TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS

Monday, August 17, 2020

TUNGGKU ABU LAM ATEUK

 


Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'ABU MUHAMMAD ZAMZAMI'


ABU LAM ATEUK.
ABU MUHANMAD BIN ZAMZAMI.
(1936 – 1999)
----------------------
ABU PERTI
ABU MAMPLAM GOLEK.
----------------------

ABU LAM ATEUK TERLAHIR DI LAMBARO DAYAH PADA TAHU 1936 M.
AYAH BELIAU BERNAMA :
TUNGKU ZAMZAMI, Dan IBUNYA bernama UMMI SAKDIAH.
NAMA LENGKAPNYA :
MUHAMMAD BIN ZAMZAMI, sejak keci bersekolah di Sekolah RAKYAT di BUENGCALA adalah satu-satunya pendidikan formal yang ABU ikuti
( sekitar 1943 – 1947),
tidak sempat menamatkan SEKOLAH TINGKAT DASAR INI
(hanya 4 tahun dari semestinya 6 tahun), beliau diantarkan AYAHNYA KE ULEE TITI PIMPINAN ABU ISHAK AL-AMIRY untuk mengikuti Pendidikan DAYAH PERTAMA BELIAU DAN BERGURU DENGAN ABU ISHAK, TGK DAUD FATHANI GANI dan BEBERAPA GURU YANG LAIN.

SELAMA 3 TAHUN
(Sekitar 1947 – 1950)
DI ULEE TITI, beliau MERANTAU BERSAMA :
TUNGKU SUID Dan
TUNGKU NEH LAMBAED KE ACEH SELATAN TEPATNYA DI GAMPONG TRIENGGADENG MEUDUROE, SAWANG untuk BELAJAR AGAMA PADA
ABU ISHAK, ULAMA YANG ALIM
4 MAZHAB dan LEBIH DIKENAL DENGAN SEBUTAN :
TUNGKU JEUNIEB.
Selama 3 tahun
(Sekitar 1950 – 1953) dalam keadaan EKONOMI yang SANGAT PAS-PASANG ABU MENGAJI DI SAWANG.

Kemudian setelah mendapatkan izin dari ABU ISHAK beliau MELANJUTKAN PENDIDIKAN DAYAH DI LABUHAN HAJI
(1953 – 1968) dan BERGURU kepada beberapa ULAMA BESAR MURID DARI ABUYA MUDA WALY, ANTARANYA :
ABU USMAN FAUZI LUENG IE,
ABU DAUD ZAMZAMI,
ABU MUHAMMAD AMIN
(Tu Min) dan juga ULAMA-ULAMA lain YANG MENGAJAR KITAB-KITAB KUNING pada awal-awal ABU menetap di DAYAH LABUHAN HAJI.

Pada saat itu,sangat banyak pelajar-pelajar sebagai teman seperjuangan dengan ABU,
SEPERTI :
TGK. RAMLI LAMBARO,
TGK. RAMAN
TGK. ABDULLAH KLIENG Baitussalam,
TGK. RAZAQ COT BEUT,
TGK. HARUS PANTON LABU,
TGK. KARIMUDDIN MULIENG,
TGK. YUNUS MULIENG,
TGK. ALI MUDA ACEH UTARA
dan LAIN-LAINNYA.

Dua tahun pasca meninggalnya ABUYA MUDA WALY, berbetulan dengan ABUYA MUHIBBUDDIN melanjutkan STUDI ke AL AZHAR MESIR, ABUYA JAMALUDDIN STUDI ke BANDA ACEH dan keseluruhan DEWAN GURU DI DAYAH DARUSSALAM LABUHAN HAJI pada saat itu PULANG KE daerah MASING-MASING, hingga menyisakan ABU LAM ATEUK
dan ABU ADNAN PULO ACEH SEBAGAI GURU dengan secara tidak resmi kedua Abu ini menjabat sebagai PENGELOLA dan PENGURUS DAYAH.

ketika itu dan keduanya mengajar siang dan malam untuk melayani para pelajar di DAYAH LABUHAN HAJI dengan permintaan DARI UMMI PADANG YAITU :
UMMI HJ. RASIMAH hingga berjalan sampai TAHUN 1968, TERMASUK KETIKA ABU ADNAN PULANG KE PULO ACEH pada TAHUN 1965, ABU MENGAJAR DUA KELAS LANGSUNG, 6 A dan juga 6 B yang DITINGGALKA
ABU PULO.

