan boleh membuka surau/dayah.

Namun demikian, pada tahun 1908 Syekh Muhammad Jamil Jaho melanjutkan kajian keilmuannya tingkat tinggi di
Kota Suci Mekkah.
Beliau dan Syekh Abdul Karim Amrullah disebut-sebut sebagai murid senior dan mendapatkan kepercayaan dari Syekh Ahmad Khatib Minangkabau untuk mengajarkan para pelajar yang baru sampai di Mekkah.

SYEKH AHMAD KHATIB Minangkabau sendiri adalah ulama yang pernah menjadi Mufti, khatib dan Imam di Mesjidil, diambil menantu oleh Syekh Saleh Kurdi, seorang hartawan dermawan yang memiliki akses ke penguasa Kota Mekkah.

Sebelum Syekh Ahmad Khatib, ulama nusantara yang pernah menjadi pengajar dan Imam di Mesjidil Haram adalah :
Syekh Ahmad Khatib Sambasi yang merupakan Mursyid Kamil Mukammil untuk tarekat Qadiriah Naqsyabandiyah. Adapun Syekh Nawawi al Bantani juga pada posisi yang sama, namun beliau lebih memilih menjadi pengajar biasa.

Sekitar sepuluh tahun Syekh Muhammad Jamil Jaho belajar dan mengajar di Mesjidil Haram, dan beliau telah menjadi alim besar yang diperhitungkan. Sehingga ketika pulang ke Padang, beliau menginisiasi banyak hal untuk masyarakat.

Selain membuka pesantren di Jaho yang disebut dengan Surau Jaho, beliau juga menggagas berdirinya Persatuan Ulama Minangkabau dan pendirian lembaga pendidikan Thawalib bersama sahabatnya Syekh Sulaiman al-Rusuli dan Syekh Abdul Karim Amrullah teman ketika sama-sama belajar kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau.

Dimana dari Surau Jaho Syekh Muda Jamil Jaho telah mengkader ratusan para angku-angku dan puluhan ulama terbilang. Di antara muridnya yang juga menjadi ulama besar adalah Syekh Zakaria Labaisati Malalo yang pernah sekitar delapan tahun belajar pada lembaga pendidikan yang beliau pimpin.

Bahkan salah seorang ulama besar Aceh yang tiba di Padang sekitar tahun 1933 yaitu :
SYEKH MUDA WALY AL-KHALIDY yang menjadi tokoh sentral jaringan ulama dayah Aceh juga pernah belajar dan mengikuti pengajian dari beliau di Surau Jaho.

Karena sebelum ke Padang, SYEKH MUDA WALY telah alim, berguru kepada beberapa tokoh ulama Aceh seperti :
ABU LAMPISANG,
ABU SYECH MUD BLANGPIDIE,
ABU KRUENG KALEE,
ABU HASBALLAH INDRAPURI.
dan para ulama lainnya.

Karena kealiman, akhlak yang mulia, dan terang hatinya, akhirnya SYEKH MUDA WALY diambil menantu oleh :
SYEKH JAMIL JAHO yang dinikahkan dengan puterinya yang juga alim HAJJAH RABI'AH M. Jamil Jaho, yang merupakan IBU dari :
ABUYA HAJI MAWARDI WALY PIMPINAN DAYAH DARUSSALAM LABUHAN HAJI.
Yabg kita kenal dengan sebutan :
(UMMI PADANG).

Selain sebagai ulama besar, SYEKH JAMIL JAHO bersama sahabatnya SYEKH SULAIMAN AL-RUSULI kemudian membangun sebuah organisasi keislaman yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah yang disebut dengan PERTI pada tahun 1930.

Sehingga seluruh Madrasah yang bercorak pesantren, berafiliasi dengan Organisasi PERTI dan umumnya pesantren perti di Minang disebut dengan :
Madrasah Tarbiyah Islamiyah.

PERKEMBANGAN PERTI DI ACEH AWALNYA JUGA TIDAK TERLEPAS DARI PERAN :
SYEKH MUDA WALY,
yang disambut pula oleh :
SYEKH HASAN KRUENGKALEE YANG JUGA ULAMA KHARISMATIK ACEH.

Selain sebagai tokoh yang menginisiasi berdirinya PERTI, Syekh Muhammad Jamil Jaho juga termasuk pembaharu pendidikan di Padang, walaupun dalam masalah fikih beliau tetap bertaqlid kepada pengarang-pengarang Kitab pada masa yang lalu.

Beliau menolak Ijtihad secara bebas, dan menyeru untuk kembali ke Turats atau kitab-kitab kuning melalui jalur Surau dan pesantren.

Setelah Berkiprah yang besar, dalam mengawal Agama, maka pada tahun 1945 dalam usia 70 tahun wafatlah ulama kharismatik tersebut.

SEMOGA ALLAH SELALU MENCUCURKAN RAHMAD-NYA
KEPADA BELIAU.
Aamiiin Aamiiin Aamiiin.

GROP KISAH ULAMA ACEH.
WALLAHU'ALAM.
WASSALAM.


DOC 

FACEBOOK

TUNGKU ABI SAMALANGA SYEKH HANAFIAH BIN ABBAS

Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'GROP KISAH ULAMA ACEH TUNGKU ABI HANAFIAH'

TUNGKU ABI SAMALANGA.
SYEKH HANAFIAH BIN ABBAS.
------------------
TGK ABI SOSOK ULAMA
DAN SULTAN AULIYA.
------------------
DAN ESTAFET KEMIMPINAN
DAYAH MUDI.
-------------------

ACEH SEBAGAI NEGERI YANG TERKENAL SYARIAT ISLAM, TIDAK SEDIKIT PARA ULAMA SEJARAH dan biografi yang diangkat ke permukaan sebagai pegangan sejarah kepada anak CUCU SELANJUTNYA.

Diantaranya salah seorang ULAMA BESAR dari BIREUEN yang begitu besar jasanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah ABI HANAFIAH BIN ABBAS atau yang dipanggil TGK ABI.

Beliau merupakan salah seorang pimpinan DAYAH MUDI MESJID RAYA SAMALANGA sebelum kepemimpinan ABON AZIZ BIN MUHAMMAD SHALEH.
Namun, banyak diantara masyarakat yang kurang mengenal sosok dan sejarah hidup TEUNGKU ABI, padahal jasa dan pengabdiannya kepada umat sangatlah besar.

