TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS

Tuesday, September 8, 2020

TUNGKU ABU LUENG ANGEN LHOK NIBONG

Gambar mungkin berisi: 1 orang


ABU LHOK NIBONG.
ABU LUENG ANGEN.
---------------
ABU MUHAMMAD DAUD AHMAD.
ULAMA KHARISMATIK ACEH.
---------------

SOSOK DARI ABU LHOK NIBONG, sebagaian masyarakat memanggil beliau dengan nama : ABU LUENG ANGEN.
Seorang ULAMA yang memiliki kharisma dalam masyarakat luas.

Nama asli beliau adalah :
TEUNGKU H MUHAMMAD DAUD,
beliau dilahirkan :
DI GAMPONG MEUNASAH LEUBOK LHOK NIBONG,
KECAMATAN PANTE BIDARI ACEH TIMUR PADA :
BULAN MARET 1941.
Anak bungsu dari 3 bersaudara, ayahanda beliau adalah :
TGK AHMAD BIN ABDUL LATIF dan ibundanya :
BERNAMA IBU DHIEN.

TGK DAUD adalah :
pemuda yang berhasil meraih dan menerapkan ilmu dan keberkahan dari gurunya kepada UMAT.

Pendidikan Dasar Agama beliau peroleh ketika masa kanak-kanak dari didikan orangtuanya. Menjalani masa pendidikan sekolah di Sekolah Rendah (SR) Lhok Nibong sejak mulai tahun 1948.

Ketika itu, masa pendidikan beliau sempat terhenti karena terjadinya konflik yang berekses pada terbakarnya sekolah tempat beliau menuntut ilmu.
Peristiwa konflik tersebut adalah terjadinya Pemberontakan DI/TII dalam bulan Ramadhan pada tahun 1954 M.

Beberapa tokoh masyarakat Keude Lhok Nibong Pante Bidari yang diprakarsai oleh seorang IMAM MUKIM YAITU :
TGK AHMAD MALEM berinisiatif membangun gedung sekolah baru untuk terselenggaranya kembali proses belajar mengajar.
Agar pendidikan terhadap generasi penerus tetap terlaksana dan berjalan sebagaimana yang menjadi harapan dan cita-cita masyarakat.

TGK Djamil Hanafiah, TGK Sabil Hanafiah, TGK Djamil Meunasah Tunong dan TGK Ismail Saidy adalah Guru yang mengajar di Sekolah tersebut, para guru tersebut merupakan putra asli dari kawasan Keude Lhok Nibong Pante Bidari.

Berjalannya kembali kegiatan belajar mengajar setelah berdirinya Sekolah tersebut telah memberikan harapan dan semangat baru bagi masyarakat LHOK NIBONG dan sekitarnya. Beroperasinya kembali proses pendidikan setempat setelah berdirinya kembali bangunan sekolah yang dimotori oleh :
TGK AHMAD MALEM dan tokoh-tokoh masyarakat LHOK NIBONG.

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD pada masa itupun kembali dapat mengikuti kegiatan belajarnya di Sekolah tersebut.
Beliau hanya mengikuti kembali kegiatan belajarnya di Sekolah tersebut selama setahun, karena ketertarikan beliau untuk lebih memilih lembaga pendidikan dayah sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikannya.

Pada tahun 1956, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD melanjutkannya pendidikannya ke DAYAH BUSTANUL HUDA DI PANTEUE BREUEH ACEH UTARA.
Pada masa itu TEUNGKU ABDUL GHANI yang dikenal dengan gelar panggilan : TEUNGKU DI ACEH adalah sebagai pimpinan :
di DAYAH BUSTANUL HUDA.

DI DAYAH TERSEBUT, TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD mendapatkan bidang keilmuan yang menjadi keinginan dan cita-citanya.
Ketika itu, keadaan dan suasana yang sangat mendukung karena dalam masa Gencatan Senjata antara DI/TII dengan Pemerintah RI.

Suasana aman tenteram itu sangat mendukung bagi terlaksananya kegiatan belajar mengajar dengan baik, para santri dan guru pengajar dapat lebih memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar mengajar.

Namun, kehidupan masyarakat umum yang aman tenteram kembali terusik dengan terjadinya kembali konflik antara DI/TII dan Pemerintah RI.
Suasana aman dan nyaman yang dapat dinikmati hanya berlangsung kurang lebih selama 2 Tahun.

Para pengajar dan santri kerap menyaksikan pertempuran antara 2 pihak sering terjadi di kawasan dekat dengan lokasi Dayah tersebut, ekses yang ditimbulkan oleh pertempuran itu berakibat langsung pada terganggunya kegiatan belajar mengajar di DAYAH BUSTANUL HUDA.
Apalagi tekanan terhadap fisik dan psikologi dari arogansi para pihak yang terlibat perang terhadap santri dan pengajar sangat buruk, ini berakibat langsung terganggunya aktivitas DAYAH.
Akibat-akibat yang timbul dari ekses pertempuran itu tidak menjadi perhatian penting bagi para pihak yang terlibat bentrokan bersenjata.

Pada awal Tahun 1959, TGK MUHAMMAD DAUD bersama beberapa pelajar mengambil sikap untuk hijrah ke Gampong Tanjong Ara Paya Naden Simpang Ulim Aceh Timur.
Keputusan untuk relokasi tempat belajar terkait kondisi yang tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan menuntut Ilmu di Dayah Bustanul Huda Panteu Breueh Jambo Aye Aceh Utara. Sikap para pihak yang terlibat sangat mengganggu dan cenderung represif terhadap santri dan guru.

Gampong Tanjong Ara Paya Naden menjadi alternatif pilihan pertama disebabkan karena ajakan dari gurunya yang bernama : TEUNGKU ABDUL GHANI Tanjung Ara, tujuan utama adalah agar kegiatan dalam menuntut ilmu tetap berjalan dan tidak terganggu.

Sarana yang dipergunakan sebagai tempat untuk belajar adalah Meunasah Gampang Tanjong Ara.
Semua aktivitas proses belajar mengajar terkonsentrasi di Meunasah tersebut, mulai dari kegiatan pokok yaitu shalat berjamaah, belajar mengajar, istirahat, memasak dan sebagainya.

Perhatian khusus dan dukungan datang dari Geusyik dan Imum Gampong Tanjong Ara beberapa waktu kemudian.
Geusyik bersama masyarakat Gampong Tanjong Ara mulai membangun bilik-bilik dan sarana lainnya secara swadaya. Keberadaan Tgk Muhammad Daud Ahmad di Gampong tersebut bersifat sementara waktu, disamping agar kegiatan belajar tetap berjalan beliau juga memikirkan untuk melanjutkan pendidikannya ke Lembaga Pendidikan yang lebih tinggi.

