TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS
Showing posts with label SYECH ABUYA MUDA WALI. Show all posts
Showing posts with label SYECH ABUYA MUDA WALI. Show all posts

Thursday, August 13, 2020

SYECH ABUYA MUDA WALI


Gambar mungkin berisi: 1 orang

SYECH ABUYA MUDA WALI,
SORANG ULAMA YANG MUJADDID.
---------------

BELIAU ADALAH SEORANG BAPAKNYA PARA ULAMA DI ACEH.
BELIAU BERUSIA SANGAT RELATIF MUDA, NAMUN BELIAU SANGAT TUA DALAM BIDANG KEILMUAN.

PARA ULAMA TERDAHULU mengisahkan beliau seperti :
SINGA MUDA yang sangat DISAYANGI oleh KAWAN dan DISEGANI oleh LAWAN.

--- Dalam bidang KEILMUANNYA , BELIAU mempunyai KEAHLIAN yang SANGAT LANGKA, BAHKAN BELIAU DIJULUKI SEBAGAI : MUJADDID.
(Seorang ULAMA yang HANYA DIDATANGKAN ALLAH DALAM 100 TAHUN SEKALI).

KE'ALIMAN nya MEMBUAT GENTAR NEGARA-NEGARA KAFIR yang MENJADI MUSUH ISLAM.
MURID nya TERSEBAR di SEANTERO NUSANTARA DAN DUNIA.
BAHKAN SELURUH ILMU YANG DIAJARKAN PARA TUAN GURU
DI ACEH SEKARANG MENEMPUH SANAD DARI BELIAU HINGGA SAMPAI KEPADA RASULULLAH SAW.

SUBHANALLAH.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH.
WASSALAM.

DOC



Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'GROP KISAH ULAMA ACEH 13า1 Mruda Waly SHULTHAN ULAMA ACEH ALM.ABUYA SYAIKH MUDA WALY AL- KHALIDY'

SYECH ABUYA MUDA WALY.
DI TANAH MAKKAH DAN MADINAH.
---------------------------------

“SEBELUM ENGKAU PULANG
KE NEGRI ASALMU (Malaysia),
carilah seorang guru besar yang
bernama : BUYA MUDO WALY,
beliau ulama besar yang tinggal
DI ACEH.
Demikianlah pesan seorang ULAMA BESAR MAKKAH berkebangsaan Thailand bernama TUAN GURU BABA HAJI HUSSIN kepada salah satu muridnya.

Tepat tahun 1995 seorang pencari ilmu datang mencari seorang ulama bernama Buya Mudo dari Makkah menuju Aceh.

AL-KISAH :
Kisah berawal setelah sang murid itu belajar 5 tahun di makkah dan meminta izin pulang ke negri asalnya, malaysia.
Namun niat kepulangan ini ditunda karena sang guru bernama TUAN GURU BABA HAJI HUSSIN itu menitip pesan untuk bersafari menuju Aceh dan mencari seseorang bernama :
BUYA MUDO, gurunya berpesan jika sudah bertemu buya maka lanjutkan menuntut ilmu kepada dirinya.

Mendengar pesan guru beliau inilah, sang murid menyiap diri dari segala bekal keberangkatan mengarah aceh mengikut petuah pesan sang guru kepada dirinya.

Setelah usai semua bekal dan persiapan niat yang penuh maka sang murid pun mulai bersafar dari makkah menuju Indonesia dengan lika-liku sulit dalam perjalanan karena transportasi yang sangat terbatas.

Singkatnya, beliaupun tiba ke tempat tujuan yang dicari dan tentu hati menggebu-gebu pastinya karena sebentar lagi beliau akan berjumpa dengan BUYA MUDO WALY Seperti mana yang diharapkan gurunya.

Tepat pukul 03.00 dini hari,
sang murid tiba DI DAYAH DARUSSALAM.
namun alangkah terkejutnya beliau melihat terdapat kuburan mulia yang berada dibawah kubah keilmuan, ternyata BUYA MUDO telah lama tiada lantas sang murid itupun duduk membaca doa dan tahlil untuk sang ulama besar Buya Mudo.