TEUNGKU ABBAS, ORANG TUA DARI TEUNGKU ABI HANAFIAH menurut satu riwayat merupakan KETURUNAN ARAB yang BERSAMBUNG NASAB NYA dengan SAYYIDINA ABU BAKAR.
Namun karena kondisi masa penjajahan, NASAB ini disembunyikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Hal ini menyebabkan bukti yang valid mengenai mata rantai keturunan TEUNGKU ABI TIDAK DAPAT DITEMUKAN.

TEUNGKU ABBAS PERGI ke ACEH bersama SEMBILAN orang dari MEKKAH sehingga mereka diistilahkan dengan kelompok SEMBILAN.

TEUNGKU ABI menuntut ilmu dan belajar agama DI IE LEUBEU pada TGK CHIK DI PASI.
Setelah beberapa lama belajar pada Tgk Chik DI PASI,
TGK ABI MELANJUTKAN PENDIDIKANNYA untuk BELAJAR KE TANJONGAN pada TGK IDRIS.

TGK IDRIS memiliki tiga orang ANAK yaitu :
SYIHABUDDIN,
ABDUL HAMID dan
JUWAURIAH.
Karena tertarik dengan
TEUNGKU ABI,
TGK IDRUS akhirnya menikahkan putri beliau Juwairiah dengan TEUNGKU ABI.
Dari pernikahannya dengan Juawairiah, Teugku Abi memiiki enam orang anak yaitu :
AMANUDDIN,
BADRIAH
MAHYEDDIN
JALALUDDIN,
FATIMAH, dan
AISYAH.

TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS merupakan pimpinan DAYAH MUDI MESRA SAMALANGA
(1927-1935).
ABDUL HAMID BIN IDRIS adalah orang tua dari Dari HUMAM HAMID dan AHMAD FARHAN HAMID. Humam Hamid pernah menjadi calon gubernur Aceh.

Dan FARHAN HAMID pernah menjabat sebagai wakil ketua MPR RI.
AISYAH merupakan IBUNDA
TU BULQAINI Tanjongan, SEKJEN HUDA SEKARANG.

MENUNTUT ILMU DAN BELAJAR KE MEKKAH.
Namun di awal-awal pernikahannya, TEUNGKU ABI sempat merasa malu dengan ibu mertuanya UMMI FATIMAH karena keliru dalam membaca KITAB.

UMMI FATIMAH menegur TEUNGKU ABI seraya membaca matan bait Alfiyah untuk menunjukkan bahwa bacaan TEUNGKU ABI menyalahi KAIDAH ILMU NAHWU.
Karena merasa malu dengan keterbatasan ilmunya, akhirnya TEUNGKU ABI PERGI KE MEKKAH untuk semakin MEMPERDALAM ILMU NYA.

Di MEKKAH TUNGKU HANAFIAH sempat menimba ILMU dan mengambil IJAZAH THARIQAT PADA SAYYID ABU BAKAR SYATTA, PENGARANG KITAB I'ANATUTH THALIBIN.

THARIQAT YANG DIPEROLEH DARI : SAYYID ABU BAKAR SYATTA inilah yang kemudian
DI IJAZAHKAN KEPADA :
ABU USMAN ALI KUTA KRUENG
(ABU KUTA).
Sedangkan THARIQAT yang diijazahkan kepada ABU SEULIMUM (Abu Wahab) oleh TEUNGKU ABI BERSANAD kepada MERUPAKAN yaitu TEUNGKU IDRIS.

TEUNGKU ABI juga sosok yang menjadi rujukan dalam penetapan hukum.
Ketika diadakan acara muzakarah, biasanya TEUNGKU ABI hanya sibuk berzikir.
Saat sudah ada keputusan, peserta muzakarah bermusyawarah dengan TEUNGKU ABI untuk meminta pendapat TEUNGKU ABI.
Terkadang meraka harus kembali membahas satu persoalan hingga empat kali sehingga baru mendapat persetujuan TEUNGKU ABI.

TEUNGKU ABI SOSOK yang PALING DIHORMATI DI WILAYAH UTARA DAN TIMUR ACEH, sebagaimana dihormatinya ABU KRUENG KALEE di wilayah BARAT, Banda Aceh dan SEKITARNYA.
------------------
RIWAYAT 2.
-------------------

SYEKH HANAFIYAH ABBAS,
SOSOK ZUHUD PENGKADER BANYAK ULAMA DI ACEH.
---------------------------

TEUNGKU SYEKH HANAFIYAH ABBAS atau dikenal dengan sebutan TEUNGKU ABI adalah ALIM ULAMA BESAR terpengaruh DI ACEH.
Beliau pernah belajar ke Makkah dan mengkader banyak ulama. Sosok zuhud yang jadi teladan, tempat masyarakat.

SYEKH HANAFIYAH ABBAS merupakan ulama yang lahir segenerasi dengan :
ABU ALI LAMPISANG,
ABU KRUENGKALEE,
ABU MEUNASAH KUMBANG dan
ABU COT KUTA.

SYEKH HANAFIYAH ABBAS bahwa beliau berasal dari keluarga terhormat, dan termasuk keturunan para ulama yang datang ke Samalanga, Kabupaten Bireun, Aceh untuk menyebarkan dakwah.

Disebutkan bahwa asal muasal keturunan SYEKH HANAFIYAH ABBAS berasal dari Arab, namun silsilah tersebut tidak diberi perhatian khusus, sehingga jalur ke kakek beliau tidak diketahui dengan pasti.

Namun yang pasti bahwa kehadiran SYEKH HANAFIYAH ABBAS memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat Samalanga secara khusus, mengingat banyak para ulama generasi berikutnya termasuk ABU ABDUL AZIZ SAMALANGA atau ABON SAMALANGA adalah MURID DAN MENANTU NYA.

Karena ABON SAMALANGA merupakan salah satu ulama yang banyak mengkader para ulama pada masa berikutnya.
Di antara murid-murid ABON SAMALANGA adalah :
ABU IBRAHIM LAMNO,
ABU KASIM TB,
ABON DARUSSALAMAH,
ABU KUTA KRUENG,
ABU DAUD LUENG ANGEN,
ABON KOTA FAJAR,
ABU PANTON,
ABU MUDI SAMALANGA.

dan para ulama lainnya yang umumnya kharismatik dan dikenal di Aceh. Sanad keilmuan ABON SAMALANGA selain dari ABUYA SYEKH MUDA WALY, juga dari guru dan mertuanya :
SYEKH HANAFIYAH ABBAS atau TEUNGKU ABI.

SYEKH HANAFIYAH ABBAS semenjak kecil memiliki bakat dan kesungguhan dalam belajar sehingga mengantarkan beliau menjadi seorang yang ALIM dan diambil sebagai menantu oleh ulama terpandang Tanjungan Samalanga yaitu : ABU IDRIS TANJUNGAN yang merupakan guru dari banyak ulama Aceh.

