TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS
Showing posts with label TUNGKU ABI SAMALANGA SYEKH HANAFIAH BIN ABBAS. Show all posts
Showing posts with label TUNGKU ABI SAMALANGA SYEKH HANAFIAH BIN ABBAS. Show all posts

Tuesday, September 8, 2020

TUNGKU ABI SAMALANGA SYEKH HANAFIAH BIN ABBAS

Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'GROP KISAH ULAMA ACEH TUNGKU ABI HANAFIAH'

TUNGKU ABI SAMALANGA.
SYEKH HANAFIAH BIN ABBAS.
------------------
TGK ABI SOSOK ULAMA
DAN SULTAN AULIYA.
------------------
DAN ESTAFET KEMIMPINAN
DAYAH MUDI.
-------------------

ACEH SEBAGAI NEGERI YANG TERKENAL SYARIAT ISLAM, TIDAK SEDIKIT PARA ULAMA SEJARAH dan biografi yang diangkat ke permukaan sebagai pegangan sejarah kepada anak CUCU SELANJUTNYA.

Diantaranya salah seorang ULAMA BESAR dari BIREUEN yang begitu besar jasanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah ABI HANAFIAH BIN ABBAS atau yang dipanggil TGK ABI.

Beliau merupakan salah seorang pimpinan DAYAH MUDI MESJID RAYA SAMALANGA sebelum kepemimpinan ABON AZIZ BIN MUHAMMAD SHALEH.
Namun, banyak diantara masyarakat yang kurang mengenal sosok dan sejarah hidup TEUNGKU ABI, padahal jasa dan pengabdiannya kepada umat sangatlah besar.

TEUNGKU ABBAS, ORANG TUA DARI TEUNGKU ABI HANAFIAH menurut satu riwayat merupakan KETURUNAN ARAB yang BERSAMBUNG NASAB NYA dengan SAYYIDINA ABU BAKAR.
Namun karena kondisi masa penjajahan, NASAB ini disembunyikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Hal ini menyebabkan bukti yang valid mengenai mata rantai keturunan TEUNGKU ABI TIDAK DAPAT DITEMUKAN.

TEUNGKU ABBAS PERGI ke ACEH bersama SEMBILAN orang dari MEKKAH sehingga mereka diistilahkan dengan kelompok SEMBILAN.

TEUNGKU ABI menuntut ilmu dan belajar agama DI IE LEUBEU pada TGK CHIK DI PASI.
Setelah beberapa lama belajar pada Tgk Chik DI PASI,
TGK ABI MELANJUTKAN PENDIDIKANNYA untuk BELAJAR KE TANJONGAN pada TGK IDRIS.

TGK IDRIS memiliki tiga orang ANAK yaitu :
SYIHABUDDIN,
ABDUL HAMID dan
JUWAURIAH.
Karena tertarik dengan
TEUNGKU ABI,
TGK IDRUS akhirnya menikahkan putri beliau Juwairiah dengan TEUNGKU ABI.
Dari pernikahannya dengan Juawairiah, Teugku Abi memiiki enam orang anak yaitu :
AMANUDDIN,
BADRIAH
MAHYEDDIN
JALALUDDIN,
FATIMAH, dan
AISYAH.

TGK SYIHABUDDIN BIN IDRIS merupakan pimpinan DAYAH MUDI MESRA SAMALANGA
(1927-1935).
ABDUL HAMID BIN IDRIS adalah orang tua dari Dari HUMAM HAMID dan AHMAD FARHAN HAMID. Humam Hamid pernah menjadi calon gubernur Aceh.

Dan FARHAN HAMID pernah menjabat sebagai wakil ketua MPR RI.
AISYAH merupakan IBUNDA
TU BULQAINI Tanjongan, SEKJEN HUDA SEKARANG.

MENUNTUT ILMU DAN BELAJAR KE MEKKAH.
Namun di awal-awal pernikahannya, TEUNGKU ABI sempat merasa malu dengan ibu mertuanya UMMI FATIMAH karena keliru dalam membaca KITAB.

