TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS
Showing posts with label TUNGKU ABU LUENG ANGEN LHOK NIBONG. Show all posts
Showing posts with label TUNGKU ABU LUENG ANGEN LHOK NIBONG. Show all posts

Tuesday, September 8, 2020

TUNGKU ABU LUENG ANGEN LHOK NIBONG

Gambar mungkin berisi: 1 orang


ABU LHOK NIBONG.
ABU LUENG ANGEN.
---------------
ABU MUHAMMAD DAUD AHMAD.
ULAMA KHARISMATIK ACEH.
---------------

SOSOK DARI ABU LHOK NIBONG, sebagaian masyarakat memanggil beliau dengan nama : ABU LUENG ANGEN.
Seorang ULAMA yang memiliki kharisma dalam masyarakat luas.

Nama asli beliau adalah :
TEUNGKU H MUHAMMAD DAUD,
beliau dilahirkan :
DI GAMPONG MEUNASAH LEUBOK LHOK NIBONG,
KECAMATAN PANTE BIDARI ACEH TIMUR PADA :
BULAN MARET 1941.
Anak bungsu dari 3 bersaudara, ayahanda beliau adalah :
TGK AHMAD BIN ABDUL LATIF dan ibundanya :
BERNAMA IBU DHIEN.

TGK DAUD adalah :
pemuda yang berhasil meraih dan menerapkan ilmu dan keberkahan dari gurunya kepada UMAT.

Pendidikan Dasar Agama beliau peroleh ketika masa kanak-kanak dari didikan orangtuanya. Menjalani masa pendidikan sekolah di Sekolah Rendah (SR) Lhok Nibong sejak mulai tahun 1948.

Ketika itu, masa pendidikan beliau sempat terhenti karena terjadinya konflik yang berekses pada terbakarnya sekolah tempat beliau menuntut ilmu.
Peristiwa konflik tersebut adalah terjadinya Pemberontakan DI/TII dalam bulan Ramadhan pada tahun 1954 M.

Beberapa tokoh masyarakat Keude Lhok Nibong Pante Bidari yang diprakarsai oleh seorang IMAM MUKIM YAITU :
TGK AHMAD MALEM berinisiatif membangun gedung sekolah baru untuk terselenggaranya kembali proses belajar mengajar.
Agar pendidikan terhadap generasi penerus tetap terlaksana dan berjalan sebagaimana yang menjadi harapan dan cita-cita masyarakat.

TGK Djamil Hanafiah, TGK Sabil Hanafiah, TGK Djamil Meunasah Tunong dan TGK Ismail Saidy adalah Guru yang mengajar di Sekolah tersebut, para guru tersebut merupakan putra asli dari kawasan Keude Lhok Nibong Pante Bidari.

Berjalannya kembali kegiatan belajar mengajar setelah berdirinya Sekolah tersebut telah memberikan harapan dan semangat baru bagi masyarakat LHOK NIBONG dan sekitarnya. Beroperasinya kembali proses pendidikan setempat setelah berdirinya kembali bangunan sekolah yang dimotori oleh :
TGK AHMAD MALEM dan tokoh-tokoh masyarakat LHOK NIBONG.

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD pada masa itupun kembali dapat mengikuti kegiatan belajarnya di Sekolah tersebut.
Beliau hanya mengikuti kembali kegiatan belajarnya di Sekolah tersebut selama setahun, karena ketertarikan beliau untuk lebih memilih lembaga pendidikan dayah sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikannya.

Pada tahun 1956, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD melanjutkannya pendidikannya ke DAYAH BUSTANUL HUDA DI PANTEUE BREUEH ACEH UTARA.
Pada masa itu TEUNGKU ABDUL GHANI yang dikenal dengan gelar panggilan : TEUNGKU DI ACEH adalah sebagai pimpinan :
di DAYAH BUSTANUL HUDA.

DI DAYAH TERSEBUT, TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD mendapatkan bidang keilmuan yang menjadi keinginan dan cita-citanya.
Ketika itu, keadaan dan suasana yang sangat mendukung karena dalam masa Gencatan Senjata antara DI/TII dengan Pemerintah RI.