ABU IDRIS TANJUNGAN disebutkan oleh Prof Ali Hasjmi pernah menetap dan belajar di Makkah selama 11 tahun. Di antara murid-muridnya yang menjadi ulama adalah :
TEUNGKU SYIHABUDDIN IDRIS, TEUNGKU HANAFIYAH ABBAS, Teungku Haji Abdul Hamid Idris, Teungku Abu Bakar Cot Kuta, Teungku Muhammad Hasbi Siddiqie dan para ulama lainnya.

Adapun TEUNGKU ABU BAKAR COT KUTA adalah :
murid terakhir yang beliau didik pada akhir tahun dua puluhan, setelahnya beliau wafat.

Sebelum belajar kepada Abu Idris Tanjungan, SYEKH HANAFIYAH ABBAS belajar kepada salah seorang ulama yang disebut dengan TEUNGKU CHIK DI PASI.

Kepada Teungku Chik Di Pasi beliau melewati masa pembelajaran Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, sedangkan pada level Aliyah dan pendalaman beliau belajar kepada Abu Idris Tanjungan, Pimpinan Dayah Tanjungan Samalanga.

Karena tertarik dengan sikap dan keluhuran budi yang melekat pada diri Teungku Hanafiyah Abbas, maka beliau dinikahkan dengan anak perempuan Abu Idris Tanjungan yang bernama Juwairiah.

Setelah menikah dengan anak gurunya, Teungku Hanafiyah kemudian menetap dan membantu mengajar di Dayah tersebut. Disebutkan ketika Syekh Hanafiyah Abbas sedang membaca sebuah kitab dan menjelaskannya kepada murid-murid, ada bacaan yang meleset dari maksud pengarang kitab, sehingga ibu mertuanya yang juga ulama bernama Ummi Fatimah, isteri Abu Idris Tanjungan meluruskan bacaan dengan membaca bait dari Matan Alfiyah.

‘Teguran’ tersebut memantik semangat Syekh Hanafiyah Abbas untuk belajar ke Mekkah, sebagaimana kisah ini terdapat dalam beberapa tulisan yang beredar bermuara dari tulisan Tgk H Muhammad Iqbal salah satu santri senior Dayah
(Pondok Pesantren) Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra) Samalanga.

Berangkatlah Syekh Hanafiyah Abbas ke Makkah dengan tekad ingin memperdalam ilmunya kepada para ulama di Kota Suci itu. Di Makkah para ulama Aceh yang segenerasi dengan beliau dan pernah belajar ke sana adalah TEUNGKU SYEKH MUHAMMAD HASAN Kruengkalee,
TUWANKU RAJA KEUMALA,
TEUNGKU CHIK LAMJABAT,
TEUNGKU CHIK LAMBIRAH,
TEUNGKU FAKINAH, (inong)
TEUNGKU SYEKH HASBALLAH INDRAPURI,
TEUNGKU Syekh USMAN MAQAM dan para ulama lainnya.

SYEKH HANAFIYAH ABBAS, SOSOK ZUHUD.
PENGKADER BANYAK ULAMA DI ACEH.

Dan kemungkinan SYEKH HANAFIYAH ABBAS ke Makkah pada era ulama-ulama Aceh tersebut.
Sedangkan para ulama Mekkah yang masyhur pada masa itu sebagai pengajar di Mesjidil Haram adalah :
Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
Syekh Ali bin Husein al-Maliki, Syekh Hasan Muhammad al Masyath,
Syekh Said al Yamani,
Syekh Umar Hamdan al-Mahrusi, Syekh Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas al Maliki,
Syekh Sayyid Ahmad bin Sayyid Bakhri Syatta ad-Dimyathi.
dan para ulama lainnya.
Adapun ulama-ulama besar lainnya yang pernah masyhur di Nusantara, umumnya mereka telah lebih dahulu wafat seperti Syekh Sayyid Zaini Dahlan yang merupakan PUNCA SANAD ULAMA NUSANTARA WAFAT TAHUN 1886,
Syekh Nawawi al Bantani ulama besar nusantara wafat tahun 1897 dan
Syekh Sayyid Bakhri Syatta Pengarang Kitab I’anatuththalibin wafat sekitar tahun 1894, adapun Syekh Ahmad Khatib wafat pada tahun 1916.

Setelah belajar beberapa tahun di Mekkah kepada para ulama tersohor Kota Mekkah, telah mengantarkan Syekh Haji Hanafiyah Abbas menjadi seorang alim besar yang berpengaruh. Sehingga kepulangan beliau kembali ke Samalanga, memiliki arti penting dalam melanjutkan estafet kepemimpinan dayah.

Dayah tersebut juga sebagai dayah yang telah ada semenjak SULTAN ISKANDAR MUDA yang MEMIMPIN ACEH SEKITAR TAHUN 1609-1637.

Dayah tersebut telah dipimpin dari generasi ke generasi hingga pada masa kepemimpinan TEUNGKU SYIHABUDDIN IDRIS pada tahun 1927-1935.
Setelah wafatnya Teungku Syihabuddin menurut satu pandangan, DAYAH SAMALANGA dilanjutkan oleh :
SYEKH HANAFIYAH ABBAS.

Terhitung mulai tahun 1935 hingga wafatnya sang ulama pada tahun 1964, beliau telah mengemban amanah kepemimpinan dayah dengan segenap pengabdian dan ketulusan.

Setelah era kepemimpinan :
SYEKH HANAFIYAH ABBAS, dayah kemudian dipimpin oleh murid dan menantunya yang baru menyelesaikan pendidikan di Bustanul Muhaqiqin Darussalam Labuhan Haji dibawah asuhan ABUYA SYEKH MUDA WALY.

Terhitung tahun 1958, SYEKH ABDUL AZIZ SAMALANGA atau dikenal : ABON SAMALANGA terus berkiprah dan menyerukan semboyan ‘BEUT SEMEUBEUT, belajar mengajar’ hingga beliau wafat pada tahun 1989.
Pada masa Abon Samalanga, banyak santri yang dididik beliau menjadi para ulama dan tokoh masyarakat setelahnya.

Setelah era ABON SAMALANGA, DAYAH MUDI Mesra dipimpin oleh ulama kharismatik Aceh yaitu : ABU SYEKH HASANOEL BASRI HG atau yang dikenal dengan ABU MUDI SAMALANGA. Pelan namun pasti, Dayah MUDI menjadi salah satu dayah yang diperhitungkan di Aceh.

