TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS
Showing posts with label TUNGGKU ABU LAM ATEUK. Show all posts
Showing posts with label TUNGGKU ABU LAM ATEUK. Show all posts

Monday, August 17, 2020

TUNGGKU ABU LAM ATEUK

 


Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'ABU MUHAMMAD ZAMZAMI'


ABU LAM ATEUK.
ABU MUHANMAD BIN ZAMZAMI.
(1936 – 1999)
----------------------
ABU PERTI
ABU MAMPLAM GOLEK.
----------------------

ABU LAM ATEUK TERLAHIR DI LAMBARO DAYAH PADA TAHU 1936 M.
AYAH BELIAU BERNAMA :
TUNGKU ZAMZAMI, Dan IBUNYA bernama UMMI SAKDIAH.
NAMA LENGKAPNYA :
MUHAMMAD BIN ZAMZAMI, sejak keci bersekolah di Sekolah RAKYAT di BUENGCALA adalah satu-satunya pendidikan formal yang ABU ikuti
( sekitar 1943 – 1947),
tidak sempat menamatkan SEKOLAH TINGKAT DASAR INI
(hanya 4 tahun dari semestinya 6 tahun), beliau diantarkan AYAHNYA KE ULEE TITI PIMPINAN ABU ISHAK AL-AMIRY untuk mengikuti Pendidikan DAYAH PERTAMA BELIAU DAN BERGURU DENGAN ABU ISHAK, TGK DAUD FATHANI GANI dan BEBERAPA GURU YANG LAIN.

SELAMA 3 TAHUN
(Sekitar 1947 – 1950)
DI ULEE TITI, beliau MERANTAU BERSAMA :
TUNGKU SUID Dan
TUNGKU NEH LAMBAED KE ACEH SELATAN TEPATNYA DI GAMPONG TRIENGGADENG MEUDUROE, SAWANG untuk BELAJAR AGAMA PADA
ABU ISHAK, ULAMA YANG ALIM
4 MAZHAB dan LEBIH DIKENAL DENGAN SEBUTAN :
TUNGKU JEUNIEB.
Selama 3 tahun
(Sekitar 1950 – 1953) dalam keadaan EKONOMI yang SANGAT PAS-PASANG ABU MENGAJI DI SAWANG.

Kemudian setelah mendapatkan izin dari ABU ISHAK beliau MELANJUTKAN PENDIDIKAN DAYAH DI LABUHAN HAJI
(1953 – 1968) dan BERGURU kepada beberapa ULAMA BESAR MURID DARI ABUYA MUDA WALY, ANTARANYA :
ABU USMAN FAUZI LUENG IE,
ABU DAUD ZAMZAMI,
ABU MUHAMMAD AMIN
(Tu Min) dan juga ULAMA-ULAMA lain YANG MENGAJAR KITAB-KITAB KUNING pada awal-awal ABU menetap di DAYAH LABUHAN HAJI.

Pada saat itu,sangat banyak pelajar-pelajar sebagai teman seperjuangan dengan ABU,
SEPERTI :
TGK. RAMLI LAMBARO,
TGK. RAMAN
TGK. ABDULLAH KLIENG Baitussalam,
TGK. RAZAQ COT BEUT,
TGK. HARUS PANTON LABU,
TGK. KARIMUDDIN MULIENG,
TGK. YUNUS MULIENG,
TGK. ALI MUDA ACEH UTARA
dan LAIN-LAINNYA.

Dua tahun pasca meninggalnya ABUYA MUDA WALY, berbetulan dengan ABUYA MUHIBBUDDIN melanjutkan STUDI ke AL AZHAR MESIR, ABUYA JAMALUDDIN STUDI ke BANDA ACEH dan keseluruhan DEWAN GURU DI DAYAH DARUSSALAM LABUHAN HAJI pada saat itu PULANG KE daerah MASING-MASING, hingga menyisakan ABU LAM ATEUK
dan ABU ADNAN PULO ACEH SEBAGAI GURU dengan secara tidak resmi kedua Abu ini menjabat sebagai PENGELOLA dan PENGURUS DAYAH.

ketika itu dan keduanya mengajar siang dan malam untuk melayani para pelajar di DAYAH LABUHAN HAJI dengan permintaan DARI UMMI PADANG YAITU :
UMMI HJ. RASIMAH hingga berjalan sampai TAHUN 1968, TERMASUK KETIKA ABU ADNAN PULANG KE PULO ACEH pada TAHUN 1965, ABU MENGAJAR DUA KELAS LANGSUNG, 6 A dan juga 6 B yang DITINGGALKA
ABU PULO.