Akhirnya, pada bulan Desember 1960, Tgk Muhammad Daud Ahmad mengambil keputusan dengan tekadnya yang sudah final untuk hijrah menuju ke Dayah Samalanga sebagai tempat yang lebih menjanjikan.
Dayah Mudi Mesjid Raya Samalanga pada waktu itu dibawah pimpinan Tgk H Abdul Aziz Shaleh, di Dayah tersebut Tgk H Abdul Aziz lebih dikenal panggilan ABON SAMALANGA.

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD langsung bisa duduk di kelas empat, hal ini dikarenakan beliau sudah memiliki bekal ilmunya yang beliau peroleh dari Dayah Bustanul Huda Pante Breueh dan bimbingan dari gurunya yaitu Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara.

Orang yang menjadi guru pertamanya di Dayah Sampai adalah :
TEUNGKU ZAINAL ABIDIN SYIHABUDDIN, gurunya itu disana lebih dikenal sekarang dengan sebutan TU DIN.
Disamping ABON SAMALANGA sendiri guru beliau juga guru beliau yang lain adalah :

TEUNGKU H MUHAMMAD KASEM TB, Almarhum adalah :
Pimpinan Dayah Darul Istiqamah Kota Bireuen.
TEUNGKU H USMAN KUTA KRUENG
(sekarang Pimpinan Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng Pidie Jaya).
Beliau bertahan dan betah belajar di Dayah Samalanga selama lebih dari 10 Tahun.
Salah satu penyebab bertahan beliau di Dayah tersebut adalah beliau merasa terpuaskan akan dahaga beliau akan ilmu agama, beliau merasa mendapatkan apa yang beliau cita-citakan.
Pengabdian beliau terhadap gurunya dan kiprahnya terhadap masyarakat dalam bidang pendidikan sangat besar.

Di penghuni tahun 1970, TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD pulang ke kampung halamannya Gampong Meunasah Leubok Lhok Nibong Pante Bidari Aceh Timur. Keberadaan di kampung halaman beliau gunakan sebagai waktu untuk berbakti kepada masyarakat, beliau jalin silaturahmi dan komunikasi dengan para tokoh masyarakat.

Bertepatan pada masa itu, di sekitar kampung halamannya sedang dilanda musim kemarau panjang.
Beliau mengajak masyarakat untuk mendirikan shalat Istisqa' (shalat minta diturunkan hujan).
Tidak lama berselang sesudah dilaksanakan shalat Istisqa', alhamdulillah... hujan lebih pun turun atas berkat di ijabah doa, sebagai rahmat dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Para tahun 1971, beliau menikah dengan Ummi Faudziah binti Tgk Syamsuddin.
Beliau dianugerahi keturunan dari hasil perkawinannya seorang Putra :
Tgk H Muzakkir Bin Muhammad Daud dan 2 orang puteri :
Hajjah Zainab dan
Hajjah Raihanah.

Masyarakat di GAMPONG LUENG ANGEN, sebuah kampung yang berjarak kurang dari 2 Km dari tempat tinggal TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD meminta kepada beliau agar sudi kiranya mengajarkan Ilmu Agama di Kampung tersebut.
Atas permintaan masyarakat tersebut, akhirnya beliau mengajar di Dayah yang dibangun bersama masyarakat di Gampong Lueng Angen secara swadaya.
Dayah diberikan nama Dayah Darul Huda, peristiwa tersebut berlangsung pada tahun 1972.

Dayah tersebut pada awalnya dibangun bertujuan untuk menjadi tempat belajar masyarakat dan anak-anak GAMPONG LUENG ANGEN saja. Seiring perjalanan waktu, berkembang menjadi tempat tujuan orang-orang dari luar daerah tersebut.
Semakin hari jumlah santri yang datang dari luar semakin bertambah. Dengan adanya perkembangan yang demikian, karena santri dari luar itu sifatnya menetap maka membutuhkan tersedianya tempat menginap dan sebagainya.
Maka akhirnya dilakukanlah pembangunan kamar-kamar dan sarana pendukung lainnnya.

Kegiatan proses belajar mengajar mulai aktif berlangsung pada tahun 1973, pada waktu itu sarana dan prasarana telah rampung dibangku.
Pada tahun pertama masa aktif belajar sudah ada sekitar 50 orang santri.
Beliau para masa itu sebagai tenaga pengajar di bantu oleh : TEUNGKU MUKHTAR yang berasal dari Peureulak Aceh Timur.

Nama ABU LUENG Angen itu sebagai nama sebutan mulai di gunakan oleh masyarakat ketika menyebutkan nama beliau.
Nama sebutan lain beliau yang populer juga adalah ABU LHOK NIBONG.

Seiring perjalanan waktu dan perkembangan masa, berkembang pula jumlah santri yang menuntut ilmu ke Dayah Darul Huda.
Hal ini berakibat pada kebutuhan akan tenaga guru pengajar.
ABON SAMALANGA pun akhirnya mengutus ADIK KANDUNG beliau sendiri yaitu :
TGK ABDULLAH SHALEH sebagai guru pengajar untuk membantu ABU LUENG ANGEN.
Sebagai tanda restu dari Guru, ABON SAMALANGA kepada : muridnya ABU LUENG ANGEN maka ABON SAMALANGA menghadiahkan satu unit Sepeda milik Abon sendiri.
Untuk ukuran sekarang bisa dikatakan sama seperti Sepeda Motor.

Jumlah santri Dayah Darul Huda semakin bertambah dari waktu ke waktu, jumlah santri mencapai 1300 orang pada pertengahan tahun 1980an sampai awal tahun 1990an.
Pada tahun 2010 jumlah santri mencapai 1600.

Para alumni tamatan Dayah Darul Huda yang berjumlah ribuan itu sudah tersebar diberbagai pelosok dan kawasan, baik di dalam daerah Aceh, Indonesia atau ke negara-negara tetangga.

Sebagian ada yang melanjutkan pengembangan dalam bidang yang sama dengan beliau, mendirikan lembaga pendidikan dayah.
Jumlahnya dalam kisaran di 40 dayah.
Salah satunya adalah :
ABU ALI PAYA PASI di JULOK
ACEH TIMUR.

Mantan Ketua MUI Propinsi Kep. Riau selama 2 periode dan Kepala Dinas Departemen Agama Propinsi Kep. Riau adalah :
MURID DARI ABU LHOK NIBONG.

Peran beliau dalam masyarakat lingkungan sangat besar nilainya. Beliau menjadi tokoh sentral masyarakat di Lhok Nibong, masyarakat terayomi dalam keteladanan, kedalaman ilmu dan pemahaman serta ketegasan beliau dalam mengambil sikap.