Selain sebagai ulama yang banyak mengkader para ulama, SYEKH HANAFIYAH ABBAS juga menjadi panutan masyarakat Samalanga terutama pada sikap, kepribadian dan kehidupan sehari-hari.
Beliau adalah tempat masyarakat meminta fatwa keagamaan, nasehat-nasehat, petuah dan hal lainnya.
Beliau sosok yang sarat dengan keteladanan.
Menyayangi murid-muridnya, mencintai dan menghormati orang-orang ALIM, serta ZUHUD dalam hidupnya.

Setelah kiprah yang besar dan luas untuk masyarakat Samalanga dan sekitarnya, wafatlah ulama besar tersebut di tahun 1964 dalam usia sekitar 72 TAHUN.

GROP : KISAH ULAMA ACEH.

WALLAHU'AKLAM
WASSALAM.

TUNGKU ABU LUENG ANGEN LHOK NIBONG

Gambar mungkin berisi: 1 orang


ABU LHOK NIBONG.
ABU LUENG ANGEN.
---------------
ABU MUHAMMAD DAUD AHMAD.
ULAMA KHARISMATIK ACEH.
---------------

SOSOK DARI ABU LHOK NIBONG, sebagaian masyarakat memanggil beliau dengan nama : ABU LUENG ANGEN.
Seorang ULAMA yang memiliki kharisma dalam masyarakat luas.

Nama asli beliau adalah :
TEUNGKU H MUHAMMAD DAUD,
beliau dilahirkan :
DI GAMPONG MEUNASAH LEUBOK LHOK NIBONG,
KECAMATAN PANTE BIDARI ACEH TIMUR PADA :
BULAN MARET 1941.
Anak bungsu dari 3 bersaudara, ayahanda beliau adalah :
TGK AHMAD BIN ABDUL LATIF dan ibundanya :
BERNAMA IBU DHIEN.

TGK DAUD adalah :
pemuda yang berhasil meraih dan menerapkan ilmu dan keberkahan dari gurunya kepada UMAT.

Pendidikan Dasar Agama beliau peroleh ketika masa kanak-kanak dari didikan orangtuanya. Menjalani masa pendidikan sekolah di Sekolah Rendah (SR) Lhok Nibong sejak mulai tahun 1948.

Ketika itu, masa pendidikan beliau sempat terhenti karena terjadinya konflik yang berekses pada terbakarnya sekolah tempat beliau menuntut ilmu.
Peristiwa konflik tersebut adalah terjadinya Pemberontakan DI/TII dalam bulan Ramadhan pada tahun 1954 M.

Beberapa tokoh masyarakat Keude Lhok Nibong Pante Bidari yang diprakarsai oleh seorang IMAM MUKIM YAITU :
TGK AHMAD MALEM berinisiatif membangun gedung sekolah baru untuk terselenggaranya kembali proses belajar mengajar.
Agar pendidikan terhadap generasi penerus tetap terlaksana dan berjalan sebagaimana yang menjadi harapan dan cita-cita masyarakat.

TGK Djamil Hanafiah, TGK Sabil Hanafiah, TGK Djamil Meunasah Tunong dan TGK Ismail Saidy adalah Guru yang mengajar di Sekolah tersebut, para guru tersebut merupakan putra asli dari kawasan Keude Lhok Nibong Pante Bidari.

Berjalannya kembali kegiatan belajar mengajar setelah berdirinya Sekolah tersebut telah memberikan harapan dan semangat baru bagi masyarakat LHOK NIBONG dan sekitarnya. Beroperasinya kembali proses pendidikan setempat setelah berdirinya kembali bangunan sekolah yang dimotori oleh :
TGK AHMAD MALEM dan tokoh-tokoh masyarakat LHOK NIBONG.

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD pada masa itupun kembali dapat mengikuti kegiatan belajarnya di Sekolah tersebut.
Beliau hanya mengikuti kembali kegiatan belajarnya di Sekolah tersebut selama setahun, karena ketertarikan beliau untuk lebih memilih lembaga pendidikan dayah sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikannya.

Pada tahun 1956, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD melanjutkannya pendidikannya ke DAYAH BUSTANUL HUDA DI PANTEUE BREUEH ACEH UTARA.
Pada masa itu TEUNGKU ABDUL GHANI yang dikenal dengan gelar panggilan : TEUNGKU DI ACEH adalah sebagai pimpinan :
di DAYAH BUSTANUL HUDA.

DI DAYAH TERSEBUT, TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD mendapatkan bidang keilmuan yang menjadi keinginan dan cita-citanya.
Ketika itu, keadaan dan suasana yang sangat mendukung karena dalam masa Gencatan Senjata antara DI/TII dengan Pemerintah RI.

Suasana aman tenteram itu sangat mendukung bagi terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan baik, para santri dan guru pengajar dapat lebih memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar mengajar.

Namun, kehidupan masyarakat umum yang aman tenteram kembali terusik dengan terjadinya kembali konflik antara DI/TII dan Pemerintah RI.
Suasana aman dan nyaman yang dapat dinikmati hanya berlangsung kurang lebih selama 2 Tahun.

Para pengajar dan santri kerap menyaksikan pertempuran antara 2 pihak sering terjadi di kawasan dekat dengan lokasi Dayah tersebut, ekses yang ditimbulkan oleh pertempuran itu berakibat langsung pada terganggunya kegiatan belajar mengajar di DAYAH BUSTANUL HUDA.
Apalagi tekanan terhadap fisik dan psikologi dari arogansi para pihak yang terlibat perang terhadap santri dan pengajar sangat buruk, ini berakibat langsung terganggunya aktivitas DAYAH.
Akibat-akibat yang timbul dari ekses pertempuran itu tidak menjadi perhatian penting bagi para pihak yang terlibat bentrokan bersenjata.

Pada awal Tahun 1959, TGK MUHAMMAD DAUD bersama beberapa pelajar mengambil sikap untuk hijrah ke Gampong Tanjong Ara Paya Naden Simpang Ulim Aceh Timur.
Keputusan untuk relokasi tempat belajar terkait kondisi yang tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan menuntut Ilmu di Dayah Bustanul Huda Panteu Breueh Jambo Aye Aceh Utara. Sikap para pihak yang terlibat sangat mengganggu dan cenderung represif terhadap santri dan guru.

Gampong Tanjong Ara Paya Naden menjadi alternatif pilihan pertama disebabkan karena ajakan dari gurunya yang bernama : TEUNGKU ABDUL GHANI Tanjung Ara, tujuan utama adalah agar kegiatan dalam menuntut ilmu tetap berjalan dan tidak terganggu.