Suasana aman tenteram itu sangat mendukung bagi terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan baik, para santri dan guru pengajar dapat lebih memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar mengajar.

Namun, kehidupan masyarakat umum yang aman tenteram kembali terusik dengan terjadinya kembali konflik antara DI/TII dan Pemerintah RI.
Suasana aman dan nyaman yang dapat dinikmati hanya berlangsung kurang lebih selama 2 Tahun.

Para pengajar dan santri kerap menyaksikan pertempuran antara 2 pihak sering terjadi di kawasan dekat dengan lokasi Dayah tersebut, ekses yang ditimbulkan oleh pertempuran itu berakibat langsung pada terganggunya kegiatan belajar mengajar di DAYAH BUSTANUL HUDA.
Apalagi tekanan terhadap fisik dan psikologi dari arogansi para pihak yang terlibat perang terhadap santri dan pengajar sangat buruk, ini berakibat langsung terganggunya aktivitas DAYAH.
Akibat-akibat yang timbul dari ekses pertempuran itu tidak menjadi perhatian penting bagi para pihak yang terlibat bentrokan bersenjata.

Pada awal Tahun 1959, TGK MUHAMMAD DAUD bersama beberapa pelajar mengambil sikap untuk hijrah ke Gampong Tanjong Ara Paya Naden Simpang Ulim Aceh Timur.
Keputusan untuk relokasi tempat belajar terkait kondisi yang tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan menuntut Ilmu di Dayah Bustanul Huda Panteu Breueh Jambo Aye Aceh Utara. Sikap para pihak yang terlibat sangat mengganggu dan cenderung represif terhadap santri dan guru.

Gampong Tanjong Ara Paya Naden menjadi alternatif pilihan pertama disebabkan karena ajakan dari gurunya yang bernama : TEUNGKU ABDUL GHANI Tanjung Ara, tujuan utama adalah agar kegiatan dalam menuntut ilmu tetap berjalan dan tidak terganggu.

Sarana yang dipergunakan sebagai tempat untuk belajar adalah Meunasah Gampang Tanjong Ara.
Semua aktivitas proses belajar mengajar terkonsentrasi di Meunasah tersebut, mulai dari kegiatan pokok yaitu shalat berjamaah, belajar mengajar, istirahat, memasak dan sebagainya.

Perhatian khusus dan dukungan datang dari Geusyik dan Imum Gampong Tanjong Ara beberapa waktu kemudian.
Geusyik bersama masyarakat Gampong Tanjong Ara mulai membangun bilik-bilik dan sarana lainnya secara swadaya. Keberadaan Tgk Muhammad Daud Ahmad di Gampong tersebut bersifat sementara waktu, disamping agar kegiatan belajar tetap berjalan beliau juga memikirkan untuk melanjutkan pendidikannya ke Lembaga Pendidikan yang lebih tinggi.

Akhirnya, pada bulan Desember 1960, Tgk Muhammad Daud Ahmad mengambil keputusan dengan tekadnya yang sudah final untuk hijrah menuju ke Dayah Samalanga sebagai tempat yang lebih menjanjikan.
Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga pada waktu itu dibawah pimpinan Tgk H Abdul Aziz Shaleh, di Dayah tersebut Tgk H Abdul Aziz lebih dikenal panggilan ABON SAMALANGA.

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD langsung bisa duduk di kelas empat, hal ini dikarenakan beliau sudah memiliki bekal ilmunya yang beliau peroleh dari Dayah Bustanul Huda Pante Breueh dan bimbingan dari gurunya yaitu Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara.