Pembangunan Masjid Baiturrahim Lhok Nibong Pante Bidari adalah salah satu bukti kongkret dan contoh faktual.
Pada tahun 1980, Kesediaan beliau atas permintaan masyarakat untuk menjadi ketua umum panitia pembangunan Masjid Baiturrahim menjadikan pelaksanaan pekerjaan pembangunan Masjid Baiturrahim berjalan sangat baik. Kegiatan rutinitas pengajian umum dan khusus berjalan tertib dan berkembang.
Abu Lueng Angen sebagai Ketua Pembangunan Masjid Baiturrahim secara aktif dan teratur berkesinambungan berceramah menyampaikan dakwah pada setiap Meunasah-meunasah yang berada dalam lingkungan Kemasjidan Baiturrahim Lhok Nibong, enam desa dalam kawasan Kemasjidan Baiturrahim, yaitu Meunasah Teungoh, Keude Baro, Meunasah Leubok, Meunasah Tunong, Pante Panah dan Matang Kruet.

Pada tahun 80an, beliau mengetuk hati, menggugah jiwa dan menghimbau mengajak masyarakat untuk tergerak dalam panggilan semangat jiwa agar berbuat banyak urusan kebaikan dan kemajuan terhadap Pribadi diri sendiri dan keluarga serta masyarakat.
Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk apa saja yang dimiliki oleh setiap Pribadi masyarakat.
Kemudahan dalam kelebihan harta, tenaga dan ide pikiran dapat disumbangkan untuk pembangunan Masjid.

Masjid Baiturrahim Lhok Nibong Kec. Pante Bidari Aceh Timur telah lama rampung dikerjakan. Hingga saat ini Abu Lueng Angen masih diharapkan dan menjadi kepercayaan masyarakat untuk memimpin Kepanitiaan
Pembangunan Masjid Baiturrahim Lhok Nibong.
Peletakan batu pertama pada tanggal 25 Maret 1981.
Proses yang dimulai dengan langkah pertama yang hingga selesainya pembangunan berjalan baik dan lancar.
Masjidil sudah dapat digunakan masyarakat pada hari Jumat 30 Maret 1984, maknanya Masjid sudah bisa digunakan untuk shalat Jumat.

Ada satu hal yang menjadi moment hidup yang sangat berharga dan sangat layak untuk diapresiasikan, hal tersebut adalah bahwa Masjid Baiturrahim telah berhasil dibangun sekalipun sumber dana hanya berasal dari sumbangan masyarakat. Bantuan dari Pemerintah tidak melebihi dari 5% menurut berita salah satu sumber informasi.

Peranan ABU Lueng Angen dalam usaha penggalangan dana Pembangunan Masjid adalah peran yang sangat dominan, beliau juga ikut dilibatkan dalam Kepanitiaan Pembangunan Masjid Pase Kota Panton Labu Kecamatan Tanah Jambo Aye. Keterlibatan beliau sejak Tahun 2000 hingga saat ini.

Beliau adalah pribadi yang sangat menghargai kedisiplinan, profile yang disiplin dan teratur dalam kesehariannya.
Cinta kebersihan dan kerapian. Jika ada suatu aturan yang ditetapkan di Dayah, maka beliau lah orang pertama yang mematuhi aturan tersebut.

-----------
ABU LHOK-NIBONG
ULAMA ACEH.
----------
NAMA ASLI BELIAU ADALAH : TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD, namun setelah menjadi SEORANG ALIM, beliau lebih DIKENAL dengan LAQAB :
ABU LHOK-NIBONG dengan DAYAHNYA DARUL HUDA atau DIKENAL pula DENGAN :
ABU LUENG ANGEN.

Dahulu, semasa masih belajar dan mengajar di DAYAH Mudi5 MESRA SAMALANGA, GURU BESARNYA adalah :
ABON SAMALANGA memanggilnya dengan panggilan "TEUNGKU di SIMPANG" karena beliau BERASAL dari SIMPANG ULIM.

ABU DAUD LHOK NIBONG memulai pengembaraan ILMUNYA BERGURU kepada : TEUNGKU ABDURRANI yang dikenal dengan SEBUTAN :
TEUNGKU DI ACEH.
Beliau belajar kepada TEUNGKU DI ACEH selama tiga tahun, namun karena suasana Aceh ketika itu sedang bergolak, beberapa kali beliau harus mengungsi.
Tepatnya pada tahun 1960 ABU LHOKNIBONG melanjutkan belajarnya kepada seorang ulama yang merupakan MURID dari TEUNGKU SYEKH MUDA WALY AL-KHALIDY yang dikenal :
PENGKADER BANYAK PARA ULAMA YAITU :
ABON SAMALANGA.

Kehadiran ABU DAUD DI DAYAH MUDI MESRA ketika itu bak gayung bersambut, dimana ABU DAUD kemudian menjadi tangan kanan dan ajudan GURUNYA dalam banyak hal.
Sekitar 11 TAHUN KEBERSAMAAN GURU DAN MURIDNYA ini, kemudian ABON mengizinkan ABU LHOKNIBONG yang telah alim untuk mendirikan DAYAH baru yang kemudian dikenal dengan nama :
DAYAH DARUL HUDA LHOK-NIBONG.

Disebutkan dalam tiga tahun pertama dayah ini hanya memiliki belasan santri saja.
Namun setelah ABON SAMALANGA menerapkan “SISTEM DAPUR UMUM”, maka banyak para santri yang pindah dari DAYAH MUDI MESRA SAMALANGA ke DAYAH lainnya termasuk dayah yang banyak dituju adalah Darul Huda dan DAYAH MALIKUSSALEH PANTON. YAITU :
DAYAH ABU PANTON.

Barulah kemudian berdatangan banyak santri dari Aceh dan luar Aceh untuk belajar ke DAYAH DARUL HUDA LHOK-NIBONG. Sehingga tidak mengherankan jika DAYAH DARUL HUDA kemudian berkembang begitu pesat, bahkan sekarang Dayah Darul Huda telah memiliki lebih dari 40 cabang lainnya yang berafiliasi sebagai :
LULUSAN Darul Huda Lhoknibong termasuk DAYAH DARUL HUDA JULOK yang dipimpin oleh :
Abu5 MUHAMMAD ALI PAYA PASI juga memiliki kaitan dengan Dayah ABU DAUD LHOKNIBONG
Dengan penuh dedikasi dan ketulusan dalam MEMIMPIN DAYAH, maka Abu Daud telah mengorbit banyak para ulama yang terpandang dewasa ini sebut saja ketika beliau di Samalanga di antara MURIDNYA adalah :
ABU MUDI Samalanga,
WALED NU Samalanga,
AYAH CALAEU dan umumnya para abu yang memimpin DAYAH LULUSAN MUDI SAMALANGA dipastikan pernah belajar dengan ABU DAUD LUENG ANGEN.
Bahkan di Dayah DARUL HUDA juga banyak murid ABU DAUD yang kemudian menjadi ulama terpandang di antaranya adalah : ABI JAFAR LUENG ANGEN,
ABU MUHAMMAD ALI PAYA PASI dan para TEUNGKU yang bertebaran di seluruh Aceh.

Adapun ulama yang meneruskan estafet Dayah Darul Huda adalah : ABI JA'FAR LUENG ANGEN.
Selain dikenal sebagai guru besar Dayah Mudi Mesra dan tangan kanan ABON SAMALANGA,
ABU DAUD juga menguasai banyak disiplin ilmu keislaman, bahkan disebutkan beliau juga ahli dalam ILMU QIRA'AT.