Sarana yang dipergunakan sebagai tempat untuk belajar adalah Meunasah Gampang Tanjong Ara.
Semua aktivitas proses belajar mengajar terkonsentrasi di Meunasah tersebut, mulai dari kegiatan pokok yaitu shalat berjamaah, belajar mengajar, istirahat, memasak dan sebagainya.

Perhatian khusus dan dukungan datang dari Geusyik dan Imum Gampong Tanjong Ara beberapa waktu kemudian.
Geusyik bersama masyarakat Gampong Tanjong Ara mulai membangun bilik-bilik dan sarana lainnya secara swadaya. Keberadaan Tgk Muhammad Daud Ahmad di Gampong tersebut bersifat sementara waktu, disamping agar kegiatan belajar tetap berjalan beliau juga memikirkan untuk melanjutkan pendidikannya ke Lembaga Pendidikan yang lebih tinggi.

Akhirnya, pada bulan Desember 1960, Tgk Muhammad Daud Ahmad mengambil keputusan dengan tekadnya yang sudah final untuk hijrah menuju ke Dayah Samalanga sebagai tempat yang lebih menjanjikan.
Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga pada waktu itu dibawah pimpinan Tgk H Abdul Aziz Shaleh, di Dayah tersebut Tgk H Abdul Aziz lebih dikenal panggilan ABON SAMALANGA.

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD langsung bisa duduk di kelas empat, hal ini dikarenakan beliau sudah memiliki bekal ilmunya yang beliau peroleh dari Dayah Bustanul Huda Pante Breueh dan bimbingan dari gurunya yaitu Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara.

Orang yang menjadi guru pertamanya di Dayah Sampai adalah :
TEUNGKU ZAINAL ABIDIN SYIHABUDDIN, gurunya itu disana lebih dikenal sekarang dengan sebutan TU DIN.
Disamping ABON SAMALANGA sendiri guru beliau juga guru beliau yang lain adalah :

TEUNGKU H MUHAMMAD KASEM TB, Almarhum adalah :
Pimpinan Dayah Darul Istiqamah Kota Bireuen.
TEUNGKU H USMAN KUTA KRUENG
(sekarang Pimpinan Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng Pidie Jaya).
Beliau bertahan dan betah belajar di Dayah Samalanga selama lebih dari 10 Tahun.
Salah satu penyebab bertahan beliau di Dayah tersebut adalah beliau merasa terpuaskan akan dahaga beliau akan ilmu agama, beliau merasa mendapatkan apa yang beliau cita-citakan.
Pengabdian beliau terhadap gurunya dan kiprahnya terhadap masyarakat dalam bidang pendidikan sangat besar.

Di penghuni tahun 1970, TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD pulang ke kampung halamannya Gampong Meunasah Leubok Lhok Nibong Pante Bidari Aceh Timur. Keberadaan di kampung halaman beliau gunakan sebagai waktu untuk berbakti kepada masyarakat, beliau jalin silaturahmi dan komunikasi dengan para tokoh masyarakat.

Bertepatan pada masa itu, di sekitar kampung halamannya sedang dilanda musim kemarau panjang.
Beliau mengajak masyarakat untuk mendirikan shalat Istisqa' (shalat minta diturunkan hujan).
Tidak lama berselang sesudah dilaksanakan shalat Istisqa', alhamdulillah... hujan lebih pun turun atas berkat di ijabah doa, sebagai rahmat dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Para tahun 1971, beliau menikah dengan Ummi Faudziah binti Tgk Syamsuddin.
Beliau dianugerahi keturunan dari hasil perkawinannya seorang Putra :
Tgk H Muzakkir Bin Muhammad Daud dan 2 orang puteri :
Hajjah Zainab dan
Hajjah Raihanah.

Masyarakat di GAMPONG LUENG ANGEN, sebuah kampung yang berjarak kurang dari 2 Km dari tempat tinggal TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD meminta kepada beliau agar sudi kiranya mengajarkan Ilmu Agama di Kampung tersebut.
Atas permintaan masyarakat tersebut, akhirnya beliau mengajar di Dayah yang dibangun bersama masyarakat di Gampong Lueng Angen secara swadaya.
Dayah diberikan nama Dayah Darul Huda, peristiwa tersebut berlangsung pada tahun 1972.

Dayah tersebut pada awalnya dibangun bertujuan untuk menjadi tempat belajar masyarakat dan anak-anak GAMPONG LUENG ANGEN saja. Seiring perjalanan waktu, berkembang menjadi tempat tujuan orang-orang dari luar daerah tersebut.
Semakin hari jumlah santri yang datang dari luar semakin bertambah. Dengan adanya perkembangan yang demikian, karena santri dari luar itu sifatnya menetap maka membutuhkan tersedianya tempat menginap dan sebagainya.
Maka akhirnya dilakukanlah pembangunan kamar-kamar dan sarana pendukung lainnnya.

Kegiatan proses belajar mengajar mulai aktif berlangsung pada tahun 1973, pada waktu itu sarana dan prasarana telah rampung dibangku.
Pada tahun pertama masa aktif belajar sudah ada sekitar 50 orang santri.
Beliau para masa itu sebagai tenaga pengajar di bantu oleh : TEUNGKU MUKHTAR yang berasal dari Peureulak Aceh Timur.

Nama ABU LUENG Angen itu sebagai nama sebutan mulai di gunakan oleh masyarakat ketika menyebutkan nama beliau.
Nama sebutan lain beliau yang populer juga adalah ABU LHOK NIBONG.

Seiring perjalanan waktu dan perkembangan masa, berkembang pula jumlah santri yang menuntut ilmu ke Dayah Darul Huda.
Hal ini berakibat pada kebutuhan akan tenaga guru pengajar.
ABON SAMALANGA pun akhirnya mengutus ADIK KANDUNG beliau sendiri yaitu :
TGK ABDULLAH SHALEH sebagai guru pengajar untuk membantu ABU LUENG ANGEN.
Sebagai tanda restu dari Guru, ABON SAMALANGA kepada : muridnya ABU LUENG ANGEN maka ABON SAMALANGA menghadiahkan satu unit Sepeda milik Abon sendiri.
Untuk ukuran sekarang bisa dikatakan sama seperti Sepeda Motor.

Jumlah santri Dayah Darul Huda semakin bertambah dari waktu ke waktu, jumlah santri mencapai 1300 orang pada pertengahan tahun 1980an sampai awal tahun 1990an.
Pada tahun 2010 jumlah santri mencapai 1600.