Pada suatu ketika dalam
tahun 1968,
(Almarhum) ABU ABDULLAH LAMCEU mengirimkan sepucuk surat BERBAHASA JAWA KEPADA ABU, berisikan ajakan untuk pulang mengingat hal besar sedang terjadi dikampung halaman, YAITU PERSELISIHAN BESAR tentang IYADAH ZUHUR
DI MESJID TUHA ATEUK.

ABU meminta IZIN KEPADA
UMMI PADANG dan UMMI MANGGENG, namun UMMI menahan kemauan ABU untuk pulang, saat meminta izin selanjutnya ABU tunjukkan langsung surat tersebut kepada UMMI PADANG dan UMMI pun mengizinkannya dengan CATATAN KEMBALI LAGI KE LABUHAN HAJI.

Pulang dari ACEH SELATAN
KE LAM ATEUK dengan BERBEKAL SEPEDA ONTEL dan DITEMANI OLEH :
TGK. MAHYIDDIN BASYAH LAM ASEAN dan ABI THANTAWI yang saat itu baru saja menyelesaikan Sekolah Rakyat (sekitar 13 Tahun) dan membutuhkan 3 hari 3 malam perjalanan untuk SAMPAI TIBA BANDA ACEH.

Sekitar Dua bulan lamanya ABU berada kampung halaman untuk menyelesaikan masalah yang bergejolak saat itu disamping juga beliau bermusyawarah dengan warga sekitar, YAITU WARGA GAMPONG LAMBAED, LAMBAED dan LAM ASAN untuk mewujudkan PENDIRIAN DAYAHNYA dan DILANJUTKAN dengan GOTONG ROYONG bersama masyrakat sekitar untuk mencari bahan-bahan kayu untuk pembangunan bilek-bilek dan balai pada pendirian awal.

Kemudian, sesuai JANJI ABU dengan UMMI, beliau pun KEMBALI KE LABUHAN HAJI BERSAMA TGK MAHYIDDIN, lebih tepatnya beliau kembali untuk meminta izin dalam rangka mengabdi dan mengelola DAYAH sendiri di kampung halamannya LAM ATEUK.

DAYAH ISTIQAMATUDDIN DARUL MUARRIF, DAYAH ABU dirikan pada TAHUN 1968 dan diresmikan langsung pada tahun 1969 OLEH BAPAK BUPATI ACEH BESAR SAAT ITU, IBRAHIM SAIDI.

Pada awal mulanya, abu mengajar sendiri pada jam malam dan bakda shubuh juga mengajar berbentuk daurah yang diikuti MURID-MURID BELIAU yang juga ALUMNI LABUHAN HAJI yang BERASAL dari SEKITARAN LAM ATEUK.

Pada Tahun 1971 ABU Menikahi UMMI MARIANI BINTI MUSA dan tahun 1982 didirikannya DAYAH UNTUK KAUM PEREMPUAN
YAITU :
ISTIQAMATUDDIN DARUL MUARRIF.
ABU di rumah beliau sendiri di GAMPONG MEULAYO.

ABU MELAKUKAN PERJALANAN
KE TIMUR TENGAH pada TAHUN 1995, SETAHUN KEMUDIAN,
ABU MELAKSANAKAN HAJI PADA TAHUN 1996.

MENINGGAL PADA TANGGAL 27 OKTOBER 1999/ 17 Rajab 1420 H.
DAN DIMAKAMKAN DALAM KOMPLEKS DAYAH DARUL MUARRIF.
Dari pernikahannya dengan Ummi Mariani, ABU MEMILIKI 7 ORANG ANAK, YAITU :
TGK. Mukramati,
TGK. H. Mufaddhal (Pimpinan Dayah Ist. Darul Muarrif),
TGK. Muhaffazh (Pimpinan Dayah Istiqamatuddin Darul Muarrifah), TGK. MUHAMMADON ,
TGK. Muhamadan,
TGK. Muhammadin,
TGK. AHMADA.