Ketika pembacaan doa usai,
sang murid dikejutkan kembali saat melihat seorang bersorban didalam sebuah masjid sedang duduk memegang kitab sambil ditemani oleh banyak para murid-muridnya,
dan beliau adalah :
ABUYA MUHIBBUDDIN WALY, maka dari sinilah awal mula
TGK JAUHARI MALAYA belajar
DI DARUSSALAM kepada :
ABUYA DOKTOR.

Demikianlah kisah singkat sang murid makkah mengenali pertama kali nama Buya Mudo di Negri Makkah hingga ia berkelana mencari ABUYA SYEIKH sampai akhirnya menetap menuntut ilmu DI DAYAH DARUSSALAM kepada anak beliau, Yaitu :
Abuya Muhibbuddin Waly.

Mulai saat itulah sang murid makkah selalu bersama Abuya doktor untuk menemani dakwah abuya dimanapun berada.
Inilah Abuya Syeikh Muhammad Waly Al-Khalidi, nama seorang yang berkah lagi seorang alim yang diberkah pula.

Hampir tidak ada dayah atau pesantren Aceh yang tidak bersanad keilmuan melainkan kepada Abuya Muhammad Waly Al-Khalidy.
Beliau adalah ulama besar dari tanah rencong yang keharuman keilmuannya dapat dicium oleh negeri Makkah dan Madinah.

Dahulu ada seorang ulama ahli hadits dan thariqat dari madinah, beliau jugalah salah seorang dari keturunan Nabi Muhammad SAW.

Dimasanya, nama ABUYA MUDA telah lama mengiang dikepala beliau, tentu sesuai dengan apa yang telah diceritakan oleh sang AYAH SAYYID ALWI AL-MALIKI kepadanya, maka sang anak yaitu Abuya Sayid Muhammad Alwi Al-Maliki sangat terkagum dengan kealiman abuya muda sang ulama besar dari negri indonesia yang dahulu pernah bertemu dan berbincang dengan Sayid Alwi Al-Maliki di Makkah.

Mungkin inilah alasan mengapa dikemudian hari Abuya Sayid Al-Maliki memberikan seluruh ijazah penuh kumpulan sanad dan matan hadits serta seluruh ijazah thariqat muktabarah kepada anak tertua ABUYA MUDO,
yaitu Abuya Muhibbuddin Waly saat keduanya berada di Madinah.

Begitulah Ta’dhim Syeikh Sayyid Alwi Al-Maliki Al-Hasani kepada Tuan Guru Buya Mudo dengan wasilah kepada anak tertua beliau walau saat itu Sayyid Muhammad tidak pernah bertemu ABUYA MUDA WALY namun bertemu dan berjumpa dengan sang anak jugalah sama seperti bertemu dengan Ayahnya.

Inilah ABUYA MUDO, sang pahlawan agama yang memiliki peran dan pengaruh besar tidak hanya untuk masyarakat biasa namun juga untuk perjuangan bangsa ini.

Bagaimana tidak, gambar beliau bersama soekarno yang dipotret pada tahun 1950-an menjadi bukti bahwa pengaruh beliau juga dibutuhkan oleh bangsa dan neagara ini.

Inilah ABUYA MUDA WALY AL-KHALIDY, beliau akan terus dikenang oleh siapapun dan kapanpun.
Jasa beliau inilah yang kemudian hari oleh pemerintah aceh memberi gelar khusus untuk Abuya dengan sebutan :
“BAPAK & TOKOH PENDIDIKAN ACEH” dalam sebuah Piagam Gubernur bernomorkan.002/39345 tanggal 02 September 2008.

Sungguh luar biasanya ALLAH meninggikan derajat ABUYA MUDA WALY kita, beliau bukan orang kaya atau seorang yang banyak harta, beliau bukanlah orang yang mengaharap pengaruh dan meminta pengaruh, beliau bukanlah orang yang mencari kebutuhan walau beliau selalu dibutuhkan, beliau jugalah bukan orang yang suka memamerkan ilmu juga sombong terhadap ilmu, semua sifat-sifat itu sirna dalam tubuh Abuya melalui ketawadhu’an beliau pada Allah dan siapapun, beliau sangat rendah diri, selalu dekat dengan siapapun dan dimanapun, selain itu sifat istiqamah beliau dalam membela agama ALLAH jualah satu diantara banyak sebab lain sehingga ALLAH pada derajat yang tinggi dan pada posisi yang baik.