Tepatnya tahun 2016 setelah
ABU melewati masa SAKITNYA yang agak lama, beliau kemudian membuat pertemuan dengan seluruh alumni Dayah Darul Huda, dimana hampir semua santrinya hadir ketika itu.
Dalam video unggahan tersebut ada ABU PAYA PASI,
ABU ABDULLAH Kruet LINTANG dan para teungku lainnya yang telah menjadi ulama dan pimpinan dayah.
Di saat itu ABU LUENG ANGEN berbicara dengan begitu semangat menyampaikan berbagai pesan keislaman dengan mengutip banyak AYAT, HADITS dan MATAN-MATAN KITAB yang diucapkan dengan begitu fasih dan lancar.

Di akhir pidatonya ABU DAUD memohon maaf kepada seluruh muridnya barangkali dulu ketika beliau mendidik mereka ada kekeliruan dalam ucapan maupun tindakannya.
Itulah ABU LUENG ANGEN SEORANG ULAMA yang 'ALAMAH dan INSAF.
Setelah pertemuan besar itu,
ABU LUENG ANGEN lebih banyak diam dan jarang beliau berbicara ke publik, beliau lebih memilih mendoakan masyarakat ACEH dalam DIAMNYA.
Karena beliau adalah seorang yang MUSTAJAB DOA.

Dulu tahun 1969 masyarakat di kawasan tempat tinggalnya dilanda oleh kemarau yang panjang namun saat beliau memimpin SHALAT ISTISQA', maka di malam harinya turunlah hujan yang begitu lebat.

Sekarang ABU telah berusia lebih dari 80 tahun, usia yang telah sepuh tentunya.
Telah banyak kebaikan yang telah beliau persembahkan untuk masyarakatnya.
Telah dihabiskan usia remaja dan mudanya untuk berkhidmah kepada gurunya, telah dipersembahkan untuk Islam akalnya yang CERDAS, FISIKNYA yang GAGAH, HATINYA YANG BIJAKSANA.

---------------- RIWAYAT VERSI 2

ABU LHOK NIBONG.
TUNGKU H MUHAMMAD DAUD (ABU LUENG ANGEN)

TGK MUHAMMAD DAUD AHMAD atau lebih dikenal deangan :
ABU DI LUENG ANGEN adalah : Anak bungsu dari 3 bersaudara dari TGK AHMAD BIN ABDUL LATIF dan DHIEN.
beliau lahir di Desa Meunasah Leubok, Lhok Nibong, Aceh Timur, pada bulan Maret 1941M.

Beliau kerap di sapa dengan ABU LUENG ANGEN karena memang beliau memimpin sebuah Dayah yang bernama Dayah Darul Huda di desa Krueng Lingka kec.Langkahan,Aceh Utara.
dayah tersebut sering disebut dengan dayah lueng angen.menurut sebagian sumber di samping komplek dayah tersebut dulu terdapat sebuah lueng (parit-sungai kecil) mati yang di tumbuhi pohon rumbia, shingga sering terdengar suara daun pohon rumbia yang dihempas angin.oleh karena itu dikenallah dayah tersebut dengan dayah lueng angen, namun sekarang lueng tersebut sudah di timbun untuk perluasan komplek dayah.

Ulama karismatik Aceh ini dikenal ahli dalam bidang Fiqh dan Qiraah Sab’ah
(tujuh macam cara membaca al-quran), jadi jangan heran kalau santri-santri hasil didikan beliau sangat fasih dalam membaca Al-quran.

PENDIDIKAN FORMAL.

Pada tahun 1954 Tgk Muhammad Daud mulai belajar di SR(Sekolah Rendah) Lhoknibong,namun sayang pada saat pemberontakan DI/TII tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 1954 sekolah ini dibakar oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
peristiwa ini mengakibatkan beliau harus berhenti bersekolah.setelah kejadian tersebut masyarakat lhoknibong memprakasai memprakarsai pendirian SRI (Sekolah Rendah Islam) sebagai pengganti sekolah yang telah terbakar dan Tgk Muhammad Daud pun dapat kembali bersekolah.namun beliau hanya belajar kurang dari setahu di sekolah ini.

PENDIDIKAN DAYAH.
Karena kecintaanya terhadap ilmu agama Tgk Muhammad Daun ingin mempelajari ilmu agama secara murni tanpa harus berkutat dengan pelajaran umum.

maka pada tahun 1956 Tgk Muhammad Daun memulai perantauna mencari ilmu,mula-mula beliau menuju Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh, Aceh Uata.
dayah tersebut dipimpin oleh : TEUNGKU ABDUL GHANI yang dikenal dengan :
TEUNGKU DI ACEH.
di dayah ini belau menemukan kajian ilmu yang beliau inginkan ditambah lagi dengan suasana yang cukup kondusif jauh dari suara bising letusan senjata karena sedang terjadi genjatan senjata antara pihak DI/TII dengan Pemerintah RI.

Namun sayang suasana yang tenang tersebut hanya bisa dinikmati selama dua tahun karena pemberontakan DI/TII kembali meletus sehingga beliau berseta para santri di dayah tersebut harus mengungsi ke Gampong Tanjong Ara, Paya Naden, Aceh Timur.
beliau dan santri lainnya mengikuti ajakan guru beliau Teungku Abdul Ghani Tanjung Ara ke Gampong Tanjong Ara agar kegiatan belajar mengajar tidak terputus.

Selama masa pengungsian beliau mulai memikirkan untuk melanjutkan pembelajaran ke tingkat yang lebih tinggi. Maka Pada bulan Desember 1960, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD, berbulat tekad menuju Samalanga sebagai tempat belajar yang lebih menjanjikan.

Dayah Ma’hadal ‘Ulum Diniyyah Islamiyyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga yang beliau pilih kala itu dipimpin oleh :
TEUNGKU H ABDUL AZIZ SHALEH
(dikenal sebagai Abon Samalanga).
berbekal ilmu yang beliau dapat di Dayah Bustanul Huda di Panteue Breueh maka beliau langsung duduk di kelas empat.
diantara guru-guru beliau di MUDI adalah :
TU DIN
(Teungku Zainal Abidin Syihabuddin),
TEUNGKU M. KASEM TB
(Alm. adalah pimpinan Dayah Darul Istiqamah, Bireuen),
TEUNGKU USMAN KUTA KRUENG (sekarang pimpinan Dayah Darul Mun Munawwarah, Pidie), dan tentunya ABON SAMALANGA sendiri.
selama di dayah MUDI beliau cukup betah mengaji dengan lancar hinggan lebih dari 10 tahun.

MENDIRIKAN DAYAH

Setelah menempuh pendidikan di dayah MUDI selama lebih dari 10 tahun,pada awal tahun 1971 dengan izin Abon Samalanga, Tgk Muhammad Daud kembali ke kampung halamannya.pada tahun yang sama pula beliau menikah dengan Faudziah binti Syamsuddin dan di rauniai tiga orang anak.