Orang yang menjadi guru pertamanya di Dayah Sampai adalah :
TEUNGKU ZAINAL ABIDIN SYIHABUDDIN, gurunya itu disana lebih dikenal sekarang dengan sebutan TU DIN.
Disamping ABON SAMALANGA sendiri guru beliau juga guru beliau yang lain adalah :

TEUNGKU H MUHAMMAD KASEM TB, Almarhum adalah :
Pimpinan Dayah Darul Istiqamah Kota Bireuen.
TEUNGKU H USMAN KUTA KRUENG
(sekarang Pimpinan Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng Pidie Jaya).
Beliau bertahan dan betah belajar di Dayah Samalanga selama lebih dari 10 Tahun.
Salah satu penyebab bertahan beliau di Dayah tersebut adalah beliau merasa terpuaskan akan dahaga beliau akan ilmu agama, beliau merasa mendapatkan apa yang beliau cita-citakan.
Pengabdian beliau terhadap gurunya dan kiprahnya terhadap masyarakat dalam bidang pendidikan sangat besar.

Di penghuni tahun 1970, TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD pulang ke kampung halamannya Gampong Meunasah Leubok Lhok Nibong Pante Bidari Aceh Timur. Keberadaan di kampung halaman beliau gunakan sebagai waktu untuk berbakti kepada masyarakat, beliau jalin silaturahmi dan komunikasi dengan para tokoh masyarakat.

Bertepatan pada masa itu, di sekitar kampung halamannya sedang dilanda musim kemarau panjang.
Beliau mengajak masyarakat untuk mendirikan shalat Istisqa' (shalat minta diturunkan hujan).
Tidak lama berselang sesudah dilaksanakan shalat Istisqa', alhamdulillah... hujan lebih pun turun atas berkat di ijabah doa, sebagai rahmat dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Para tahun 1971, beliau menikah dengan Ummi Faudziah binti Tgk Syamsuddin.
Beliau dianugerahi keturunan dari hasil perkawinannya seorang Putra :
Tgk H Muzakkir Bin Muhammad Daud dan 2 orang puteri :
Hajjah Zainab dan
Hajjah Raihanah.

Masyarakat di GAMPONG LUENG ANGEN, sebuah kampung yang berjarak kurang dari 2 Km dari tempat tinggal TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD meminta kepada beliau agar sudi kiranya mengajarkan Ilmu Agama di Kampung tersebut.
Atas permintaan masyarakat tersebut, akhirnya beliau mengajar di Dayah yang dibangun bersama masyarakat di Gampong Lueng Angen secara swadaya.
Dayah diberikan nama Dayah Darul Huda, peristiwa tersebut berlangsung pada tahun 1972.

Dayah tersebut pada awalnya dibangun bertujuan untuk menjadi tempat belajar masyarakat dan anak-anak GAMPONG LUENG ANGEN saja. Seiring perjalanan waktu, berkembang menjadi tempat tujuan orang-orang dari luar daerah tersebut.
Semakin hari jumlah santri yang datang dari luar semakin bertambah. Dengan adanya perkembangan yang demikian, karena santri dari luar itu sifatnya menetap maka membutuhkan tersedianya tempat menginap dan sebagainya.
Maka akhirnya dilakukanlah pembangunan kamar-kamar dan sarana pendukung lainnnya.

Kegiatan proses belajar mengajar mulai aktif berlangsung pada tahun 1973, pada waktu itu sarana dan prasarana telah rampung dibangku.
Pada tahun pertama masa aktif belajar sudah ada sekitar 50 orang santri.
Beliau para masa itu sebagai tenaga pengajar di bantu oleh : TEUNGKU MUKHTAR yang berasal dari Peureulak Aceh Timur.

Nama ABU LUENG Angen itu sebagai nama sebutan mulai di gunakan oleh masyarakat ketika menyebutkan nama beliau.
Nama sebutan lain beliau yang populer juga adalah ABU LHOK NIBONG.

Seiring perjalanan waktu dan perkembangan masa, berkembang pula jumlah santri yang menuntut ilmu ke Dayah Darul Huda.
Hal ini berakibat pada kebutuhan akan tenaga guru pengajar.
ABON SAMALANGA pun akhirnya mengutus ADIK KANDUNG beliau sendiri yaitu :
TGK ABDULLAH SHALEH sebagai guru pengajar untuk membantu ABU LUENG ANGEN.
Sebagai tanda restu dari Guru, ABON SAMALANGA kepada : muridnya ABU LUENG ANGEN maka ABON SAMALANGA menghadiahkan satu unit Sepeda milik Abon sendiri.
Untuk ukuran sekarang bisa dikatakan sama seperti Sepeda Motor.