Murid-murid beliau beredar diseluruh pelosok daerah di ACEH hingga ke beberapa PROVINSI dalam SUMATERA, seperti JAMBI, RIAU, PALEMBANG dan PADANG, juga dari NEGERI MALAYSIA. Dalam jumlah yang sangat banyak tersebut, beberapa diantaranya mendirikan dayah juga dikampung halaman MASING-MASING SEPERTI :
TGK. H. M. Yusuf Ulee Gle,
Tgk. H. Munir
(keduanya ini adalah Murid beliau di Labuhan Haji dan juga di Lam Ateuk),
Tgk. Thantawi Jauhari (pimpinan Dayah Darul Muarrif edisi tahun 1999 hingga 2003/ almarhum), TGK. H. Ramli, (Abati Krueng Mane),
TGK. H. MAHMUDDIN
(Pimpinan Dayah Seurambi Aceh Meulaboh),
TGK. MAHDI, M. DAUD
(Menantu Almarhum ABU, Pimpinan Dayah Darul Muarrif edisi tahun 2003 hingga 2015 dan juga Pimpinan Dayah Istiqamatuddin DARUSSALAM Montasik),
TGK. H. Martunis ZAMZAMI (Pimpinan Dayah Darul Huda Sawang Aceh Selatan),
TGK. Thaharuddin (Pimpinan Dayah Raudhah Kuala Bate Abdya/ Almarhum),
TGK. Syariffuddin BIDOK (Pimpinan Dayah Daruzzahidin Bidok Pidie Jaya),
TGK. Zulkifli Lamno (ABU DON), TGK. H. HUSNUL MANAN (Pimpinan Dayah Kampong Meulum),
TGK. SYUKUR PEUKAN BARU,
TGK. MAHYUDDIN PAHANG
(pengelola pesantren di Mengkarak Pahang),
TGK. M. ADHA Selangor (Pimpiinan Ma’had Darul Mu’arrif di Selangor Malaysia) dan BANYAK ULAMA-ULAMA lainnya YANG TERSEBAR.

ABU MUHAMMAD ZAMZAMI merupakan merupakan sosok ULAMA ACEH yang sangat keras dan ketat dalam MEMEGANG RU'YATUL HILAL sebagai penentukan AWAL RAMADHAN.
Dalam banyak kesempatan, baik waktu mengajar santrinya maupun kuliah umum di tengah masyarakat, beliau sering menekankan kewajiban umat Islam untuk menjadikan RU'YATUL HILAL sebagai pedoman dalam menentukan AWAL RAMADHAN dan sekaligus mengecam amalan sebagian ulama lain yang menyepelekan kewajiban ini dengan mengambil ilmu hisab sebagai pengganti RU'YATUL HILAL.

Tidak heran sikap keras beliau ini menjadi kontraversial di tengah masyarakat Aceh, mengingat banyak juga ulama Aceh yang tidak sependapat dengan pendapat beliau ini, bahkan sikap beliau ini terkadang mendapat kecaman balik dan serangan tidak sedap dari pihak yang merasa terganggu dengan fatwa beliau ini.
Apalagi konsekwensi berpegang dengan RU'YATUL HILAL ini, KADANG-KADANG MENGAKIBATKAN TERJADI PERBEDAAN dengan PENGUMUMAN PEMERINTAH dalam menentukan AWAL RAMADHAN.

HARAM HUKUM MEROKOK
------------
Rokok atau tembakau merupakan sesuatu yang baru dikenal dalam sejarah Islam.
MUHAMMAD BIN SULAIMAN AL-KURDIY AL-MADANY mengatakan pembicaraan tentang tembakau terjadi setelah seribu tahun atau abad kesepuluh Hijrah.
Karena itu, tidak heran telah terjadi KHILAF ULAMA TENTANG KEHARUSAN dan kehalalan TEMBAKAU.
Telah banyak karangan-karangan tentang tembakau ini dan dibahas panjang lebar dengan dalil-dalil pendukung pendapat masing-masing.
KHILAF tentang TEMBAKAU ini TERJADI DIANTARA ULAMA MUTA-AKHIRIN dari pengikut IMAM yang yang empat.
(Bughyatul Mustarsyidin/260).

Konon kabarnya, pada waktu menimba ILMU PENGETAHUAN AGAMA di DAYAH DARUSSALAM LABUHAN HAJI,
ALMARHUM ABU merupakan seorang PEROKOK BERAT.
Namun setelah beliau melakukan kajian dan mengikuti argumentasi-argumentasi sekitar masalah ROKOK, pendapat beliau tentang rokok berubah total. Awalnya beliau lebih cendurung rokok itu halal, kemudian menjadi seorang ulama yang sangat gigih mempertahankan fatwa rokok itu haram.