Dari sinilah kita tahu, menjadi seorang ULAMA itu sepertimana yang telah dikatakan oleh :
Imam Ibnu Mas’ud :
“ULAMA ITU BUKANLAH PADA MEREKA YANG BANYAK HAFALAN HADITS AKAN TETAPI ULAMA ITU ADALAH PADA BANYAK TAKUTNYA KEPADA ALLAH”

ALHAMDULILLAH, kita punya ayah rohani dan jasmani seperti beliau baik untuk aceh bahkan untuk bangsa ini.
Tidak dapat dipungkiri peran abuya untuk aceh sangatlah kuat hal ini dapat dibuktikan terdapat banyaknya murid-murid beliau yang membuka pesantren dan dayah pada setiap daerah,
baik desa dan kampung.

Demikian jugalah bangsa ini, pengaruh abuya juga dipakai oleh Presiden Soekarno untuk kemajuan dan kebangkitan negara secara kaffah, dan hal inipun dapat dibuktikan dengan terdapatnya gambar ABUYA dan Soekarno di media-media globalisasi saat ini.

Demikianlah ALLAH memberi anugrah kepada Abuya untuk kita semua.

Hal inilah yang membuat kita semua juga harus berterima kasih kepada sang ayah Abuya yang telah menjaga beliau sejak kecil hingga dewasa.

Abuya Muda Waly Menjadi seorang ulama besar jugalah tak lepas dari peran kasih sayang sang ayah untuk abuya demikian halnya ibu beliau dan kakak-kakaknya.

Bentuk prihatin, kasih sayang,
dan kecintaan semua keluarga kandung beliau inilah yang membuat ABUYA MUDA WALY menjadi seorang yang sangat dikagumi banyak orang dan dikenang sampai kapanpun.

Sejak kecil abuya, Sang ayah Syeikh Muhammad Salim selalu menjaga ABUYA dan mendidik beliau dalam semua bidang agama.

Abuya dikala itu selalu dalam pantauan sang ayah dan tidak pernah sedikitpun mata berkedip untuk menjaga buah hatinya.

Ada alasan mengapa begitu beratnya cinta rindu ayah pada ABUYA, hal ini karena SYEIKH MUHAMMAD SALIM mempunyai FIRASAT mendalam bahwa kelak anak terakhirnya ini akan menjadi seorang ulama besar dan menjadi panutan bagi yang lainnya.

Firasat kuat sang ayah ini bermula saat dimana beliau pernah mengalami kejadian ANEH saat sebelum lahirnya ABUYA MUDA WALY,
cerita ini bermula saat Ibunda Abuya, Ummi Siti Janadat sedang mengandung, Syeikh Muhammad Salim kala itu pernah bermimpi melihat Bulan indah dan besar bersinar diatas langit yang dipenuhi bintang-bintang berkelap-kelip.

Kisah ini disaksikan langsung oleh SYEIKH ADNAN MAHMUD BAKONGAN, dalam sebuah catatan kecil beliau bernama, “ABUYA MUHAMMAD WALY DALAM PANDANGAN ABU ADNAN BAKONGAN”,
kisah mimpi sang ayah abuya ditulis Syeikh Adnan sebagai berikut :
“PADA WAKTU SAYA (Teungku Syeikh H. Adnan Mahmud)
masih duduk di kelas tiga SR Syeikh Muhammad Salim datang berkunjung kerumah kami di Suak Beurumbang.

Pada waktu itu tepatnya sesudah makan siang, beliau bercerita dengan ayah saya Teungku Mahmud bin Ismail,
dimana saya pun ikut mendengarkan cerita beliau tersebut.

Saat itu Syeikh Muhammad Salim bercerita :
“Pada suatu malam saya bermimpi jatuh bulan dari langit ke haribaan saya, kemudian ada suara yang menyuruh saya untuk memakan bulan itu, maka saya makanlah bulan itu.