Pada suatu ketika dalam
tahun 1968,
(Almarhum) ABU ABDULLAH LAMCEU mengirimkan sepucuk surat BERBAHASA JAWA KEPADA ABU, berisikan ajakan untuk pulang mengingat hal besar sedang terjadi dikampung halaman, YAITU PERSELISIHAN BESAR tentang IYADAH ZUHUR
DI MESJID TUHA ATEUK.

ABU meminta IZIN KEPADA
UMMI PADANG dan UMMI MANGGENG, namun UMMI menahan kemauan ABU untuk pulang, saat meminta izin selanjutnya ABU tunjukkan langsung surat tersebut kepada UMMI PADANG dan UMMI pun mengizinkannya dengan CATATAN KEMBALI LAGI KE LABUHAN HAJI.

Pulang dari ACEH SELATAN
KE LAM ATEUK dengan BERBEKAL SEPEDA ONTEL dan DITEMANI OLEH :
TGK. MAHYIDDIN BASYAH LAM ASEAN dan ABI THANTAWI yang saat itu baru saja menyelesaikan Sekolah Rakyat (sekitar 13 Tahun) dan membutuhkan 3 hari 3 malam perjalanan untuk SAMPAI TIBA BANDA ACEH.

Sekitar Dua bulan lamanya ABU berada kampung halaman untuk menyelesaikan masalah yang bergejolak saat itu disamping juga beliau bermusyawarah dengan warga sekitar, YAITU WARGA GAMPONG LAMBAED, LAMBAED dan LAM ASAN untuk mewujudkan PENDIRIAN DAYAHNYA dan DILANJUTKAN dengan GOTONG ROYONG bersama masyrakat sekitar untuk mencari bahan-bahan kayu untuk pembangunan bilek-bilek dan balai pada pendirian awal.

Kemudian, sesuai JANJI ABU dengan UMMI, beliau pun KEMBALI KE LABUHAN HAJI BERSAMA TGK MAHYIDDIN, lebih tepatnya beliau kembali untuk meminta izin dalam rangka mengabdi dan mengelola DAYAH sendiri di kampung halamannya LAM ATEUK.

DAYAH ISTIQAMATUDDIN DARUL MUARRIF, DAYAH ABU dirikan pada TAHUN 1968 dan diresmikan langsung pada tahun 1969 OLEH BAPAK BUPATI ACEH BESAR SAAT ITU, IBRAHIM SAIDI.

Pada awal mulanya, abu mengajar sendiri pada jam malam dan bakda shubuh juga mengajar berbentuk daurah yang diikuti MURID-MURID BELIAU yang juga ALUMNI LABUHAN HAJI yang BERASAL dari SEKITARAN LAM ATEUK.

Pada Tahun 1971 ABU Menikahi UMMI MARIANI BINTI MUSA dan tahun 1982 didirikannya DAYAH UNTUK KAUM PEREMPUAN
YAITU :
ISTIQAMATUDDIN DARUL MUARRIF.
ABU di rumah beliau sendiri di GAMPONG MEULAYO.

ABU MELAKUKAN PERJALANAN
KE TIMUR TENGAH pada TAHUN 1995, SETAHUN KEMUDIAN,
ABU MELAKSANAKAN HAJI PADA TAHUN 1996.

MENINGGAL PADA TANGGAL 27 OKTOBER 1999/ 17 Rajab 1420 H.
DAN DIMAKAMKAN DALAM KOMPLEKS DAYAH DARUL MUARRIF.
Dari pernikahannya dengan Ummi Mariani, ABU MEMILIKI 7 ORANG ANAK, YAITU :
TGK. Mukramati,
TGK. H. Mufaddhal (Pimpinan Dayah Ist. Darul Muarrif),
TGK. Muhaffazh (Pimpinan Dayah Istiqamatuddin Darul Muarrifah), TGK. MUHAMMADON ,
TGK. Muhamadan,
TGK. Muhammadin,
TGK. AHMADA.