Tarjih pendapat haram ini, beliau kemukakan dalam banyak kesempatan secara terbuka, sehingga tidak heran pernyataan-pernyataan beliau tentang keharaman MEROKOK ini menimbulkan PRO dan KONTRA di tengah MASYARAKAT ACEH pada masa itu.
Pro dan kontra ini muncul mengingat mayoritas ULAMA ACEH pada masa beliau tidak MENGHARAMKAN ROKOK, meskipun banyak juga ULAMA ACEH tidak MEROKOK.
Kalaupun ada sebagian kecil ulama mengharamkannya tapi tidak berani memfatwakan secara terbuka kepada masyarakat.

Keharaman ROKOK ini OLEH ABU juga DIBERLAKUKAN DALAM PERATURAN DAYAH DI DAYAH BELIAU, DAYAH DARUL Muarrif. Misalnya larangan merokok bagi santri, persyaratan menjadi IMAM SHALAT DI DAYAH HARUS SEORANG YANG BEBAS DARI MEROKOK, PEROKOK DIANGGAP FASIK.

Apabila kita telusuri dari berbagai LITERATUR FIQH, kita menemukan beberapa argumentasi atas keharaman rokok, antara lain :

Merokok merupakan sikap menjatuhkan diri dalam kebinasaan.
Larangan menjatuhkan diri dalam kebinasaan ini dijelaskan antara lain DALAM FIRMAN ALLAH TA'ALLA BERBUNYI :

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam KEBINASAAN.
(QS. Al-Baqarah: 195).

Penjelasan lain dapat dipahami dari HADITS NABI SAW BERBUNYI :
Tidak boleh memudharatkan diri sendiri dan juga memudharatkan orang lain.
(HR. Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, al-Baihaqi dan al-Hakim)

Diantara ULAMA yang mengharamkan rokok karena termasuk benda yang memudharatkan tubuh adalah :
QALYUBI, PENGARANG KITAB HASYIAH QALYUBI ‘ALA SYARAH AL-MIHAJ.

(Qalyubi, Hasyiah Qalyubi ‘ala Syarh al-Minhaj, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Juz. I, Hal. 69)

Rokok termasuk benda yang memabukkan. Kalau ada yang mengatakan jarang sekali terdapat orang mabuk karena menghisap rokok,
maka jawabannya disaat seseorang merokok sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupannya, maka rokok sudah seperti makanan kebutuhan baginya.
Sehingga tidak heran rokok tidak berpengaruh mabuk baginya sebagaimana halnya orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi minum keras yang memabukkan.

Hadits Nabi SAW yang secara khusus mengindikasikan keharaman rokok, berbunyi :

Berkata al-Hasawi dalam Tatsbitul Fuad min Kalami al-Quthub al-Hadad :
Aku berkata : aku telah melihat Mu’ziwan litafsir al-Muqna’ al-Kabir berkata Nabi SAW :

Hai Abu Hurairah, akan datang suatu kaum pada akhir zaman yang selalu berkekalan dengan ini dukhan (asap), mereka berkata : “kami adalah umat Muhammad”, padahal mereka tidak termasuk umatku dan tidak akan aku katakan pada mereka sebagai umat, tetapi mereka adalah golongan binatang yang makan rumput di tempat gembalaan.
Abu Hurairah berkata :
“Aku tanyai NABI SAW : bagaimana dia tumbuh ?
NABI SAW menjawab :
Dukhan itu tumbuh dari dari kencing iblis, maka adakah sama iman dalam hati orang-orang yang meminum kencing syaithan, padahal telah dilaknat orang-orang yang menanam, memindah dan menjualnya”. BERSABDA NABI SAW :

Yang artinya :
Allah akan memasukkan mereka dalam API NERAKA dan SESUNGGUHNYA DIA (dukhan) itu tumbuhan yang keji
(Bughyatul Mustarsyidin - 260).

Berkata Sayyed Abdurrahman bin Muhammad A’lawy, tembakau itu dikenal sebagai seburuk-buruk dari yang KEJI karena padanya menghilangkan marwah dan harta dan orang-orang yang mempunyai marwah tidak akan memilih menggunakan tembakau, baik untuk dimakan, dimasukkan dalam rongga hidung ataupun dihisap.
Sesungguhnya para imam yang sudah sampai tingkat kesempurnaan telah mengifta’ dengan haramnya SEPERTI : al-Quthub Sayyidina Abdullah al-Hadad dan Alamah Ahmad al-Hadwaan sebagaimana telah menyebut oleh :
AL-QUTUB AHMAD BIN UMAR BIN SMITH dari keduanya dan dari lainnya ULAMA-ULAMA yang setingkat mereka.

