TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS
Showing posts with label Kisah Lukmanul hakim dan keledai. Show all posts
Showing posts with label Kisah Lukmanul hakim dan keledai. Show all posts

Monday, October 9, 2017

Kisah lukmanulhakim dan keledai

NEWS
Hikmah dibalik Kisah Luqmanul Hakim, Anaknya dan Seekor Keledai
By Fathullah Syahrul
Posted on July 31, 2016
RELATED ITEMS:
Jalur9.com – Dalam Surah Al Luqman diceritakan kisah Luqmanul Hakim dengan anaknya, pada suatu hari Luqman Hakim dan anaknya memasuki sebuah pasar dengan mengendarai seekor keledai dimana anaknya mengikuti ayahnya dari belakang.
Melihat hal itu, orang-orang pun berkata, “Lihat orang tua itu, dia tidak bertimbang rasa, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan kaki”.
Setelah mendengarkan kata-kata orang ramai itu, maka Luqman pun turun dari keledainya, lalu menyuruh anaknya agar naik ke atas punggung keledai. Melihat hal demikian orang-orang ramai pun berkata, “Lihat anak itu, orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya mengendarai keledai itu dengan enaknya, sungguh kurang adab anak itu.”
Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas keledai duduk bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, “Lihat itu kedua orang itu, menaiki seekor keledai bersama-sama. Tindakan itu sungguh menyiksa keledai, sungguh tidak menyayangi tunggangannya.”
Karena mendengar percakapan orang-orang tersebut, maka Luqman dan anaknya turun dari punggung keledai, berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Kkemudian terdengar lagi suara orang-orang ramai berkata, “Alangkah bodohnya kedua ayah dan anak itu, berjalan kaki sambil menuntun keledainya, sungguh hal yang bodoh tidak menggunakan keledai sebagai kendaraan”.
Setelah sampai pulang ke rumah, Luqman Hakim segera menasehati anaknya tentang sikap manusia dan telaah mereka.
“Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadakah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi sebenar-benarnya pertimbangan”.