Pada tahun 1972 atas permintaan dan swadaya masyarakat didirikanlah sebuah dayah yang diberi nama DARUL HUDA.pada mulanya dayah ini dibangun untuk kebutuhan pendidikan agama anak-anak di sekitar dayah saja,namun kemudian mulai berdatangan santri-santri dari daerah lainnya sehingga membutuhkan asrama sebagai tempat menginap.

Seiring bertambahnya santri Tgk Muhammad Daud pun sangat membuthkan tenaga pengajar untuk membantunya.maka Maka ABON SAMALANGA mengutus Teungku Abdullah Shaleh Jeunieb (adik kandung Abon Samalanga) untuk membantu TEUNGKU MUHAMMAD DAUD.
karena semasa di Samalanga Tgk Muhammad Daud termasuk salah satu santri yang sangat di sayangi ABON, maka ABON juga mengirim satu unit sepeda milik ABON sendiri, sebagai tanda restu.

Kini dayah Darul Huda adalah : dayah nomor dua di Aceh dengan Santri terbanyak setelah MUDI Mesra Samalanga.lebih dari empat ribu santri menetap di dayah ini,mereka berasal dari berbagai daerah di Aceh dan luar (sumatra dan jawa) bahkan ada yang dari luar negeri seperti Malaysia.

Sampai sekarang DAYAH DARUL HUDA telah menghasilkan rubuan Alumni yang tersebar di seluruh Aceh sumatra dan jawa. Ada pula alaumni yang mengabdikan ilmunya di luar negeri seperti Malaysia, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

KEDEKATAN DENGAN
MASYARAKAT.

Di tahun-tahun terakhir keberadaannya di Dayah MUDI, TEUNGKU MUHAMMAD DAUD AHMAD sering pulang kampung. Hal ini menjadi menjadi momentum yang mendekatkan dirinya dengan masyarakat setelah sekian lama merantau. Suatu ketika pada tahun 1969, Tgk Muhammad Daud pulang kampung dan pada saat itu sedang dilanda kemarau panjang. Merasa terenyuh melihat masyarakat yang didera kesulitan air, Tgk Muhammad Daud menggagas pelaksanaan shalat istisqaq
(shalat memohon turun hujan). Menurut masyarakat setempat, Teungku Daud Sendiri yang memimpin shalat itu, lalu di malam harinya, turunlah hujan dengan sangat lebat.

Kedekatan beliau dengan masyarakat terbukti dengan kesediaan beliau menjadi ketua panitia pembangunan mesjid lhoknibong pada tahun 1980.bahkan beliau turun tangan sendiri dalam mensosialiasikan pembangunan mesjid tersebut kepada masyarakat dengan berceramah ke setiap menasah ayang ada yang ada di enam desa dalam kawasan kemesjidan Baiturrahim Lhoknibong.

Selain itu, ABU LUENG ANGEN juga termasuk dalam panitia pembangunan mesjid Pase yang sekarang berdiri megah di kota Panton Labu,Aceh Utara.

DISIPLIN DAN RAPI DALAM
SEGALA HAL

ABU LUENG ANGEN adalah sosok yang sederhana namun sangat disiplin, rapi dalam segala hal, dan cinta kebersihan. Jika suatu aturan diterapkan dalam dayahnya, maka beliau adalah orang pertama yang mematuhi aturan itu.sehingga tidak heran bila dayah binaan beliau yaitu dayah Darul Huda terkenal dengan peraturannya yang sangat ketat.

Dalam hal kerapian, tercermin dari komitmennya yang menempatkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya dalam setiap kegiatan gotong-royong rutin membersihkan komplek dayah, beliau selalu mengingatkan para santri, agar peralatan yang telah digunakan segera dikembalikan ke tempat penyimpanannya. Oleh karena itu, tidak heran jika semasa sehat Abu dulu dayah darul huda pernah meraih penghargaan sebagai salah satu dayah terbersih se Aceh.

Studi Banding Ke Luar Negeri Pada tanggal 29 Juli sampai dengan tanggal 16 Agustus tahun 1996,Abu Lueng Angen beserta sejumlah ulama Aceh lainnya melakukan studi banding ke negara Malaysia, Yordania, Spanyol, Turki, Uzbekistan, Mesir, dan Arab Saudi. Studi banding tersebut diprakarsa Gubernur Aceh pada waktu itu, Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud.

Semoga Allah SWT menambah kemuliaan Abu Daud Lhoknibong.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

Hafidhahullahu Ta'ala.
WASSALAM.

DOC 

FACEBOOK

TUNGKU ABU TUMIN DI BLANG BLADEH

Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'GROP KISAH ULAMA ACEH ABU TU MIN BLANG BLAHDEH' 

rjun Arja

 ke KISAH ULAMA ACEH

ABU MUHAMMAD AMIN.

ABU TUMIN DI BLANG BLADEH.
ULAMA KHARISMATIK ACEH.
------------

ABU TU MIN MEMILIKI NAMA LENGKAP :
ABU H. MUHAMMAD AMIN juga DIKENAL DENGAN LAQAB :
ABU TUMIN BLANG-BLAHDEH adalah SEORANG PIMPINAN DAYAH AL MADINATUDDINIYAH BABUSSALAM BLANG-BLAHDEH DI BIREUEN.

DAYAH ini DIDIRIKAN PADA TAHUN 1890 OLEH :
TGK H. IMAM HANA FIYAH yang MERUPAKAN KAKEK :
ABU TU MIN.
ABU TU : adalah salah satu MURID ABUYA MUDA WALY dan SYEIKH MUHAMMAD HASAN AL-ASYI AL-FALAKI atau YANG LEBIH DIKENAL DENGAN :
TEUNGKU HASAN KRUENG KALEE.

ABU TU - ADALAH SEORANG AHLI FIQH MAZHAB SYAFI'I dan AHLI THARIQAT AL-HADDADIYAH serta SANGAT MENGUASAI KITAB SYARAH AL-HIKMAH KARYA SYEIKH 'ATHAILAH ASSAKANDARI.

KELUARGA ABU TU YANG DIKENAL SEBAGAI KELUARGA yang PAHAM akan AGAMA ISLAM.
HAL INI DIBUKTIKAN DARI SILSILAH KELUARGANYA DIMANA KAKEKNYA YANG bernama ABU HANAFIAH adalah SEORANG PENDIRI SEKALIGUS GURU AGAMA di desa GAMPONG BLANG DALAM dan AYAHNYA YANG BERNAMA :
TEUNGKU MUHAMMAD MAHMUD atau LEBIH DIKENAL DENGAN :
TEUNGKU MUDA LEUBE
ADALAH SALAH SEORANG GURU di DAYAH yang DIBANGUN oleh ABU HANAFIAH.
TEUNGKU MUHAMMAD MAHMUD SENDIRI SEMASA HIDUPNYA PERNAH BERGURU KEPADA TEUNGKU HASAN KRUENG KALEE yang merupakan salah satu ULAMA BESAR pada masa itu.