Jumlah santri Dayah Darul Huda semakin bertambah dari waktu ke waktu, jumlah santri mencapai 1300 orang pada pertengahan tahun 1980an sampai awal tahun 1990an.
Pada tahun 2010 jumlah santri mencapai 1600.

Para alumni tamatan Dayah Darul Huda yang berjumlah ribuan itu sudah tersebar diberbagai pelosok dan kawasan, baik di dalam daerah Aceh, Indonesia atau ke negara-negara tetangga.

Sebagian ada yang melanjutkan pengembangan dalam bidang yang sama dengan beliau, mendirikan lembaga pendidikan dayah.
Jumlahnya dalam kisaran di 40 dayah.
Salah satunya adalah :
ABU ALI PAYA PASI di JULOK
ACEH TIMUR.

Mantan Ketua MUI Propinsi Kep. Riau selama 2 periode dan Kepala Dinas Departemen Agama Propinsi Kep. Riau adalah :
MURID DARI ABU LHOK NIBONG.

Peran beliau dalam masyarakat lingkungan sangat besar nilainya. Beliau menjadi tokoh sentral masyarakat di Lhok Nibong, masyarakat terayomi dalam keteladanan, kedalaman ilmu dan pemahaman serta ketegasan beliau dalam mengambil sikap.

Pembangunan Masjid Baiturrahim Lhok Nibong Pante Bidari adalah salah satu bukti kongkret dan contoh faktual.
Pada tahun 1980, Kesediaan beliau atas permintaan masyarakat untuk menjadi ketua umum panitia pembangunan Masjid Baiturrahim menjadikan pelaksanaan pekerjaan pembangunan Masjid Baiturrahim berjalan sangat baik. Kegiatan rutinitas pengajian umum dan khusus berjalan tertib dan berkembang.
Abu Lueng Angen sebagai Ketua Pembangunan Masjid Baiturrahim secara aktif dan teratur berkesinambungan berceramah menyampaikan dakwah pada setiap Meunasah-meunasah yang berada dalam lingkungan Kemasjidan Baiturrahim Lhok Nibong, enam desa dalam kawasan Kemasjidan Baiturrahim, yaitu Meunasah Teungoh, Keude Baro, Meunasah Leubok, Meunasah Tunong, Pante Panah dan Matang Kruet.

Pada tahun 80an, beliau mengetuk hati, menggugah jiwa dan menghimbau mengajak masyarakat untuk tergerak dalam panggilan semangat jiwa agar berbuat banyak urusan kebaikan dan kemajuan terhadap Pribadi diri sendiri dan keluarga serta masyarakat.
Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk apa saja yang dimiliki oleh setiap Pribadi masyarakat.
Kemudahan dalam kelebihan harta, tenaga dan ide pikiran dapat disumbangkan untuk pembangunan Masjid.

Masjid Baiturrahim Lhok Nibong Kec. Pante Bidari Aceh Timur telah lama rampung dikerjakan. Hingga saat ini Abu Lueng Angen masih diharapkan dan menjadi kepercayaan masyarakat untuk memimpin Kepanitiaan
Pembangunan Masjid Baiturrahim Lhok Nibong.
Peletakan batu pertama pada tanggal 25 Maret 1981.
Proses yang dimulai dengan langkah pertama yang hingga selesainya pembangunan berjalan baik dan lancar.
Masjidil sudah dapat digunakan masyarakat pada hari Jumat 30 Maret 1984, maknanya Masjid sudah bisa digunakan untuk shalat Jumat.

Ada satu hal yang menjadi moment hidup yang sangat berharga dan sangat layak untuk diapresiasikan, hal tersebut adalah bahwa Masjid Baiturrahim telah berhasil dibangun sekalipun sumber dana hanya berasal dari sumbangan masyarakat. Bantuan dari Pemerintah tidak melebihi dari 5% menurut berita salah satu sumber informasi.