UMMI FATIMAH menegur TEUNGKU ABI seraya membaca matan bait Alfiyah untuk menunjukkan bahwa bacaan TEUNGKU ABI menyalahi KAIDAH ILMU NAHWU.
Karena merasa malu dengan keterbatasan ilmunya, akhirnya TEUNGKU ABI PERGI KE MEKKAH untuk semakin MEMPERDALAM ILMU NYA.

Di MEKKAH TUNGKU HANAFIAH sempat menimba ILMU dan mengambil IJAZAH THARIQAT PADA SAYYID ABU BAKAR SYATTA, PENGARANG KITAB I'ANATUTH THALIBIN.

THARIQAT YANG DIPEROLEH DARI : SAYYID ABU BAKAR SYATTA inilah yang kemudian
DI IJAZAHKAN KEPADA :
ABU USMAN ALI KUTA KRUENG
(ABU KUTA).
Sedangkan THARIQAT yang diijazahkan kepada ABU SEULIMUM (Abu Wahab) oleh TEUNGKU ABI BERSANAD kepada MERUPAKAN yaitu TEUNGKU IDRIS.

TEUNGKU ABI juga sosok yang menjadi rujukan dalam penetapan hukum.
Ketika diadakan acara muzakarah, biasanya TEUNGKU ABI hanya sibuk berzikir.
Saat sudah ada keputusan, peserta muzakarah bermusyawarah dengan TEUNGKU ABI untuk meminta pendapat TEUNGKU ABI.
Terkadang meraka harus kembali membahas satu persoalan hingga empat kali sehingga baru mendapat persetujuan TEUNGKU ABI.

TEUNGKU ABI SOSOK yang PALING DIHORMATI DI WILAYAH UTARA DAN TIMUR ACEH, sebagaimana dihormatinya ABU KRUENG KALEE di wilayah BARAT, Banda Aceh dan SEKITARNYA.
------------------
RIWAYAT 2.
-------------------

SYEKH HANAFIYAH ABBAS,
SOSOK ZUHUD PENGKADER BANYAK ULAMA DI ACEH.
---------------------------

TEUNGKU SYEKH HANAFIYAH ABBAS atau dikenal dengan sebutan TEUNGKU ABI adalah ALIM ULAMA BESAR terpengaruh DI ACEH.
Beliau pernah belajar ke Makkah dan mengkader banyak ulama. Sosok zuhud yang jadi teladan, tempat masyarakat.

SYEKH HANAFIYAH ABBAS merupakan ulama yang lahir segenerasi dengan :
ABU ALI LAMPISANG,
ABU KRUENGKALEE,
ABU MEUNASAH KUMBANG dan
ABU COT KUTA.

SYEKH HANAFIYAH ABBAS bahwa beliau berasal dari keluarga terhormat, dan termasuk keturunan para ulama yang datang ke Samalanga, Kabupaten Bireun, Aceh untuk menyebarkan dakwah.

Disebutkan bahwa asal muasal keturunan SYEKH HANAFIYAH ABBAS berasal dari Arab, namun silsilah tersebut tidak diberi perhatian khusus, sehingga jalur ke kakek beliau tidak diketahui dengan pasti.

Namun yang pasti bahwa kehadiran SYEKH HANAFIYAH ABBAS memiliki arti yang sangat penting bagi masyarakat Samalanga secara khusus, mengingat banyak para ulama generasi berikutnya termasuk ABU ABDUL AZIZ SAMALANGA atau ABON SAMALANGA adalah MURID DAN MENANTU NYA.

Karena ABON SAMALANGA merupakan salah satu ulama yang banyak mengkader para ulama pada masa berikutnya.
Di antara murid-murid ABON SAMALANGA adalah :
ABU IBRAHIM LAMNO,
ABU KASIM TB,
ABON DARUSSALAMAH,
ABU KUTA KRUENG,
ABU DAUD LUENG ANGEN,
ABON KOTA FAJAR,
ABU PANTON,
ABU MUDI SAMALANGA.

dan para ulama lainnya yang umumnya kharismatik dan dikenal di Aceh. Sanad keilmuan ABON SAMALANGA selain dari ABUYA SYEKH MUDA WALY, juga dari guru dan mertuanya :
SYEKH HANAFIYAH ABBAS atau TEUNGKU ABI.