Namun baru kira-kira sepertiganya saya memakan bulan itu, jatuhlah bulan itu ke bumi.
Kemudian beberapa malam setelah itu saya bermimpi lagi yaitu mimpi yang sama jatuh bulan dari ke haribaan saya, kemudian ada suara yang menyuruh saya untuk memakan bulan itu sampai habis, maka saya makanlah bulan itu sampai habis.
Selang satu tahun istri saya pun hamil, setelah sempurna hamilnya sembilan bulan lahirlah seorang bayi laki-laki yang kemudian saya beri nama : MUHAMMAD WALI.”

Demikianlah kisah mimpi sang ayah sebelum Abuya Muda lahir, mimpi bulan memang selalu dilambangkan dengan kebaikan. Karena sesungguhnya dahulu Sahabat Saudah binti Zum’ah menjadi seorang istri Rasulullah juga sebelumnya melihat bulan dalam mimpi, demikian jugalah Imam As-Syafii yang juga menjadi seorang ulama besar karena ibu beliau jugalah melihat bulan dalam mimpinya maka oleh karena itulah wajarlah alasan dimana Syeikh Muhammad Salim sangat menyayangi abuya kecil yang juga terus selalu menjaga dirinya adalah firasat beliau yang terus berkata bahwa anaknya kelak akan menjadi seorang yang berguna bagi agama islam.

Sungguh kita berterima kasih kepada ALLAH atas segala rahmat-Nya dengan diutusnya para alim ulama besar untuk aceh dan bangsa ini, khususnya tuan guru ABUYA SYEIKH MUHAMMAD WALY AL-KHALIDY.

Siapa yang tidak bangga mempunyai ulama seperti beliau, itulah guru rohani dan jasmani kita.
Tuan guru yang telah mengharumkan nama aceh
dan bangsa.
Seorang syeikh yang juga telah dikenal dan dikenang hingga ke negeri malaysia, brunai bahkan madinah hingga makkah.
ALLAH benar-benar mengangkat abuya ketempat yang paling tinggi.

Namun kini abuya telah pergi berjalan menuju kehadirat Allah, 59 tahun abuya telah tiada, tentu kini wajah beliau hanya dapat kita lihat pada gambar-gambar potretnya, kenangan keilmuan yang kita cerita diatas tadi hanya dapat ditemukan pada karya-karya beliau saja, berkhidmat dan berguru kepada ABUYA sangatlah mustahil dan tidak mungkin lagi kecuali mencari siapa murid dan anak beliau yang masih tersisa.

Abuya jugalah seorang manusia, ada masa dimana beliau hidup dan berjaya juga ada masa dimana beliau harus meniggalkan semua.
Kini Abuya telah lama pergi
dan berjumpa dengan kekasih tersayangnya, yaitu RASULULLAH SAW.

Disanalah abuya duduk bercrengkama bersama kekasih tercinta sambil menatap keindahan sinar cayaha Allah, sang Maha Hidup dan Yang Menguasai segalanya.

Ada banyak cerita abuya tentunya yang dapat disampaikan dalam catatan ini, ada banyak sejarah tentunya yang perlu di abadikan dari Abuya Muda Waly,
ada banyak hikmah dari ABUYA yang perlu kita pelajari,
tulisan ini hanyalah bentuk nostalgia singkat kita kepada Abuya.

Ternyata Abuya yang hanya berumur 44 Tahun dapat mencetak kader ulama melebihan 44 orang, inilah Imam Nawawi-nya Aceh,
walau keduanya sangat muda namun kenangan keduanya selalu diabadikan hingga sepanjang masa.

Kita tentu sangat ingin berkhidmat dan mencari berkah dari tuan guru kita, namun tidaklah mungkin karena beliau telah pergi untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah lagi kembali.

Namun ketahuilah beliau meninggalkan anak dan cucu-cucunya, dari sinilah wasilah ketha’diman kita kepada tuan guru masih dapat tersambung. Menghormati anak dan cucunya sama juga menghormati tuan guru kita.