Peranan ABU Lueng Angen dalam usaha penggalangan dana Pembangunan Masjid adalah peran yang sangat dominan, beliau juga ikut dilibatkan dalam Kepanitiaan Pembangunan Masjid Pase Kota Panton Labu Kecamatan Tanah Jambo Aye. Keterlibatan beliau sejak Tahun 2000 hingga saat ini.

Beliau adalah pribadi yang sangat menghargai kedisiplinan, profile yang disiplin dan teratur dalam kesehariannya.
Cinta kebersihan dan kerapian. Jika ada suatu aturan yang ditetapkan di Dayah, maka beliau lah orang pertama yang mematuhi aturan tersebut.

-----------
ABU LHOK-NIBONG
ULAMA ACEH.
----------
NAMA ASLI BELIAU ADALAH : TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD, namun setelah menjadi SEORANG ALIM, beliau lebih DIKENAL dengan LAQAB :
ABU LHOK-NIBONG dengan DAYAHNYA DARUL HUDA atau DIKENAL pula DENGAN :
ABU LUENG ANGEN.

Dahulu, semasa masih belajar dan mengajar di DAYAH Mudi5 MESRA SAMALANGA, GURU BESARNYA adalah :
ABON SAMALANGA memanggilnya dengan panggilan "TEUNGKU di SIMPANG" karena beliau BERASAL dari SIMPANG ULIM.

ABU DAUD LHOK NIBONG memulai pengembaraan ILMUNYA BERGURU kepada : TEUNGKU ABDURRANI yang dikenal dengan SEBUTAN :
TEUNGKU DI ACEH.
Beliau belajar kepada TEUNGKU DI ACEH selama tiga tahun, namun karena suasana Aceh ketika itu sedang bergolak, beberapa kali beliau harus mengungsi.
Tepatnya pada tahun 1960 ABU LHOKNIBONG melanjutkan belajarnya kepada seorang ulama yang merupakan MURID dari TEUNGKU SYEKH MUDA WALY AL-KHALIDY yang dikenal :
PENGKADER BANYAK PARA ULAMA YAITU :
ABON SAMALANGA.

Kehadiran ABU DAUD DI DAYAH MUDI MESRA ketika itu bak gayung bersambut, dimana ABU DAUD kemudian menjadi tangan kanan dan ajudan GURUNYA dalam banyak hal.
Sekitar 11 TAHUN KEBERSAMAAN GURU DAN MURIDNYA ini, kemudian ABON mengizinkan ABU LHOKNIBONG yang telah alim untuk mendirikan DAYAH baru yang kemudian dikenal dengan nama :
DAYAH DARUL HUDA LHOK-NIBONG.

Disebutkan dalam tiga tahun pertama dayah ini hanya memiliki belasan santri saja.
Namun setelah ABON SAMALANGA menerapkan “SISTEM DAPUR UMUM”, maka banyak para santri yang pindah dari DAYAH MUDI MESRA SAMALANGA ke DAYAH lainnya termasuk dayah yang banyak dituju adalah Darul Huda dan DAYAH MALIKUSSALEH PANTON. YAITU :
DAYAH ABU PANTON.

Barulah kemudian berdatangan banyak santri dari Aceh dan luar Aceh untuk belajar ke DAYAH DARUL HUDA LHOK-NIBONG. Sehingga tidak mengherankan jika DAYAH DARUL HUDA kemudian berkembang begitu pesat, bahkan sekarang Dayah Darul Huda telah memiliki lebih dari 40 cabang lainnya yang berafiliasi sebagai :
LULUSAN Darul Huda Lhoknibong termasuk DAYAH DARUL HUDA JULOK yang dipimpin oleh :
Abu5 MUHAMMAD ALI PAYA PASI juga memiliki kaitan dengan Dayah ABU DAUD LHOKNIBONG
Dengan penuh dedikasi dan ketulusan dalam MEMIMPIN DAYAH, maka Abu Daud telah mengorbit banyak para ulama yang terpandang dewasa ini sebut saja ketika beliau di Samalanga di antara MURIDNYA adalah :
ABU MUDI Samalanga,
WALED NU Samalanga,
AYAH CALAEU dan umumnya para abu yang memimpin DAYAH LULUSAN MUDI SAMALANGA dipastikan pernah belajar dengan ABU DAUD LUENG ANGEN.
Bahkan di Dayah DARUL HUDA juga banyak murid ABU DAUD yang kemudian menjadi ulama terpandang di antaranya adalah : ABI JAFAR LUENG ANGEN,
ABU MUHAMMAD ALI PAYA PASI dan para TEUNGKU yang bertebaran di seluruh Aceh.