SYEKH HANAFIYAH ABBAS semenjak kecil memiliki bakat dan kesungguhan dalam belajar sehingga mengantarkan beliau menjadi seorang yang ALIM dan diambil sebagai menantu oleh ulama terpandang Tanjungan Samalanga yaitu : ABU IDRIS TANJUNGAN yang merupakan guru dari banyak ulama Aceh.

ABU IDRIS TANJUNGAN disebutkan oleh Prof Ali Hasjmi pernah menetap dan belajar di Makkah selama 11 tahun. Di antara murid-muridnya yang menjadi ulama adalah :
TEUNGKU SYIHABUDDIN IDRIS, TEUNGKU HANAFIYAH ABBAS, Teungku Haji Abdul Hamid Idris, Teungku Abu Bakar Cot Kuta, Teungku Muhammad Hasbi Siddiqie dan para ulama lainnya.

Adapun TEUNGKU ABU BAKAR COT KUTA adalah :
murid terakhir yang beliau didik pada akhir tahun dua puluhan, setelahnya beliau wafat.

Sebelum belajar kepada Abu Idris Tanjungan, SYEKH HANAFIYAH ABBAS belajar kepada salah seorang ulama yang disebut dengan TEUNGKU CHIK DI PASI.

Kepada Teungku Chik Di Pasi beliau melewati masa pembelajaran Ibtidaiyah dan Tsanawiyah, sedangkan pada level Aliyah dan pendalaman beliau belajar kepada Abu Idris Tanjungan, Pimpinan Dayah Tanjungan Samalanga.

Karena tertarik dengan sikap dan keluhuran budi yang melekat pada diri Teungku Hanafiyah Abbas, maka beliau dinikahkan dengan anak perempuan Abu Idris Tanjungan yang bernama Juwairiah.

Setelah menikah dengan anak gurunya, Teungku Hanafiyah kemudian menetap dan membantu mengajar di Dayah tersebut. Disebutkan ketika Syekh Hanafiyah Abbas sedang membaca sebuah kitab dan menjelaskannya kepada murid-murid, ada bacaan yang meleset dari maksud pengarang kitab, sehingga ibu mertuanya yang juga ulama bernama Ummi Fatimah, isteri Abu Idris Tanjungan meluruskan bacaan dengan membaca bait dari Matan Alfiyah.

‘Teguran’ tersebut memantik semangat Syekh Hanafiyah Abbas untuk belajar ke Mekkah, sebagaimana kisah ini terdapat dalam beberapa tulisan yang beredar bermuara dari tulisan Tgk H Muhammad Iqbal salah satu santri senior Dayah
(Pondok Pesantren) Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah Mesjid Raya (MUDI Mesra) Samalanga.

Berangkatlah Syekh Hanafiyah Abbas ke Makkah dengan tekad ingin memperdalam ilmunya kepada para ulama di Kota Suci itu. Di Makkah para ulama Aceh yang segenerasi dengan beliau dan pernah belajar ke sana adalah TEUNGKU SYEKH MUHAMMAD HASAN Kruengkalee,
TUWANKU RAJA KEUMALA,
TEUNGKU CHIK LAMJABAT,
TEUNGKU CHIK LAMBIRAH,
TEUNGKU FAKINAH, (inong)
TEUNGKU SYEKH HASBALLAH INDRAPURI,
TEUNGKU Syekh USMAN MAQAM dan para ulama lainnya.

SYEKH HANAFIYAH ABBAS, SOSOK ZUHUD.
PENGKADER BANYAK ULAMA DI ACEH.