Karena melalui darah dan doa tuan guru untuk setiap anak dan cucu beliau yang menjadi sebab keberkahan ilmu kita menjadi bermanfaat.
Demikianlah Imam Malik mengajari hal ini kepada kepada
kita semua :

“PELAJARILAH ADAB SEBELUM MEMPELAJARI SUATU ILMU.”

Sepertimana perkataan Imam Malik Rahimahullah,
ADAB MERUPAKAN SUATU KEWAJIBAN yang harus dituntut sebelum rencana menuntut ilmu.

Tentu maksud dari makna ADAB disini sangatlah banyak sekali, namun satu diantara banyak itu adalah menghormati dan menjaga perasaan dari setiap anak-anak dan cucu Abuya Muda Waly jugalah bentuk daripada kita mengambil berkah keguruan kepada tuan guru.

Maka demikianlah Dayah yang kita tinggali ini, tempat keilmuan dan sumber berkah ABUYA yang masih ada untuk kita semua. Inilah Dayah yang Abuya beri nama “DARUSSALAM” yang artinya “TEMPAT YANG SELAMAT”.

SELAMAT HATI, SELAMAT ILMU, SELAMAT AKIDAH, SELAMAT JIWA, SELAMAT DUNIA DAN SELAMAT AKHIRAT.

Disinilah DAYAH ABUYA pertama kali dibangun olehnya setelah kembali menunaikan ibadah haji dari makkah pada tahun 1942, tiga tahun sebelum kemerdakaan indonesia diresmikan.

Mulai dari sinilah, para alim ulama aceh dahulu menuntut ilmu hingga mereka ikut membantu menyebarluaskan perjuangan abuya untuk membangun dayah keseluruh aceh.
Diantara para murid-murid Abuya pada generasi pertama adalah :

A. Abuya Syeikh Muhibbuddin Waly
B. Syech Marhaban Krueng Kale
C. Abuya Aidarus Kampar
D. Abu Muhammad Amin (Abu Tumin) Blangblahdeh
E. Abu Adnan Bakongan
F. Abon Abdul Aziz Samalanga
G. Syech Hasan Abati
H. Abu Jailani Musa
I. Abu Ibrahim Lamno
J. Abu Tanoh Merah
K. Abu Matang Keh
L. Abu Kamaruddin Badar
M. Abu Djakfar Lailun
N. Abu Daud Zamzami

Masyaallah, Abuya memanglah hebat dimata kita semua, beliau berumur muda namun dapat mencetak kader ulama melebih masa umur yang beliau miliki.

Kini kita bisa melihat banyaknya dayah dan pesantren di aceh sesungguhnya hampir 85 % nya berasal dari sanad keilmuan kepada Abuya Muhammad Waly Al-Khalidy.

Sungguh Allah benar-benar menempatkan abuya ketempat yang lebih tinggi, benarlah firman Allah bahwa orang yang memiliki ilmu dan mengamalkan ilmu yang dimilikanya akan ditinggikan Allah kepada derajat setinggi-tingginya, Allah berfirman mengenai hal ini didalam Al-Quran :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“
(Al Mujadilah : 11).

Kini Abuya telah tiada, selamat jalan tuan guru kami, di Dayah inilah kami selalu akan mengenang dirimu dan setelah dari sinilah jua kami akan berjuang sepertimana dirimu dan murid-murid pertamamu.

Segala pesanmu akan kami ingat, segala perjuanganmu akan kami kenang, segala petuahmu akan kami simpan dalam setiap ingatan yang insyallah tidak akan pernah kami hilangkan.

Doakan kami Abuya di Qubah, kami yakin engkau hidup dan ruhmu tentu akan selalu memantau pada setiap keadaan kami, tentu kedepan perjuangan islam yang akan kami lalui lebih berat dan sulit untuk dihadapi, namun apapun keadaan dan kondisinya semangat kami ada pada doamu wahai tuan guru kami, doakan kami wahai abuya di qubah estafet perjuanganmu akan terus kami jaga dan kelak akan kami lanjutkan sesuai kemampuan yang kami miliki.

Selamat Berisistirahat Wahai Abuya Syeikh Muhammad Waly Al-Khalidy As-Syafi’i.
salam hormat kami semua
untuk mu.