TGK MUHAMMAD MAHMUD MEMILIKI TIGA ORANG ISTRI YAITU : NYAK TI
Tidak memiliki keturunan.

JUWAIRIAH.
1 Halimah,
2 Habsah
3 Syarifuddin,
5 JAFAR

KHADIJAH.
1 MUHAMMAD AMIN ( ABU TU ), 2 MUHAMMAD ALI,
3 NASRUDDIN,
4 ZAINUDDIN,
5 MUSTHAFA,
6 HENDON,
7 ABDULLAH,
8 FATIMAH
9 ILYAS.

ABU TU : TERLAHIR PADA TANGGAL 17 AGUSTUS 1932
DI GAMPONG KUALA JEUMPA KECAMATAN JEUMPA , BIREUEN. KETIKA KECIL ABU TU, LEBIH BANYAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN daripada pendidikan umum.
Pendidikan umumnya didapatkan dari Inlandsche Volkschool (sekolah dasar rakyat) hingga kelas tiga karena masuknya JEPANG KE ACEH.

PENDIDIKAN AGAMANYA DIDAPATKAN dari DAYAH yang DIDIRIKAN oleh KAKEKNYA, SELAIN itu ABU TU : JUGA BELAJAR DI DAYAH PULO REUDEUP, KECAMATAN JANGKA, BIREUEN SERTA
DAYAH DARUSSALAM , LABUHAN HAJI, ACEH SELATAN.

SETELAH MENEMPUH PENDIDIKAN SELAMA TUJUH TAHUN maka pada TAHUN 1959, ABU TU KEMBALI ke KAMPUNG HALAMANNYA dan MENGAJAR di DAYAH yang DIDIRIKAN OLEH KAKEKNYA.

ABU TU MENIKAH PADA TAHUN 1964 DENGAN SEORANG WANITA YANG BERNAMA MUJAHIDAT.
MUJAHIDAT sendiri adalah PUTRI dari PAMAN NYA yang BERNAMA TEUNGKU HUSIN.
Pernikahan ini sendiri adalah
hasil perjodohan yang dilakukan oleh KEDUA orang TUA mereka.

ABU TU - ADALAH SALAH SATU ULAMA PALING BERPENGARUH di ACEH pada SAAT INI. IA SERINGKALI DIMINTAi PENDAPAT OLEH PEMERINTAH ACEH mengenai hal-hal yang berkaitan dengan HUBUNGAN PEMERINTAH dan AGAMA.
Setiap pendapat yang dikeluarkannya tidak pernah DIBANTAH oleh ULAMA-ULAMA lainnya dan bahkan itu menjadi sebuah FATWA yang DISEPAKATI.

SELAIN AKTIF di DAYAH yang didirikan oleh kakeknya, ABU TU juga AKTIF di MAJELIS Permusyawaratan ULAMA (MPU) ACEH pada MAJELIS SYUYUKH atau DEWAN PENASEHAT bersama dengan beberapa ULAMA LAINNYA. BERKAT PARA SANTRINYA yang TELAH LULUS dan mendirikan DAYAH di kampung HALAMANNYA SENDIRI maka pendapat-pendapat ABU TU juga ikut tersebar luas di BEBERAPA KABUPATEN DI ACEH.

TIDAK HANYA di KALANGAN MURID-MURIDNYA, PENDAPAT ABU TU juga DIJADIKAN SEBAGAI RUJUKAN UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK SOSIAL.
IA SERING DIMINTAI pendapat oleh PIHAK-PIHAK yang BERTIKAI SAAT KONFLIK ACEH BERLANGSUNG.
Selain itu PADA TAHUN 2009, ia juga terlibat untuk menyelesaikan KONFLIK tapal batas GAMPONG COT BADA dan TEUPOK BAROH YANG tidak DAPAT DISELESAIKAN oleh UNSUR MUSPIDA SETEMPAT pada MASA ITU.

REFERENSI.
ABU TUMIN :
BIOGRAFI ULAMA DAYAH ACEH (1932-2017).

------------------
RIWAYAT 2.
------------------
ABU TUMIN BLANG BLADEH DARI SEJAK KECIL HINGGA DEWASA.
------------------

ABU TUMIN BLANG BLADEH, PIMPINAN DAYAH AL-MADINATUDDINIYAH Babussalam Blang Bladeh.
Tgk. H. Muhammad Amin
atau lebih akrab disapa dengan sebutan :
ABU TUMIN merupakan salah SATU ULAMA KHARISMATIK ACEH, lahir di desa Kuala Jeumpa, kemukiman Blang Bladeh Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen pada tanggal 17 Agustus 1932.

ABU TUMIN menikah pada hari Jum’at 13 Rajab 1384 dari pasangan Ayah Tgk. H. Mahmud Syah dan ibu Khadijah. Istri Abu Tumin Ummi Mujahidah. Dari pernikahannya ini lahirlah anak-anaknya :
Khairiyah Faridah Amirullah Syahirman Haidar Syahminar Muhammad Khadijatul Mutsanna Marhaban Isyatul Mardhiah.

Terlahir dengan mewarisi darah ulama dan menjejakkan kaki pertamanya di bumi juga di tanah Dayah yang dipimpin oleh kakeknya Tgk. H. Hanafiah, seolah menjadi sugesti bagi
Tgk. Muhammad Amin muda untuk terus bergelut dengan ilmu pendidikan agama.

Karenanya semenjak kecil beliau sudah memperlihatkan minat besar dalam belajar agama. Kala itu beliau belajar agama langsung pada orang tuanya Tgk. H. Mahmudsyah (Tgk. Muda) dan kakeknya Tgk. H. Hanafiyah (Tgk. Tua) di samping itu beliau juga belajar pendidikan formal di Vervolkschule.

Setelah beberapa lama belajar di dayah kakeknya, sampailah Tgk. Muhammad Amin muda pada kesimpulan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi, akhirnya ia memilih untuk menempuh perjalanan religius nya ke kawasan selatan Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya di daerah Labuhan Haji, tempat dimana Al-Mukarram Syekh H. Muhammad Muda Wali Al-Khalidy (Abuya Muda Wali) mengasuh sebuah Dayah Salafi yang kelak melahirkan ratusan ulama yang tersebar di seluruh Aceh maupun luar Aceh.

Di antara deburan ombak dan hembusan angin pantai Samudera Hindia, di sanalah Tgk. Muhammad Amin muda dan ratusan santri lainnya mendapat transferan ilmu dari ABUYA sebelum akhirnya beliau kembali ke Negeri Jeumpa pada tahun 1960 untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dayah warisan kakeknya yang sudah berdiri sejak tahun 1890.