Para alumni tamatan Dayah Darul Huda yang berjumlah ribuan itu sudah tersebar diberbagai pelosok dan kawasan, baik di dalam daerah Aceh, Indonesia atau ke negara-negara tetangga.

Sebagian ada yang melanjutkan pengembangan dalam bidang yang sama dengan beliau, mendirikan lembaga pendidikan dayah.
Jumlahnya dalam kisaran di 40 dayah.
Salah satunya adalah :
ABU ALI PAYA PASI di JULOK
ACEH TIMUR.

Mantan Ketua MUI Propinsi Kep. Riau selama 2 periode dan Kepala Dinas Departemen Agama Propinsi Kep. Riau adalah :
MURID DARI ABU LHOK NIBONG.

Peran beliau dalam masyarakat lingkungan sangat besar nilainya. Beliau menjadi tokoh sentral masyarakat di Lhok Nibong, masyarakat terayomi dalam keteladanan, kedalaman ilmu dan pemahaman serta ketegasan beliau dalam mengambil sikap.

Pembangunan Masjid Baiturrahim Lhok Nibong Pante Bidari adalah salah satu bukti kongkret dan contoh faktual.
Pada tahun 1980, Kesediaan beliau atas permintaan masyarakat untuk menjadi ketua umum panitia pembangunan Masjid Baiturrahim menjadikan pelaksanaan pekerjaan pembangunan Masjid Baiturrahim berjalan sangat baik. Kegiatan rutinitas pengajian umum dan khusus berjalan tertib dan berkembang.
Abu Lueng Angen sebagai Ketua Pembangunan Masjid Baiturrahim secara aktif dan teratur berkesinambungan berceramah menyampaikan dakwah pada setiap Meunasah-meunasah yang berada dalam lingkungan Kemasjidan Baiturrahim Lhok Nibong, enam desa dalam kawasan Kemasjidan Baiturrahim, yaitu Meunasah Teungoh, Keude Baro, Meunasah Leubok, Meunasah Tunong, Pante Panah dan Matang Kruet.

Pada tahun 80an, beliau mengetuk hati, menggugah jiwa dan menghimbau mengajak masyarakat untuk tergerak dalam panggilan semangat jiwa agar berbuat banyak urusan kebaikan dan kemajuan terhadap Pribadi diri sendiri dan keluarga serta masyarakat.
Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk apa saja yang dimiliki oleh setiap Pribadi masyarakat.
Kemudahan dalam kelebihan harta, tenaga dan ide pikiran dapat disumbangkan untuk pembangunan Masjid.

Masjid Baiturrahim Lhok Nibong Kec. Pante Bidari Aceh Timur telah lama rampung dikerjakan. Hingga saat ini Abu Lueng Angen masih diharapkan dan menjadi kepercayaan masyarakat untuk memimpin Kepanitiaan
Pembangunan Masjid Baiturrahim Lhok Nibong.
Peletakan batu pertama pada tanggal 25 Maret 1981.
Proses yang dimulai dengan langkah pertama yang hingga selesainya pembangunan berjalan baik dan lancar.
Masjidil sudah dapat digunakan masyarakat pada hari Jumat 30 Maret 1984, maknanya Masjid sudah bisa digunakan untuk shalat Jumat.

Ada satu hal yang menjadi moment hidup yang sangat berharga dan sangat layak untuk diapresiasikan, hal tersebut adalah bahwa Masjid Baiturrahim telah berhasil dibangun sekalipun sumber dana hanya berasal dari sumbangan masyarakat. Bantuan dari Pemerintah tidak melebihi dari 5% menurut berita salah satu sumber informasi.

Peranan ABU Lueng Angen dalam usaha penggalangan dana Pembangunan Masjid adalah peran yang sangat dominan, beliau juga ikut dilibatkan dalam Kepanitiaan Pembangunan Masjid Pase Kota Panton Labu Kecamatan Tanah Jambo Aye. Keterlibatan beliau sejak Tahun 2000 hingga saat ini.

Beliau adalah pribadi yang sangat menghargai kedisiplinan, profile yang disiplin dan teratur dalam kesehariannya.
Cinta kebersihan dan kerapian. Jika ada suatu aturan yang ditetapkan di Dayah, maka beliau lah orang pertama yang mematuhi aturan tersebut.

-----------
ABU LHOK-NIBONG
ULAMA ACEH.
----------
NAMA ASLI BELIAU ADALAH : TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD, namun setelah menjadi SEORANG ALIM, beliau lebih DIKENAL dengan LAQAB :
ABU LHOK-NIBONG dengan DAYAHNYA DARUL HUDA atau DIKENAL pula DENGAN :
ABU LUENG ANGEN.

Dahulu, semasa masih belajar dan mengajar di DAYAH Mudi5 MESRA SAMALANGA, GURU BESARNYA adalah :
ABON SAMALANGA memanggilnya dengan panggilan "TEUNGKU di SIMPANG" karena beliau BERASAL dari SIMPANG ULIM.

ABU DAUD LHOK NIBONG memulai pengembaraan ILMUNYA BERGURU kepada : TEUNGKU ABDURRANI yang dikenal dengan SEBUTAN :
TEUNGKU DI ACEH.
Beliau belajar kepada TEUNGKU DI ACEH selama tiga tahun, namun karena suasana Aceh ketika itu sedang bergolak, beberapa kali beliau harus mengungsi.
Tepatnya pada tahun 1960 ABU LHOKNIBONG melanjutkan belajarnya kepada seorang ulama yang merupakan MURID dari TEUNGKU SYEKH MUDA WALY AL-KHALIDY yang dikenal :
PENGKADER BANYAK PARA ULAMA YAITU :
ABON SAMALANGA.

Kehadiran ABU DAUD DI DAYAH MUDI MESRA ketika itu bak gayung bersambut, dimana ABU DAUD kemudian menjadi tangan kanan dan ajudan GURUNYA dalam banyak hal.
Sekitar 11 TAHUN KEBERSAMAAN GURU DAN MURIDNYA ini, kemudian ABON mengizinkan ABU LHOKNIBONG yang telah alim untuk mendirikan DAYAH baru yang kemudian dikenal dengan nama :
DAYAH DARUL HUDA LHOK-NIBONG.

Disebutkan dalam tiga tahun pertama dayah ini hanya memiliki belasan santri saja.
Namun setelah ABON SAMALANGA menerapkan “SISTEM DAPUR UMUM”, maka banyak para santri yang pindah dari DAYAH MUDI MESRA SAMALANGA ke DAYAH lainnya termasuk dayah yang banyak dituju adalah Darul Huda dan DAYAH MALIKUSSALEH PANTON. YAITU :
DAYAH ABU PANTON.