MENU
Beranda » Khazanah » Kisah Islami » Kisah Nabi dan Rasul » Kisah Luqman Al-Hakim dan Keledai Tunggangan
ARTIKEL TERKAIT
Nabi Uzair ‘Alaihis Salam, Keledai dan Kebangkitan dari Kematian
Nabi Musa ‘Alaihis Salam Menentang Fir’aun
Pernikahan Nabi Musa ‘Alaihis Salam dan Pengangkatannya Menjadi Nabi dan Rasul
Samiri dan Patung Anak Sapi
Kisah Qarun dan Hartanya yang Ditenggelamkan
0 Comment for "Kisah Luqman Al-Hakim dan Keledai Tunggangan"
Beri komentar sebagai:
Publikasik Pratinjau
TOTAL KUNJUNGAN
PENGIKUT
Pengikut (27) Berikutnya
Ikuti
ARSIP WEB
► 2014 (69)
► 2015 (123)
▼ 2016 (120)
► Januari (9)
► Februari (5)
► Maret (8)
► April (3)
► Mei (13)
► Juni (1)
► Juli (40)
▼ Agustus (21)
Samiri dan Patung Anak Sapi
Kisah Qarun dan Hartanya yang Ditenggelamkan
Sapi Betina
Nabi Musa ‘Alaihis Salam dan Kedurhakaan Bani Isra...
Kisah Nabi Harun ‘Alaihis Salam
Kisah Nabi Khidr ‘Alaihis Salam dan Nabi Musa 'Ala...
Nabi Yusya ‘Alaihis Salam Menahan Matahari
Kisah Luqman Al-Hakim dan Keledai Tunggangan
Wasiat Luqman Al-Hakim kepada Anaknya
Nabi Uzair ‘Alaihis Salam, Keledai dan Kebangkitan...
Kisah Nabi Ilyas ‘Alaihis Salam
Kisah Nabi Ilyasa ‘Alaihis Salam
Nabi Syam'un ‘Alaihis Salam, 1000 Bulan Berjuang d...
Kisah Nabi Syamu'il ‘Alaihis Salam
Daud, Jalut dan Thalut
Nabi Daud ‘Alaihis Salam menjadi Raja
Tanda-Tanda Baligh
Hadits Palsu Sumpah Suami Saat Akad Untuk Menanggu...
Shalat Rawatib
Kisah Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu Menyampaikan ...
Keutamaan Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum'at
► September (9)
► Oktober (7)
► November (2)
► Desember (2)
► 2017 (91)
FANSPAGE FACEBOOK
KUNJUNGAN TERAKHIR
NEGARA PENGUNJUNG
Allah ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰ berfirman: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. al-Mujadilah [58] : 11)
Rasulullah ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠّٰﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ bersabda: "Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali." (HR. at-Tirmidzi no. 2647)
al-Imam asy-Syafi'i ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ berkata: "Belajarlah! Karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang yang bodoh. Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu) dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu." (Adab Thalib al-'Ilm, hal. 22)
Jenderal Besar TNI (Purn.) A.H. Nasution, Jenderal yang Rajin Shalat
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (pe...
Kisah Luqman Al-Hakim dan Keledai Tunggangan
“Agama, harta, malu, budi pekerti yang baik dan pemurah. Wahai anakku tersayang, kalau lima hal tadi berkumpul pada seseorang maka ia adalah orang suci, terpelihara, dilindungi Allah subhanahu wa ta’ala dan bebas dari Setan.” (Luqman Al-Hakim)
Luqman Al-Hakim adalah seorang hamba Allah yang shalih, nama lengkap beliau adalah Unaqa bin Sadun, ia berasal dari Habasyah, berkulit hitam, berbibir tebal, beliau adalah seorang tukang kayu. Namun karena takdir Allah
subhanahu wa ta’ala , beliau diangkat menjadi hakim bagi Bani Israil di zaman raja Daud ‘alaihis salam, karena keteguhannya memegang amanah dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak ada gunanya. Allah subhanahu wa ta’ala mengabadikan keberadaannya dalam Al-Quran dengan surat Luqman. Luqman merupakan sosok seorang ayah yang sangat perhatian pada pendidikann anaknya agar memperoleh keberhasilan di dunia dan akhirat dan selamat dari siksa Allah subhanahu wa ta’ala . Terdapat dua pendapat yang menyatakan kedudukan Luqman, pendapat pertama menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi dan pendapat kedua dia adalah seorang wali atau hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang sholih. Namun para salafus shalih lebih banyak memilih yang kedua. (Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 3 hal. 585)
Suatu hari Luqman Al-Hakim bersama anaknya sedang berjalan di pasar sambil mengendarai keledai tunggangannya. Pertama-tama, mereka Luqman Al-Hakim menunggangi keledai tersebut, sedangkan anaknya menuntun keledai itu. Orang-orang pun melihat hal tersebut kemudian mencela mereka: “Orangtua kejam, dia enak-enakan di atas keledai sementara anaknya harus berjalan sambil menuntun keledai itu.” Mendengar itu akhirnya Luqman Al-Hakim menyuruh anaknya untuk ikut menunggangi keledai tersebut. Tak lama kemudian orang-orang pun melihat mereka kembali kemudian mencela mereka, mereka berkata: “Lihat orangtua itu dan anaknya, mereka berdua tak tahu diri, mereka menungganggi keledai sedangkan keledai mereka berbadan kurus seperti itu.” Mendengar hal itu maka Luqman Al-Hakim kemudian turun dan menyuruh anaknya saja yang menunggangi keledai tersebut. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan hingga orang-orang pun melihat mereka dan lagi-lagi mereka mencela, mereka berkata: “Dasar anak kurang ajar, orangtua dijadikan buruh untuk menuntun keledai tunggangannya.” Mendengar hal itu Luqman Al-Hakim pun menyuruh anaknya turun dan akhirnya kemudian mereka berdua berjalan sambil menuntun keledai tunggangannya itu. Tak lama kemudian orang-orang melihat hal itu dan tertawa sambil mencela, mereka berkata: “Dasar orang bodoh, punya keledai tapi dituntun, bukannya ditunggangi.”
Sejak dari awal sampai orang terakhir yang melihatnya semua mencela perbuatan mereka. Luqman Al-Hakim kemudian mengajarkan pada anaknya, apapun perbuatan baik yang engkau lakukan akan mendapatkan ujian. Dan sebaik apapun perbuatanmu akan dicemooh oleh orang.
Putra Luqman Al-Hakim bertanya kepadanya: “Apakah yang baik dari seorang manusia?” Luqman Al-Hakim menjawab: “Agama.” Kemudian anaknya bertanya lagi: “Jika ada dua macam?” Beliau menjawab: “Agama dan harta.” Kemudian anaknya bertanya lagi: “Jika ada tiga macam?” Belia kembali menjawab: “Agama, harta dan malu.” Anaknya pun tak berhenti bertanya sampai disitu, dia bertanya lagi: “Jika ada empat macam?” Luqman Al-Hakim menjawab: “Agama, harta, malu dan budi pekerti yang baik.” Ia bertanya lagi: “Jika ada lima macam?” beliau menjawab: “Agama, harta, malu, budi pekerti yang baik dan pemurah.” Anaknya kembali bertanya: “Jika ada enam macam?” Luqman Al-Hakim kemudian menjawab dengan sabar: “Wahai anakku tersayang, kalau lima hal tadi berkumpul pada seseorang maka ia adalah orang suci, terpelihara, dilindungi Allah
subhanahu wa ta’ala dan bebas dari Setan.”