Dayah yang berlokasi satu komplek dengan dengan masjid Jami’ kemukiman Blang Bladeh ini pada awalnya belum mempunyai nama,
hanya dikenal dengan sebutan “RANGKANG”.
Baru di masa kepemimpinan Abu Tumin dayah tersebut beliau beri nama dengan Al-Madinatuddiniyah Babussalam.

Semenjak kepemimpinan beliau, Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini terlihat pada acara Haul perayaan 57 tahun berdirinya Dayah tersebut yang diselenggarakan pada tanggal 21 Mei 2017 di komplek Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh dari beberapa waktu yang lalu, di mana ribuan alumni dari berbagai daerah dan kalangan memadati Komplek Dayah untuk mengikuti acara dengan penuh khidmat.

Saat ini dayah tersebut menampung sekitar 1.300 santri Putra dan 890 santri putri yang dikarantinakan pada dua lokasi terpisah.

Al-Madinatuddiniyah Babussalam Putra berdiri di atas tanah dengan luas 1 hektar, terletak di desa Kuala Jeumpa. Sementara Al-Madinatuddiniyah Babussalam Putri terletak di Desa Blang Bladeh dengan luas area 800 Meter persegi.

Di sela-sela rutinitas dalam mengasuh Dayah, beliau juga terlibat aktif dalam berbagai forum dan kegiatan.
Sebut saja dalam bidang diskusi keagamaan atau muzakarah misalnya, beliau dan ulama-ulama Aceh lainnya selalu berada di panggung utama sebagai pemateri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi ummat.

Sebagai salah satu ulama sepuh di Aceh, beliau terlihat sangat loyal terhadap Mazhab Syafi’i, di mana beliau tetap bersikukuh untuk berpegang dengan pendapat yang kuat dalam Mazhab Syafi’i sekalipun harus berbeda dengan sebagian ulama lainnya, seolah beliau ingin berpesan kepada kita :
“beginilah seharusnya bermazhab”.

Di organisasi, beliau aktif di Dewan Majelis Syuyukh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh, Majelis Syura Inshafuddin Provinsi Aceh, Penasehat Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan beliau juga tercatat bersama 7 ulama lainnya sebagai Anggota Majelis Tuha Peuet Lembaga Wali Nanggroe Aceh periode 2016-2021.

Di samping aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, Abu Tumin juga sangat peduli dalam hal berbangsa dan bernegara. Dalam kesibukannya yang luar biasa, beliau masih menyempatkan diri menganalisa keadaan bangsa dan memberikan solusinya.

Sebagaimana yang dimuat di beberapa media, pernah suatu ketika Abu diajukan pertanyaan oleh wartawan tentang kondisi Aceh hari ini, dengan bahasa filosofinya yang sederhana tapi sarat dengan makna Abu menjawab :
“Malakat kana lam jaroe, tuah kana bak droe, tapi lagee-lagee hana ta tu’oh peutimang” maksudnya “perdamaian dengan segala hal yang melekat di dalamnya, seperti MoU Helsinki dan UUPA adalah salah satu malakat dan tuah yang dimiliki Aceh saat ini dan ini menjadi jembatan untuk Aceh menuju masa depan yang lebih cemerlang, tapi sepertinya keistimewaan tersebut malah
kita sia-siakan”.

Lebih lanjut ABU menuturkan saat ini Aceh membutuhkan sosok pemersatu yang mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat dan sanggup memupuk persatuan antara ulama dan Umara dalam membangun Aceh, seperti yang telah dipraktikkan oleh indatu kita pada masa Iskandar Muda.

Ketika ulama dan Umara berjalan sendiri-sendiri maka dengan sendirinya umat akan terkotak menjadi dua bagian. Tetapi ketika ulama dan umara sudah bersatu maka yang lahir hanyalah satu keputusan dan umat pun akan bersatu dalam satu keputusan.

Pada masa Iskandar Muda, ulama dan umara bersanding untuk membangun Aceh bukan malah bersaing maka lahirlah istilah “Adat bak Poe Teumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala” sebagai simbol persatuan dua kekuatan yaitu umara dan ulama. Padahal, masih menurut ABU “watak masyarakat Aceh dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, yang berubah adalah perangai nya disebabkan pengaruh budaya Global”.

Kemudian beliau merincikan tiga macam watak masyarakat Aceh yaitu : Geunaseh (pengasih) Seutia (setia) Beuhe (berani).

Sebagai ulama kharismatik yang lahir sejak masa penjajah,
Abu Tumin menilai, ketiga watak yang melekat pada masyarakat Aceh ini merupakan aset yang bisa kita gunakan sebagai landasan untuk embangun aceh.

Tapi Aceh yang tidak dipecah-pecah ke dalam bagian-bagian kecil, sehingga identitasnya hilang papar beliau. Karenanya, dalam banyak kesempatan beliau selalu mengingatkan tentang pentingnya persatuan, lebih-lebih lagi persatuan antara ummat dan ulama.
Beliau sangat mengecam oknum-oknum yang ingin memisahkan ummat dari ulama. Sebagaimana yang pernah beliau sampaikan dalam Acara Muzakarah Ulama se-Aceh yang diadakan di Paya Pasi tahun 2016 silam.

KATA BELIAU :
“Apabila ada pihak-pihak yang hendak memisahkan masyarakat muslimin Aceh dengan ulama, nyan beuneuteupue racon bagi droneuh, nyoe peusan, nyoe peusan, nyoe peusan dari ulon tuan”,
lanjut beliau lagi.
“apabila teuma masyarakat nyoe ka meupisah ngon ulama, yang poh ulama adalah ureueng Aceh sendiri” tutur beliau di depan ratusan masyarakat pada acara tersebut.

Kepedulian dan kepiawaian belia dalam segala bidang ini membuat sosok Abu Tumin dijadikan rujukan oleh sebagian besar masyarakat dan pemerintah Aceh, bahkan dari kalangan apapun ketika berkunjung ke Aceh, serasa belum lengkap jika belum bersilaturrahmi dengan beliau.

Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya sendiri nama beliau termasuk salah satu yang dijadikan tujuan pencarian, tapi sayangnya beliau tidak pernah bersentuhan dengan Sosial Media(Sosmed). Kalau ada akun di media sosial baik Facebook, Twitter atas nama beliau maka dapat dipastikan akun tersebut dikelola oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan ABU tidak tahu-menahu tentang hal itu.
“Abu berinteraksi face to face tidak melalui facebook” begitu pengakuan salah satu santri nya.

Kini diusianya yang senja, beliau masih nampak sehat dan segar. Pendengarannya masih sangat jelas, penglihatannya tajam dan pemikirannya pun cukup jernih. Kita berharap semoga beliau senantiasa diberikan umur panjang dan selalu sehat dalam mendampingi ummat fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Aamiin.
----------------

NASEHAT DAN TITAH ABU TU.

"1 BAK WATE SIFAT MALE HANA DIDUKUNG le BAK SIDROE-DROE MANUSIA, BAK WATENYAN KEUH DERAJAT MANUSIANYA LEUBEH HINA DARIPADA DERAJAT BINATANG".