Barulah kemudian berdatangan banyak santri dari Aceh dan luar Aceh untuk belajar ke DAYAH DARUL HUDA LHOK-NIBONG. Sehingga tidak mengherankan jika DAYAH DARUL HUDA kemudian berkembang begitu pesat, bahkan sekarang Dayah Darul Huda telah memiliki lebih dari 40 cabang lainnya yang berafiliasi sebagai :
LULUSAN Darul Huda Lhoknibong termasuk DAYAH DARUL HUDA JULOK yang dipimpin oleh :
Abu5 MUHAMMAD ALI PAYA PASI juga memiliki kaitan dengan Dayah ABU DAUD LHOKNIBONG
Dengan penuh dedikasi dan ketulusan dalam MEMIMPIN DAYAH, maka Abu Daud telah mengorbit banyak para ulama yang terpandang dewasa ini sebut saja ketika beliau di Samalanga di antara MURIDNYA adalah :
ABU MUDI Samalanga,
WALED NU Samalanga,
AYAH CALAEU dan umumnya para abu yang memimpin DAYAH LULUSAN MUDI SAMALANGA dipastikan pernah belajar dengan ABU DAUD LUENG ANGEN.
Bahkan di Dayah DARUL HUDA juga banyak murid ABU DAUD yang kemudian menjadi ulama terpandang di antaranya adalah : ABI JAFAR LUENG ANGEN,
ABU MUHAMMAD ALI PAYA PASI dan para TEUNGKU yang bertebaran di seluruh Aceh.

Adapun ulama yang meneruskan estafet Dayah Darul Huda adalah : ABI JA'FAR LUENG ANGEN.
Selain dikenal sebagai guru besar Dayah Mudi Mesra dan tangan kanan ABON SAMALANGA,
ABU DAUD juga menguasai banyak disiplin ilmu keislaman, bahkan disebutkan beliau juga ahli dalam ILMU QIRA'AT.

Tepatnya tahun 2016 setelah
ABU melewati masa SAKITNYA yang agak lama, beliau kemudian membuat pertemuan dengan seluruh alumni Dayah Darul Huda, dimana hampir semua santrinya hadir ketika itu.
Dalam video unggahan tersebut ada ABU PAYA PASI,
ABU ABDULLAH Kruet LINTANG dan para teungku lainnya yang telah menjadi ulama dan pimpinan dayah.
Di saat itu ABU LUENG ANGEN berbicara dengan begitu semangat menyampaikan berbagai pesan keislaman dengan mengutip banyak AYAT, HADITS dan MATAN-MATAN KITAB yang diucapkan dengan begitu fasih dan lancar.

Di akhir pidatonya ABU DAUD memohon maaf kepada seluruh muridnya barangkali dulu ketika beliau mendidik mereka ada kekeliruan dalam ucapan maupun tindakannya.
Itulah ABU LUENG ANGEN SEORANG ULAMA yang 'ALAMAH dan INSAF.
Setelah pertemuan besar itu,
ABU LUENG ANGEN lebih banyak diam dan jarang beliau berbicara ke publik, beliau lebih memilih mendoakan masyarakat ACEH dalam DIAMNYA.
Karena beliau adalah seorang yang MUSTAJAB DOA.

Dulu tahun 1969 masyarakat di kawasan tempat tinggalnya dilanda oleh kemarau yang panjang namun saat beliau memimpin SHALAT ISTISQA', maka di malam harinya turunlah hujan yang begitu lebat.

Sekarang ABU telah berusia lebih dari 80 tahun, usia yang telah sepuh tentunya.
Telah banyak kebaikan yang telah beliau persembahkan untuk masyarakatnya.
Telah dihabiskan usia remaja dan mudanya untuk berkhidmah kepada gurunya, telah dipersembahkan untuk Islam akalnya yang CERDAS, FISIKNYA yang GAGAH, HATINYA YANG BIJAKSANA.

---------------- RIWAYAT VERSI 2

ABU LHOK NIBONG.
TUNGKU H MUHAMMAD DAUD (ABU LUENG ANGEN)

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD atau lebih dikenal deangan :
ABU DI LUENG ANGEN adalah : Anak bungsu dari 3 bersaudara dari TGK AHMAD BIN ABDUL LATIF dan DHIEN.
beliau lahir di Desa Meunasah Leubok, Lhok Nibong, Aceh Timur, pada bulan Maret 1941M.

Beliau kerap di sapa dengan ABU LUENG ANGEN karena memang beliau memimpin sebuah Dayah yang bernama Dayah Darul Huda di desa Krueng Lingka kec.Langkahan,Aceh Utara.
dayah tersebut sering disebut dengan dayah lueng angen.menurut sebagian sumber di samping komplek dayah tersebut dulu terdapat sebuah lueng (parit-sungai kecil) mati yang di tumbuhi pohon rumbia, shingga sering terdengar suara daun pohon rumbia yang dihempas angin.oleh karena itu dikenallah dayah tersebut dengan dayah lueng angen, namun sekarang lueng tersebut sudah di timbun untuk perluasan komplek dayah.

Ulama karismatik Aceh ini dikenal ahli dalam bidang Fiqh dan Qiraah Sab’ah
(tujuh macam cara membaca al-quran), jadi jangan heran kalau santri-santri hasil didikan beliau sangat fasih dalam membaca Al-quran.

PENDIDIKAN FORMAL.

Pada tahun 1954 Tgk Muhammad Daud mulai belajar di SR(Sekolah Rendah) Lhoknibong,namun sayang pada saat pemberontakan DI/TII tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 1954 sekolah ini dibakar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
peristiwa ini mengakibatkan beliau harus berhenti bersekolah.setelah kejadian tersebut masyarakat lhoknibong memprakasai memprakarsai pendirian SRI (Sekolah Rendah Islam) sebagai pengganti sekolah yang telah terbakar dan Tgk Muhammad Daud pun dapat kembali bersekolah.namun beliau hanya belajar kurang dari setahu di sekolah ini.

PENDIDIKAN DAYAH.
Karena kecintaanya terhadap ilmu agama Tgk Muhammad Daun ingin mempelajari ilmu agama secara murni tanpa harus berkutat dengan pelajaran umum.

maka pada tahun 1956 Tgk Muhammad Daun memulai perantauna mencari ilmu,mula-mula beliau menuju Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh, Aceh Uata.
dayah tersebut dipimpin oleh : TEUNGKU ABDUL GHANI yang dikenal dengan :
TEUNGKU DI ACEH.
di dayah ini belau menemukan kajian ilmu yang beliau inginkan ditambah lagi dengan suasana yang cukup kondusif jauh dari suara bising letusan senjata karena sedang terjadi genjatan senjata antara pihak DI/TII dengan Pemerintah RI.