Adapun ulama yang meneruskan estafet Dayah Darul Huda adalah : ABI JA'FAR LUENG ANGEN.
Selain dikenal sebagai guru besar Dayah Mudi Mesra dan tangan kanan ABON SAMALANGA,
ABU DAUD juga menguasai banyak disiplin ilmu keislaman, bahkan disebutkan beliau juga ahli dalam ILMU QIRA'AT.

Tepatnya tahun 2016 setelah
ABU melewati masa SAKITNYA yang agak lama, beliau kemudian membuat pertemuan dengan seluruh alumni Dayah Darul Huda, dimana hampir semua santrinya hadir ketika itu.
Dalam video unggahan tersebut ada ABU PAYA PASI,
ABU ABDULLAH Kruet LINTANG dan para teungku lainnya yang telah menjadi ulama dan pimpinan dayah.
Di saat itu ABU LUENG ANGEN berbicara dengan begitu semangat menyampaikan berbagai pesan keislaman dengan mengutip banyak AYAT, HADITS dan MATAN-MATAN KITAB yang diucapkan dengan begitu fasih dan lancar.

Di akhir pidatonya ABU DAUD memohon maaf kepada seluruh muridnya barangkali dulu ketika beliau mendidik mereka ada kekeliruan dalam ucapan maupun tindakannya.
Itulah ABU LUENG ANGEN SEORANG ULAMA yang 'ALAMAH dan INSAF.
Setelah pertemuan besar itu,
ABU LUENG ANGEN lebih banyak diam dan jarang beliau berbicara ke publik, beliau lebih memilih mendoakan masyarakat ACEH dalam DIAMNYA.
Karena beliau adalah seorang yang MUSTAJAB DOA.

Dulu tahun 1969 masyarakat di kawasan tempat tinggalnya dilanda oleh kemarau yang panjang namun saat beliau memimpin SHALAT ISTISQA', maka di malam harinya turunlah hujan yang begitu lebat.

Sekarang ABU telah berusia lebih dari 80 tahun, usia yang telah sepuh tentunya.
Telah banyak kebaikan yang telah beliau persembahkan untuk masyarakatnya.
Telah dihabiskan usia remaja dan mudanya untuk berkhidmah kepada gurunya, telah dipersembahkan untuk Islam akalnya yang CERDAS, FISIKNYA yang GAGAH, HATINYA YANG BIJAKSANA.

---------------- RIWAYAT VERSI 2

ABU LHOK NIBONG.
TUNGKU H MUHAMMAD DAUD (ABU LUENG ANGEN)

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD atau lebih dikenal deangan :
ABU DI LUENG ANGEN adalah : Anak bungsu dari 3 bersaudara dari TGK AHMAD BIN ABDUL LATIF dan DHIEN.
beliau lahir di Desa Meunasah Leubok, Lhok Nibong, Aceh Timur, pada bulan Maret 1941M.

Beliau kerap di sapa dengan ABU LUENG ANGEN karena memang beliau memimpin sebuah Dayah yang bernama Dayah Darul Huda di desa Krueng Lingka kec.Langkahan,Aceh Utara.
dayah tersebut sering disebut dengan dayah lueng angen.menurut sebagian sumber di samping komplek dayah tersebut dulu terdapat sebuah lueng (parit-sungai kecil) mati yang di tumbuhi pohon rumbia, shingga sering terdengar suara daun pohon rumbia yang dihempas angin.oleh karena itu dikenallah dayah tersebut dengan dayah lueng angen, namun sekarang lueng tersebut sudah di timbun untuk perluasan komplek dayah.