Murid-murid beliau beredar diseluruh pelosok daerah di ACEH hingga ke beberapa PROVINSI dalam SUMATERA, seperti JAMBI, RIAU, PALEMBANG dan PADANG, juga dari NEGERI MALAYSIA. Dalam jumlah yang sangat banyak tersebut, beberapa diantaranya mendirikan dayah juga dikampung halaman MASING-MASING SEPERTI :
TGK. H. M. Yusuf Ulee Gle,
Tgk. H. Munir
(keduanya ini adalah Murid beliau di Labuhan Haji dan juga di Lam Ateuk),
Tgk. Thantawi Jauhari (pimpinan Dayah Darul Muarrif edisi tahun 1999 hingga 2003/ almarhum), TGK. H. Ramli, (Abati Krueng Mane),
TGK. H. MAHMUDDIN
(Pimpinan Dayah Seurambi Aceh Meulaboh),
TGK. MAHDI, M. DAUD
(Menantu Almarhum ABU, Pimpinan Dayah Darul Muarrif edisi tahun 2003 hingga 2015 dan juga Pimpinan Dayah Istiqamatuddin DARUSSALAM Montasik),
TGK. H. Martunis ZAMZAMI (Pimpinan Dayah Darul Huda Sawang Aceh Selatan),
TGK. Thaharuddin (Pimpinan Dayah Raudhah Kuala Bate Abdya/ Almarhum),
TGK. Syariffuddin BIDOK (Pimpinan Dayah Daruzzahidin Bidok Pidie Jaya),
TGK. Zulkifli Lamno (ABU DON), TGK. H. HUSNUL MANAN (Pimpinan Dayah Kampong Meulum),
TGK. SYUKUR PEUKAN BARU,
TGK. MAHYUDDIN PAHANG
(pengelola pesantren di Mengkarak Pahang),
TGK. M. ADHA Selangor (Pimpiinan Ma’had Darul Mu’arrif di Selangor Malaysia) dan BANYAK ULAMA-ULAMA lainnya YANG TERSEBAR.

ABU MUHAMMAD ZAMZAMI merupakan merupakan sosok ULAMA ACEH yang sangat keras dan ketat dalam MEMEGANG RU'YATUL HILAL sebagai penentukan AWAL RAMADHAN.
Dalam banyak kesempatan, baik waktu mengajar santrinya maupun kuliah umum di tengah masyarakat, beliau sering menekankan kewajiban umat Islam untuk menjadikan RU'YATUL HILAL sebagai pedoman dalam menentukan AWAL RAMADHAN dan sekaligus mengecam amalan sebagian ulama lain yang menyepelekan kewajiban ini dengan mengambil ilmu hisab sebagai pengganti RU'YATUL HILAL.

Tidak heran sikap keras beliau ini menjadi kontraversial di tengah masyarakat Aceh, mengingat banyak juga ulama Aceh yang tidak sependapat dengan pendapat beliau ini, bahkan sikap beliau ini terkadang mendapat kecaman balik dan serangan tidak sedap dari pihak yang merasa terganggu dengan fatwa beliau ini.
Apalagi konsekwensi berpegang dengan RU'YATUL HILAL ini, KADANG-KADANG MENGAKIBATKAN TERJADI PERBEDAAN dengan PENGUMUMAN PEMERINTAH dalam menentukan AWAL RAMADHAN.

HARAM HUKUM MEROKOK
------------
Rokok atau tembakau merupakan sesuatu yang baru dikenal dalam sejarah Islam.
MUHAMMAD BIN SULAIMAN AL-KURDIY AL-MADANY mengatakan pembicaraan tentang tembakau terjadi setelah seribu tahun atau abad kesepuluh Hijrah.
Karena itu, tidak heran telah terjadi KHILAF ULAMA TENTANG KEHARUSAN dan kehalalan TEMBAKAU.
Telah banyak karangan-karangan tentang tembakau ini dan dibahas panjang lebar dengan dalil-dalil pendukung pendapat masing-masing.
KHILAF tentang TEMBAKAU ini TERJADI DIANTARA ULAMA MUTA-AKHIRIN dari pengikut IMAM yang yang empat.
(Bughyatul Mustarsyidin/260).

Konon kabarnya, pada waktu menimba ILMU PENGETAHUAN AGAMA di DAYAH DARUSSALAM LABUHAN HAJI,
ALMARHUM ABU merupakan seorang PEROKOK BERAT.
Namun setelah beliau melakukan kajian dan mengikuti argumentasi-argumentasi sekitar masalah ROKOK, pendapat beliau tentang rokok berubah total. Awalnya beliau lebih cendurung rokok itu halal, kemudian menjadi seorang ulama yang sangat gigih mempertahankan fatwa rokok itu haram.