Dan kemungkinan SYEKH HANAFIYAH ABBAS ke Makkah pada era ulama-ulama Aceh tersebut.
Sedangkan para ulama Mekkah yang masyhur pada masa itu sebagai pengajar di Mesjidil Haram adalah :
Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
Syekh Ali bin Husein al-Maliki, Syekh Hasan Muhammad al Masyath,
Syekh Said al Yamani,
Syekh Umar Hamdan al-Mahrusi, Syekh Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas al Maliki,
Syekh Sayyid Ahmad bin Sayyid Bakhri Syatta ad-Dimyathi.
dan para ulama lainnya.
Adapun ulama-ulama besar lainnya yang pernah masyhur di Nusantara, umumnya mereka telah lebih dahulu wafat seperti Syekh Sayyid Zaini Dahlan yang merupakan PUNCA SANAD ULAMA NUSANTARA WAFAT TAHUN 1886,
Syekh Nawawi al Bantani ulama besar nusantara wafat tahun 1897 dan
Syekh Sayyid Bakhri Syatta Pengarang Kitab I’anatuththalibin wafat sekitar tahun 1894, adapun Syekh Ahmad Khatib wafat pada tahun 1916.

Setelah belajar beberapa tahun di Mekkah kepada para ulama tersohor Kota Mekkah, telah mengantarkan Syekh Haji Hanafiyah Abbas menjadi seorang alim besar yang berpengaruh. Sehingga kepulangan beliau kembali ke Samalanga, memiliki arti penting dalam melanjutkan estafet kepemimpinan dayah.

Dayah tersebut juga sebagai dayah yang telah ada semenjak SULTAN ISKANDAR MUDA yang MEMIMPIN ACEH SEKITAR TAHUN 1609-1637.

Dayah tersebut telah dipimpin dari generasi ke generasi hingga pada masa kepemimpinan TEUNGKU SYIHABUDDIN IDRIS pada tahun 1927-1935.
Setelah wafatnya Teungku Syihabuddin menurut satu pandangan, DAYAH SAMALANGA dilanjutkan oleh :
SYEKH HANAFIYAH ABBAS.

Terhitung mulai tahun 1935 hingga wafatnya sang ulama pada tahun 1964, beliau telah mengemban amanah kepemimpinan dayah dengan segenap pengabdian dan ketulusan.

Setelah era kepemimpinan :
SYEKH HANAFIYAH ABBAS, dayah kemudian dipimpin oleh murid dan menantunya yang baru menyelesaikan pendidikan di Bustanul Muhaqiqin Darussalam Labuhan Haji dibawah asuhan ABUYA SYEKH MUDA WALY.

Terhitung tahun 1958, SYEKH ABDUL AZIZ SAMALANGA atau dikenal : ABON SAMALANGA terus berkiprah dan menyerukan semboyan ‘BEUT SEMEUBEUT, belajar mengajar’ hingga beliau wafat pada tahun 1989.
Pada masa Abon Samalanga, banyak santri yang dididik beliau menjadi para ulama dan tokoh masyarakat setelahnya.

Setelah era ABON SAMALANGA, DAYAH MUDI Mesra dipimpin oleh ulama kharismatik Aceh yaitu : ABU SYEKH HASANOEL BASRI HG atau yang dikenal dengan ABU MUDI SAMALANGA. Pelan namun pasti, Dayah MUDI menjadi salah satu dayah yang diperhitungkan di Aceh.

Selain sebagai ulama yang banyak mengkader para ulama, SYEKH HANAFIYAH ABBAS juga menjadi panutan masyarakat Samalanga terutama pada sikap, kepribadian dan kehidupan sehari-hari.
Beliau adalah tempat masyarakat meminta fatwa keagamaan, nasehat-nasehat, petuah dan hal lainnya.
Beliau sosok yang sarat dengan keteladanan.
Menyayangi murid-muridnya, mencintai dan menghormati orang-orang ALIM, serta ZUHUD dalam hidupnya.

Setelah kiprah yang besar dan luas untuk masyarakat Samalanga dan sekitarnya, wafatlah ulama besar tersebut di tahun 1964 dalam usia sekitar 72 TAHUN.

GROP : KISAH ULAMA ACEH.

WALLAHU'AKLAM
WASSALAM.