Ulama karismatik Aceh ini dikenal ahli dalam bidang Fiqh dan Qiraah Sab’ah
(tujuh macam cara membaca al-quran), jadi jangan heran kalau santri-santri hasil didikan beliau sangat fasih dalam membaca Al-quran.

PENDIDIKAN FORMAL.

Pada tahun 1954 Tgk Muhammad Daud mulai belajar di SR(Sekolah Rendah) Lhoknibong,namun sayang pada saat pemberontakan DI/TII tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 1954 sekolah ini dibakar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
peristiwa ini mengakibatkan beliau harus berhenti bersekolah.setelah kejadian tersebut masyarakat lhoknibong memprakasai memprakarsai pendirian SRI (Sekolah Rendah Islam) sebagai pengganti sekolah yang telah terbakar dan Tgk Muhammad Daud pun dapat kembali bersekolah.namun beliau hanya belajar kurang dari setahu di sekolah ini.

PENDIDIKAN DAYAH.
Karena kecintaanya terhadap ilmu agama Tgk Muhammad Daun ingin mempelajari ilmu agama secara murni tanpa harus berkutat dengan pelajaran umum.

maka pada tahun 1956 Tgk Muhammad Daun memulai perantauna mencari ilmu,mula-mula beliau menuju Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh, Aceh Uata.
dayah tersebut dipimpin oleh : TEUNGKU ABDUL GHANI yang dikenal dengan :
TEUNGKU DI ACEH.
di dayah ini belau menemukan kajian ilmu yang beliau inginkan ditambah lagi dengan suasana yang cukup kondusif jauh dari suara bising letusan senjata karena sedang terjadi genjatan senjata antara pihak DI/TII dengan Pemerintah RI.

Namun sayang suasana yang tenang tersebut hanya bisa dinikmati selama dua tahun karena pemberontakan DI/TII kembali meletus sehingga beliau berseta para santri di dayah tersebut harus mengungsi ke Gampong Tanjong Ara, Paya Naden, Aceh Timur.
beliau dan santri lainnya mengikuti ajakan guru beliau Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara ke Gampong Tanjong Ara agar kegiatan belajar mengajar tidak terputus.

Selama masa pengungsian beliau mulai memikirkan untuk melanjutkan pembelajaran ke tingkat yang lebih tinggi. Maka Pada bulan Desember 1960, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD, berbulat tekad menuju Samalanga sebagai tempat belajar yang lebih menjanjikan.

Dayah Ma’hadal ‘Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga yang beliau pilih kala itu dipimpin oleh :
TEUNGKU H ABDUL AZIZ SHALEH
(dikenal sebagai Abon Samalanga).
berbekal ilmu yang beliau dapat di Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh maka beliau langsung duduk di kelas empat.
diantara guru-guru beliau di MUDI adalah :
TU DIN
(Teungku Zainal Abidin Syihabuddin),
TEUNGKU M. KASEM TB
(Alm. adalah pimpinan Dayah Darul Istiqamah, Bireuen),
TEUNGKU USMAN KUTA KRUENG (sekarang pimpinan Dayah Darul Mun Munawwarah, Pidie), dan tentunya ABON SAMALANGA sendiri.
selama di dayah MUDI beliau cukup betah mengaji dengan lancar hinggan lebih dari 10 tahun.

MENDIRIKAN DAYAH

Setelah menempuh pendidikan di dayah MUDI selama lebih dari 10 tahun,pada awal tahun 1971 dengan izin Abon Samalanga, Tgk Muhammad Daud kembali ke kampung halamannya.pada tahun yang sama pula beliau menikah dengan Faudziah binti Syamsuddin dan di rauniai tiga orang anak.

Pada tahun 1972 atas permintaan dan swadaya masyarakat didirikanlah sebuah dayah yang diberi nama DARUL HUDA.pada mulanya dayah ini dibangun untuk kebutuhan pendidikan agama anak-anak di sekitar dayah saja,namun kemudian mulai berdatangan santri-santri dari daerah lainnya sehingga membutuhkan asrama sebagai tempat menginap.