Namun sayang suasana yang tenang tersebut hanya bisa dinikmati selama dua tahun karena pemberontakan DI/TII kembali meletus sehingga beliau berseta para santri di dayah tersebut harus mengungsi ke Gampong Tanjong Ara, Paya Naden, Aceh Timur.
beliau dan santri lainnya mengikuti ajakan guru beliau Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara ke Gampong Tanjong Ara agar kegiatan belajar mengajar tidak terputus.

Selama masa pengungsian beliau mulai memikirkan untuk melanjutkan pembelajaran ke tingkat yang lebih tinggi. Maka Pada bulan Desember 1960, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD, berbulat tekad menuju Samalanga sebagai tempat belajar yang lebih menjanjikan.

Dayah Ma’hadal ‘Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga yang beliau pilih kala itu dipimpin oleh :
TEUNGKU H ABDUL AZIZ SHALEH
(dikenal sebagai Abon Samalanga).
berbekal ilmu yang beliau dapat di Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh maka beliau langsung duduk di kelas empat.
diantara guru-guru beliau di MUDI adalah :
TU DIN
(Teungku Zainal Abidin Syihabuddin),
TEUNGKU M. KASEM TB
(Alm. adalah pimpinan Dayah Darul Istiqamah, Bireuen),
TEUNGKU USMAN KUTA KRUENG (sekarang pimpinan Dayah Darul Mun Munawwarah, Pidie), dan tentunya ABON SAMALANGA sendiri.
selama di dayah MUDI beliau cukup betah mengaji dengan lancar hinggan lebih dari 10 tahun.

MENDIRIKAN DAYAH

Setelah menempuh pendidikan di dayah MUDI selama lebih dari 10 tahun,pada awal tahun 1971 dengan izin Abon Samalanga, Tgk Muhammad Daud kembali ke kampung halamannya.pada tahun yang sama pula beliau menikah dengan Faudziah binti Syamsuddin dan di rauniai tiga orang anak.

Pada tahun 1972 atas permintaan dan swadaya masyarakat didirikanlah sebuah dayah yang diberi nama DARUL HUDA.pada mulanya dayah ini dibangun untuk kebutuhan pendidikan agama anak-anak di sekitar dayah saja,namun kemudian mulai berdatangan santri-santri dari daerah lainnya sehingga membutuhkan asrama sebagai tempat menginap.

Seiring bertambahnya santri Tgk Muhammad Daud pun sangat membuthkan tenaga pengajar untuk membantunya.maka Maka ABON SAMALANGA mengutus Teungku Abdullah Shaleh Jeunieb (adik kandung Abon Samalanga) untuk membantu TEUNGKU MUHAMMAD DAUD.
karena semasa di Samalanga Tgk Muhammad Daud termasuk salah satu santri yang sangat di sayangi ABON, maka ABON juga mengirim satu unit sepeda milik ABON sendiri, sebagai tanda restu.

Kini dayah Darul Huda adalah : dayah nomor dua di Aceh dengan Santri terbanyak setelah MUDI Mesra Samalanga.lebih dari empat ribu santri menetap di dayah ini,mereka berasal dari berbagai daerah di Aceh dan luar (sumatra dan jawa) bahkan ada yang dari luar negeri seperti Malaysia.

Sampai sekarang DAYAH DARUL HUDA telah menghasilkan rubuan Alumni yang tersebar di seluruh Aceh sumatra dan jawa. Ada pula alaumni yang mengabdikan ilmunya di luar negeri seperti Malaysia, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

KEDEKATAN DENGAN
MASYARAKAT.

Di tahun-tahun terakhir keberadaannya di Dayah MUDI, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD sering pulang kampung. Hal ini menjadi menjadi momentum yang mendekatkan dirinya dengan masyarakat setelah sekian lama merantau. Suatu ketika pada tahun 1969, Tgk Muhammad Daud pulang kampung dan pada saat itu sedang dilanda kemarau panjang. Merasa terenyuh melihat masyarakat yang didera kesulitan air, Tgk Muhammad Daud menggagas pelaksanaan shalat istisqaq
(shalat memohon turun hujan). Menurut masyarakat setempat, Teungku Daud Sendiri yang memimpin shalat itu, lalu di malam harinya, turunlah hujan dengan sangat lebat.

Kedekatan beliau dengan masyarakat terbukti dengan kesediaan beliau menjadi ketua panitia pembangunan mesjid lhoknibong pada tahun 1980.bahkan beliau turun tangan sendiri dalam mensosialiasikan pembangunan mesjid tersebut kepada masyarakat dengan berceramah ke setiap menasah ayang ada yang ada di enam desa dalam kawasan kemesjidan Baiturrahim Lhoknibong.

Selain itu, ABU LUENG ANGEN juga termasuk dalam panitia pembangunan mesjid Pase yang sekarang berdiri megah di kota Panton Labu,Aceh Utara.

DISIPLIN DAN RAPI DALAM
SEGALA HAL

ABU LUENG ANGEN adalah sosok yang sederhana namun sangat disiplin, rapi dalam segala hal, dan cinta kebersihan. Jika suatu aturan diterapkan dalam dayahnya, maka beliau adalah orang pertama yang mematuhi aturan itu.sehingga tidak heran bila dayah binaan beliau yaitu dayah Darul Huda terkenal dengan peraturannya yang sangat ketat.

Dalam hal kerapian, tercermin dari komitmennya yang menempatkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya dalam setiap kegiatan gotong-royong rutin membersihkan komplek dayah, beliau selalu mengingatkan para santri, agar peralatan yang telah digunakan segera dikembalikan ke tempat penyimpanannya. Oleh karena itu, tidak heran jika semasa sehat Abu dulu dayah darul huda pernah meraih penghargaan sebagai salah satu dayah terbersih se Aceh.

Studi Banding Ke Luar Negeri Pada tanggal 29 Juli sampai dengan tanggal 16 Agustus tahun 1996,Abu Lueng Angen beserta sejumlah ulama Aceh lainnya melakukan studi banding ke negara Malaysia, Yordania, Spanyol, Turki, Uzbekistan, Mesir, dan Arab Saudi. Studi banding tersebut diprakarsa Gubernur Aceh pada waktu itu, Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud.

Semoga Allah SWT menambah kemuliaan Abu Daud Lhoknibong.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

Hafidhahullahu Ta'ala.
WASSALAM.

DOC 

FACEBOOK