Tarjih pendapat haram ini, beliau kemukakan dalam banyak kesempatan secara terbuka, sehingga tidak heran pernyataan-pernyataan beliau tentang keharaman MEROKOK ini menimbulkan PRO dan KONTRA di tengah MASYARAKAT ACEH pada masa itu.
Pro dan kontra ini muncul mengingat mayoritas ULAMA ACEH pada masa beliau tidak MENGHARAMKAN ROKOK, meskipun banyak juga ULAMA ACEH tidak MEROKOK.
Kalaupun ada sebagian kecil ulama mengharamkannya tapi tidak berani memfatwakan secara terbuka kepada masyarakat.

Keharaman ROKOK ini OLEH ABU juga DIBERLAKUKAN DALAM PERATURAN DAYAH DI DAYAH BELIAU, DAYAH DARUL Muarrif. Misalnya larangan merokok bagi santri, persyaratan menjadi IMAM SHALAT DI DAYAH HARUS SEORANG YANG BEBAS DARI MEROKOK, PEROKOK DIANGGAP FASIK.

Apabila kita telusuri dari berbagai LITERATUR FIQH, kita menemukan beberapa argumentasi atas keharaman rokok, antara lain :

Merokok merupakan sikap menjatuhkan diri dalam kebinasaan.
Larangan menjatuhkan diri dalam kebinasaan ini dijelaskan antara lain DALAM FIRMAN ALLAH TA'ALLA BERBUNYI :

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam KEBINASAAN.
(QS. Al-Baqarah: 195).

Penjelasan lain dapat dipahami dari HADITS NABI SAW BERBUNYI :
Tidak boleh memudharatkan diri sendiri dan juga memudharatkan orang lain.
(HR. Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, al-Baihaqi dan al-Hakim)

Diantara ULAMA yang mengharamkan rokok karena termasuk benda yang memudharatkan tubuh adalah :
QALYUBI, PENGARANG KITAB HASYIAH QALYUBI ‘ALA SYARAH AL-MIHAJ.

(Qalyubi, Hasyiah Qalyubi ‘ala Syarh al-Minhaj, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Juz. I, Hal. 69)

Rokok termasuk benda yang memabukkan. Kalau ada yang mengatakan jarang sekali terdapat orang mabuk karena menghisap rokok,
maka jawabannya disaat seseorang merokok sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupannya, maka rokok sudah seperti makanan kebutuhan baginya.
Sehingga tidak heran rokok tidak berpengaruh mabuk baginya sebagaimana halnya orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi minum keras yang memabukkan.

Hadits Nabi SAW yang secara khusus mengindikasikan keharaman rokok, berbunyi :

Berkata al-Hasawi dalam Tatsbitul Fuad min Kalami al-Quthub al-Hadad :
Aku berkata : aku telah melihat Mu’ziwan litafsir al-Muqna’ al-Kabir berkata Nabi SAW :

Hai Abu Hurairah, akan datang suatu kaum pada akhir zaman yang selalu berkekalan dengan ini dukhan (asap), mereka berkata : “kami adalah umat Muhammad”, padahal mereka tidak termasuk umatku dan tidak akan aku katakan pada mereka sebagai umat, tetapi mereka adalah golongan binatang yang makan rumput di tempat gembalaan.
Abu Hurairah berkata :
“Aku tanyai NABI SAW : bagaimana dia tumbuh ?
NABI SAW menjawab :
Dukhan itu tumbuh dari dari kencing iblis, maka adakah sama iman dalam hati orang-orang yang meminum kencing syaithan, padahal telah dilaknat orang-orang yang menanam, memindah dan menjualnya”. BERSABDA NABI SAW :

Yang artinya :
Allah akan memasukkan mereka dalam API NERAKA dan SESUNGGUHNYA DIA (dukhan) itu tumbuhan yang keji
(Bughyatul Mustarsyidin - 260).

Berkata Sayyed Abdurrahman bin Muhammad A’lawy, tembakau itu dikenal sebagai seburuk-buruk dari yang KEJI karena padanya menghilangkan marwah dan harta dan orang-orang yang mempunyai marwah tidak akan memilih menggunakan tembakau, baik untuk dimakan, dimasukkan dalam rongga hidung ataupun dihisap.
Sesungguhnya para imam yang sudah sampai tingkat kesempurnaan telah mengifta’ dengan haramnya SEPERTI : al-Quthub Sayyidina Abdullah al-Hadad dan Alamah Ahmad al-Hadwaan sebagaimana telah menyebut oleh :
AL-QUTUB AHMAD BIN UMAR BIN SMITH dari keduanya dan dari lainnya ULAMA-ULAMA yang setingkat mereka.