Seiring bertambahnya santri Tgk Muhammad Daud pun sangat membuthkan tenaga pengajar untuk membantunya.maka Maka ABON SAMALANGA mengutus Teungku Abdullah Shaleh Jeunieb (adik kandung Abon Samalanga) untuk membantu TEUNGKU MUHAMMAD DAUD.
karena semasa di Samalanga Tgk Muhammad Daud termasuk salah satu santri yang sangat di sayangi ABON, maka ABON juga mengirim satu unit sepeda milik ABON sendiri, sebagai tanda restu.

Kini dayah Darul Huda adalah : dayah nomor dua di Aceh dengan Santri terbanyak setelah MUDI Mesra Samalanga.lebih dari empat ribu santri menetap di dayah ini,mereka berasal dari berbagai daerah di Aceh dan luar (sumatra dan jawa) bahkan ada yang dari luar negeri seperti Malaysia.

Sampai sekarang DAYAH DARUL HUDA telah menghasilkan rubuan Alumni yang tersebar di seluruh Aceh sumatra dan jawa. Ada pula alaumni yang mengabdikan ilmunya di luar negeri seperti Malaysia, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

KEDEKATAN DENGAN
MASYARAKAT.

Di tahun-tahun terakhir keberadaannya di Dayah MUDI, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD sering pulang kampung. Hal ini menjadi menjadi momentum yang mendekatkan dirinya dengan masyarakat setelah sekian lama merantau. Suatu ketika pada tahun 1969, Tgk Muhammad Daud pulang kampung dan pada saat itu sedang dilanda kemarau panjang. Merasa terenyuh melihat masyarakat yang didera kesulitan air, Tgk Muhammad Daud menggagas pelaksanaan shalat istisqaq
(shalat memohon turun hujan). Menurut masyarakat setempat, Teungku Daud Sendiri yang memimpin shalat itu, lalu di malam harinya, turunlah hujan dengan sangat lebat.

Kedekatan beliau dengan masyarakat terbukti dengan kesediaan beliau menjadi ketua panitia pembangunan mesjid lhoknibong pada tahun 1980.bahkan beliau turun tangan sendiri dalam mensosialiasikan pembangunan mesjid tersebut kepada masyarakat dengan berceramah ke setiap menasah ayang ada yang ada di enam desa dalam kawasan kemesjidan Baiturrahim Lhoknibong.

Selain itu, ABU LUENG ANGEN juga termasuk dalam panitia pembangunan mesjid Pase yang sekarang berdiri megah di kota Panton Labu,Aceh Utara.

DISIPLIN DAN RAPI DALAM
SEGALA HAL

ABU LUENG ANGEN adalah sosok yang sederhana namun sangat disiplin, rapi dalam segala hal, dan cinta kebersihan. Jika suatu aturan diterapkan dalam dayahnya, maka beliau adalah orang pertama yang mematuhi aturan itu.sehingga tidak heran bila dayah binaan beliau yaitu dayah Darul Huda terkenal dengan peraturannya yang sangat ketat.

Dalam hal kerapian, tercermin dari komitmennya yang menempatkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya dalam setiap kegiatan gotong-royong rutin membersihkan komplek dayah, beliau selalu mengingatkan para santri, agar peralatan yang telah digunakan segera dikembalikan ke tempat penyimpanannya. Oleh karena itu, tidak heran jika semasa sehat Abu dulu dayah darul huda pernah meraih penghargaan sebagai salah satu dayah terbersih se Aceh.

Studi Banding Ke Luar Negeri Pada tanggal 29 Juli sampai dengan tanggal 16 Agustus tahun 1996,Abu Lueng Angen beserta sejumlah ulama Aceh lainnya melakukan studi banding ke negara Malaysia, Yordania, Spanyol, Turki, Uzbekistan, Mesir, dan Arab Saudi. Studi banding tersebut diprakarsa Gubernur Aceh pada waktu itu, Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud.

Semoga Allah SWT menambah kemuliaan Abu Daud Lhoknibong.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

Hafidhahullahu Ta'ala.
WASSALAM.

DOC 

FACEBOOK