"2, Tanyo TASEUMEUBEUT, nyan merupakan TAKEREUJA NIBAK ALLAH ,bek harap gaji bak manusia, tanyo KEREUJA BAK ALLAH PREH GAJI BAK ALLAH".

"3. TANYOE BEK MEU TABI'AT LAGE TABI'AT ASEE, PHON TA-LET MAKANAN SAMA-SAMA, BAN KANA MAKANAN,
KA TAPEUKAP SABE KEUDROE-DROE".

YAA ALLAH panjangkanlah umur ulama2 kami dan dan anugerahkan selalu kesehatan kpda beliau, AAMIIN YAA ALLAH.

GROP KISAH ULAMA ACEH
WALLAHU'AKLAM.
WASSALAM.

DOC

FACEBOOK

 ke KISAH ULAMA ACEH

Monday, August 17, 2020

TUNGGKU ABU KUTA KRUENG

 

TGK H USMAN BIN TGK ALI 

 Haba ASA News 

  • Ulama Kharismatik Aceh
  • Biografi Tgk H Usman Bin Tgk Ali (Abu Kuta Krueng)

    TGK H USMAN BIN TGK ALI Lahir di Kuta Krueng Pidie Jaya pada tanggal 31 Desember 1940 dengan nama lengkap Tgk H Usman bin Tgk Ali. Setelah menyelesaikan Sekolah Rakyat (SR) Tgk H Usman langsung menggeluti pengetahuan Islam di Dayah Ma’hadal Ulum Diniyyah Islamyyah (MUDI) Mesra Samalanga – Bireuen, semasa mengaji di Dayah MUDI Mesra Samalanga telah nampak terlihat kepribadian seorang ulama, mulai dari sifat, karakter hingga kemampuan menyerap berbagai ilmu pengetahuan dengan cepat.

    Sebagai seorang murid, Tgk H Usman selalu menghormati gurunya, hingga ilmu yang beliau peroleh-pun mengandung keberkatan (bermanfaat), karena dalam keyakinan aneuk dayah memuliakan dan menghormati guru merupakan salah satu factor keberkatan pada ilmu. Dan hal ini dipraktekkan dalam keseharian Tgk H Usman, walhasil sepulang dari dayah MUDI Mesra Samalanga beliau mendirikan Dayah Darul Munawwar di Kuta Krueng, Bandar Dua yang dulunya tunduk ke kabupaten Pidie, namun sekarang masuk wilayah kabupaten Pidie Jaya setelah pemekaran pada tahun 2007 lalu.


    Kehadiran Tgk H Usman yang akrab disapa Abu Kuta Krueng dalam kancah pendidikan di Aceh telah menoreh catatan sejarah Aceh sebagai bumi seribu dayah dan satu lagi bertambah lampu penerang di bumi Serambi Mekkah. Hari ini Abu Kuta dipandang sebagai seorang tokoh ulama karismatik Aceh yang selalu dihormati dan menjadi kebanggaan orang Aceh.

    Abu Kuta Krueng : Umat Islam Jangan Terlalu Sibuk Dengan Urusan Dunia   
     Ulama kharismatik Aceh, Tgk. H. Usman Kuta Krueng menghimbau umat Islam agar tidak terlalu menyibukkan diri dengan urusan duniawi sehingga melupakan urusan akhirat.
    “Umat Islam yang ada di seluruh penjuru dunia kini sedang menyambut datangnya bulan Ramadan, tujuan bulan Ramadan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, kalau kita terus disibukkan dengan urusan duniawi termasuk bekerja tanpa henti, maka tujuan ini akan gagal dicapai,” demikian diantara beberapa nasehat yang disampaikan Abu Kuta Krueng ketika menyampaikan khutbah Jumat pada pelaksanaan ibadah salat Jumat untuk yang pertama kalinya di Masjid Imum Syafi’i Desa Teupin Kupula, Kecamatan Jeunib, Kabupaten Bireuen, Jumat, (12/6/2015)
    DOC

    Sosok Abu Kuta Krueng, Ulama Tasawuf Aceh dan Pengakuan Abu Tumin atas Keberkahan Beliau



    Siapa yang tidak mengenal Abu Kuta Krueng? Pasti semuanya kenal dengan sosok ulama kharismatik Aceh ini. Bahkan namanya masyhur hingga keluar negeri. Nama beliau Tgk H.Usman Ali dan lebih dikenal dengan sebutan Abu Kuta Krueng.

    Beliau adalah salah satu ulama shufi di Aceh. Abu Kuta Krueng adalah sosok ulama yang sangat disegani di Aceh dan sangat dicintai oleh masyarakat Aceh. Hal ini karena karamah dan kebarakah-an yang ada pada diri beliau.  (Simak penuturan Abu Tumin berikut ini mengenai keberkahan Abu Kuta Krueng)


    Maka dalam Setiap harinya tidak henti-hentinya tamu yg berdatangan ke rumah Abu Kuta Krueng untuk mencari barakah dan ingin didoakan agar segala hajatnya di kabulkan oleh Allah Swt.

    Abu Kuta Krueng adalah salah satu ulama tertua di Aceh. Ribuan bahkan ratusan ribu masyarakat Aceh pernah belajar ilmu agama kepada beliau sehingga beliau sangat berjasa dalam memperbaiki akhlak anak Aceh.

    Dayah yang beliau dirikan beberapa puluh tahun yang lalu, yaitu Dayah Darul Munawwarah yang berada dalam Desa Kuta Krueng dan Peulakan,Ulee Gle kini telah berkembang pesat bahkan santri santri yang belajar di dayah tersebut juga berasal dari luar Aceh. Bahkan dari luar negeri. Diedit oleh admin Tastafi.com dari sumber asli di link ini.
    DOC


    https://youtu.be/7nr5cTeXBf4
    https://youtu.be/7nr5cTeXBf4
    #Darulmunawwarah #kutakrueng #ulamaaceh

    Abu Ishaq Langkawe Menceritakan Bukti Karamah Abu Kuta Krueng

    1.823 x ditonton
    11 Nov 2019

    https://youtu.be/TYne74wn4KI
    https://youtu.be/TYne74wn4KI
    Bukti Keuramat (Karamah) Abu Kuta Krueng Dan Tgk Syiek Dipasi
    2.021 x ditonton
    3 Feb 2020
    Abu Lamkawe bernama lengkap Tgk H Ishaq Ahmad yang berasal dari gampong kandang,Kembang Tanjong,Pidie,Aceh Adalah salah satu Ulama Kharismatik Aceh Alumni Dayah MUDI MESRA SAMALANGA.Abu lamkawe adalah Murid Langsung dari Abon Aziz Samalanga.Abu Lamkawe adalah satu satunya Ulama Aceh saat ini yang Ahli di bidang Ilmu 'Arudz yaitu ilmu Nazam Arab.