Al-Habib al-Imam al-Husain ibnu asy-Syaikh Abi Bakar bin Salim telah membahas dengan panjang lebar terhadap pelarangannya, beliau berkata :
“AKU KUATIR ATAS ORANG-ORANG YANG YANG TIDAK TAUBAT DARI TEMBAKAU SEBELUM MATINYA BAHWA DIA MATI DENGAN : SU-I KHATIMAH, mudah-mudahan perlindungan ALLAH DARINYA.

Alamah Abdullah Basudan telah membahas dengan rinci dengan melakukan mengutip riwayat-riwayat tentang tembakau dalam kitab Faidhul Asrar dan SYARAH AL-KHUTBAH dan beliau menyebut ulama-ulama yang mengarang tentang pengharaman tembakau seperti :
al-Qalyubi dan Ibnu ‘Alan.
Beliau juga mendatang hadits tentangnya.
(Bughyatul Mustarsyidin/260). [marmus/dari berbagai sumber).
---------------

riwayat 2.

ABU AHMAD PERTI
(ABU MUHAMMAD BIN ZAMZAMI)
-----------------
ABU MUHAMMAD BIN ZAMZAMI
Beliau merupakan keturunan KELUARGA ULAMA dan pejuang yang kental dalam MELAWAN kolonialisme BELANDA dan pendudukan JEPANG.

Pada masa pendudukan,
kedua orang tua Abu :
(TGK ZAMZAMI & Ummi SAKDIAH)
mengalami masa-masa sulit
dan hidup dalam keadaan berpindah-pindah.
Keadaan ini membuat ayah beliau bercita-cita agar Muhammad kecil nantinya dapat fokus dalam dunia ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi seorang ALIM ULAMA yang dapat mengangkat HARKAT dan MARTABAT BANGSA ini, sekaligus meneruskan garis keturunan keluarga yang telah bersemi.

ABU masih ada hubungan darah dengan :
TGK CHIK TANOH MIRAH BOENGCALA ACEH BESAR,
YAITU : SEORANG ULAMA BESAR dan juga pejuang yang MELAWAN KAFIR BELANDA BERSAMA-SAMA dengan
TGK . CHIK DI TIRO dan TGK . CHIK TANOH ABEE.
Sehingga pada saat itu Dayahnya yang berada di boengcala, aceh besar telah dibakar oleh kolonial belanda.

Almarhum TGK CHIK. akhirnya syahid di medan pertempuran tepatnya di Tangse, Kabupaten pidie, dan dikuburkan disana juga, (ada yang mengatakan Almarhum syahid di boengcala, namun pendapat kuat mengatakan di Tangse).

Abu Muhammad Zamzami atau Abu Ahmad Perti, melakukan pengembaraan dalam menuntut ilmu dari dayah ke dayah.
Setelah belajar di Sekolah Rakyat di Boengcala, Aceh Besar, beliau menuntut ilmu agama untuk pertama kalinya secara formal di Dayah Ulee Titie pada seorang Ulama Kharismatik saat itu, yaitu :
Almarhum ABU ISHAK
(Abu dari Tgk. Athailah Ulee Titie) selama 5 tahun.

Setelah itu beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan hingga ke pantai barat selatan Aceh tepatnya Aceh Selatan, tepatnya lagi di Desa TRIENG MEUDUROE, Sawang, dan belajar pada ABU ISHAK selama 3 TAHUN.

Abu merasakan ilmunya yang di terima dari ABU ISHAK masih belum cukup, akhirnya ABU ‘HIJRAH’ lagi untuk mencari ILMU, hingga akhirnya berlabuh di :
DAYAH DARUSSALAM, LABUHAN HAJI,
(Labuhan Haji Barat sekarang)
dan BERGURU pada :
ABUYA SYEIKH HAJI MUDA WALY al KHALIDY, selama lebih dari 14 TAHUN.

Kalau kita renungkan sejenak tentang perjalanan ABU AHMAD PERTI dalam mencari ilmu, di situ terpampang jelas bahwa ciri khas dari ULAMA Aceh dulu yang murni dan haus akan pencarian ilmu pengetahuan.
Dan hal ini menjadi wajar karna ABU mempunyai garis keturunan ulama yang ada padanya.

ABU AHMAD DIKENAL SEBAGAI : ABU AHMAD PERTI, dikarenakan kiprah beliau didalam organisasi ISLAM AHLI SUNNAH WALJAMA’AH tersebut begitu BESAR.
Baik itu berupa perjuangan hingga pengorbanan beliau dalam menegakkan dan mempertahankan tujuan organisasi islam tersebut.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

WALLAHU'AKLAM.
WASSALAM

DOC

Arya

GROP :
KISAH ULAMA ACEH