Penulis / Sumber :
Tgk. Habibie M. Waly S.TH

Referensi Tulisan :
- Buku Ayah Kami
(Abuya Muhibbuddin Waly)
- Artikel Abuya Muda Waly Dimata Abu Adnan Mahmud
- Hasil wawancara Abu Tumin Blangblahdeh.
(Murid Tua Abuya Muda Waly)
- Hasil wawancara Abu Daud Zamzami.
(Murid Tua Abuya Muda Waly)
- Artikel Wadhifah Abu Syihabuddin Syah / Abu Keumala (Murid Tua Abuya Muda Waly).

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

WALLAHU'AKLAM
WASSALAM

DOC

Arjun Arja



ABUYA MUDA WALY BERJUMPA
DENGAN JIN PEREMPUAN.

Setiap Hamba ALLAH yang dimuliakan OLEH-NYA pastilah ada kelebihan yang dianugrahkan, baik KARAMAH yang ada pada dirinya sendiri ataupun karamah yang bisa diberikan kepada orang lain. Mereka yang dimaksudkan disini adalah :
PARA ULAMA DAN WALI-WALI ALLAH yang senantiasa terus ISTIQAMAH dalam ILMU dan D ZIKIRNYA. Maka demikian jugalah yang terjadi pada Seorang Ulama Besar Aceh, bernama :
SYEIKH MUDA WALY AL-KHALIDY.

Beliau dikenal oleh masyarakat sebagai Ulama Kondang, yang selalu istiqamah setiap dalam dakwahnya untuk mengembangkan ajaran RASULULLAH SAW.
tidak hanya itu, Abuya juga termasuk tokoh Nasional, karena berkat beliaulah juga Soekarno menjadi seorang Presiden.

Tidak heran lagi, seorang Ulama pastilah ada sesuatu yang lebih diberikan Oleh Allah SWT.
Jika kita membaca buku ataupun mendengar dari orang tua masa dahulu, ABUYA memiliki beberapa kelebihan pada diri beliau, salah satu dari sekian banyak itu adalah JIN atau khadam JIN yang menjadi pengikut beliau.

KISAH ini didapati dari buku :
karya Tgk. Musliadi S.Pd.i :
"ABUYA SYEIKH MUDA WALY AL-KHALIDY – SYEIKHUL ISLAM ACEH TOKOH PENDIDIKAN DAN ULAMA ‘ARIFBILLAH”.

AL-KISAH :

Konon diceritakan lokasi tempat berdirinya MASJID SYAIKHUNA ini dulunya merupakan tempat bersemayam :
“PUTROE BAREN yaitu sebangsa jin sebagaimana sudah di jelaskan pada bahagian kedua didalam buku kami.
Hal ini terbukti dengan suatu kejadian pada saat ABUYA sedang mengajarkan murid-murid beliau di bulan RAMADHAN, datanglah seorang WANITA dengan postur badan yang tinggi dan berparas CANTIK, dengan membawa SUWA
(obor dari daun kelapa).

Wanita ini membakar obornya pada salah satu lentera disana. Anehnya kalau biasanya orang-orang membuat obornya dari daun kelapa kering, tapi wanita ini malah membuatnya daun kelapa yang masih basah, sehingga lentera itu padam dibuatnya.

Yang lebih aneh lagi adalah kejadian ini bukan satu kali tapi justru terjadi beberapa kali dalam waktu yang sama.
Setelah ia membakar obornya pada lentera itu, wanita ini pun pergi,

LALU ABUYA BERKATA :
“SIAPA MAU MEMATUHI,
KEMANA PERGI NYA WANITA ITU ?

salah seorang murid beliau memberanikan diri mengikuti kemana arah hilangnya wanita tersebut, anehnya tidak ditemukan apa-apa melainkan hanya seberkas sobekan kain busuk atau kain yang sudah usang saja.
Akhirnya murid beliau tahu bahwa wanita itu adalah :
“PUTRO BAREN”.

Sumber :
BUKU AYAH KAMI
(Abuya Prof. Dr. Tgk. H. Muhibbuddin Waly)