Al-Habib al-Imam al-Husain ibnu asy-Syaikh Abi Bakar bin Salim telah membahas dengan panjang lebar terhadap pelarangannya, beliau berkata :
“AKU KUATIR ATAS ORANG-ORANG YANG YANG TIDAK TAUBAT DARI TEMBAKAU SEBELUM MATINYA BAHWA DIA MATI DENGAN : SU-I KHATIMAH, mudah-mudahan perlindungan ALLAH DARINYA.

Alamah Abdullah Basudan telah membahas dengan rinci dengan melakukan mengutip riwayat-riwayat tentang tembakau dalam kitab Faidhul Asrar dan SYARAH AL-KHUTBAH dan beliau menyebut ulama-ulama yang mengarang tentang pengharaman tembakau seperti :
al-Qalyubi dan Ibnu ‘Alan.
Beliau juga mendatang hadits tentangnya.
(Bughyatul Mustarsyidin/260). [marmus/dari berbagai sumber).
---------------

riwayat 2.

ABU AHMAD PERTI
(ABU MUHAMMAD BIN ZAMZAMI)
-----------------
ABU MUHAMMAD BIN ZAMZAMI
Beliau merupakan keturunan KELUARGA ULAMA dan pejuang yang kental dalam MELAWAN kolonialisme BELANDA dan pendudukan JEPANG.

Pada masa pendudukan,
kedua orang tua Abu :
(TGK ZAMZAMI & Ummi SAKDIAH)
mengalami masa-masa sulit
dan hidup dalam keadaan berpindah-pindah.
Keadaan ini membuat ayah beliau bercita-cita agar Muhammad kecil nantinya dapat fokus dalam dunia ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi seorang ALIM ULAMA yang dapat mengangkat HARKAT dan MARTABAT BANGSA ini, sekaligus meneruskan garis keturunan keluarga yang telah bersemi.

ABU masih ada hubungan darah dengan :
TGK CHIK TANOH MIRAH BOENGCALA ACEH BESAR,
YAITU : SEORANG ULAMA BESAR dan juga pejuang yang MELAWAN KAFIR BELANDA BERSAMA-SAMA dengan
TGK . CHIK DI TIRO dan TGK . CHIK TANOH ABEE.
Sehingga pada saat itu Dayahnya yang berada di boengcala, aceh besar telah dibakar oleh kolonial belanda.

Almarhum TGK CHIK. akhirnya syahid di medan pertempuran tepatnya di Tangse, Kabupaten pidie, dan dikuburkan disana juga, (ada yang mengatakan Almarhum syahid di boengcala, namun pendapat kuat mengatakan di Tangse).

Abu Muhammad Zamzami atau Abu Ahmad Perti, melakukan pengembaraan dalam menuntut ilmu dari dayah ke dayah.
Setelah belajar di Sekolah Rakyat di Boengcala, Aceh Besar, beliau menuntut ilmu agama untuk pertama kalinya secara formal di Dayah Ulee Titie pada seorang Ulama Kharismatik saat itu, yaitu :
Almarhum ABU ISHAK
(Abu dari Tgk. Athailah Ulee Titie) selama 5 tahun.

Setelah itu beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan hingga ke pantai barat selatan Aceh tepatnya Aceh Selatan, tepatnya lagi di Desa TRIENG MEUDUROE, Sawang, dan belajar pada ABU ISHAK selama 3 TAHUN.

Abu merasakan ilmunya yang di terima dari ABU ISHAK masih belum cukup, akhirnya ABU ‘HIJRAH’ lagi untuk mencari ILMU, hingga akhirnya berlabuh di :
DAYAH DARUSSALAM, LABUHAN HAJI,
(Labuhan Haji Barat sekarang)
dan BERGURU pada :
ABUYA SYEIKH HAJI MUDA WALY al KHALIDY, selama lebih dari 14 TAHUN.

Kalau kita renungkan sejenak tentang perjalanan ABU AHMAD PERTI dalam mencari ilmu, di situ terpampang jelas bahwa ciri khas dari ULAMA Aceh dulu yang murni dan haus akan pencarian ilmu pengetahuan.
Dan hal ini menjadi wajar karna ABU mempunyai garis keturunan ulama yang ada padanya.

ABU AHMAD DIKENAL SEBAGAI : ABU AHMAD PERTI, dikarenakan kiprah beliau didalam organisasi ISLAM AHLI SUNNAH WALJAMA’AH tersebut begitu BESAR.
Baik itu berupa perjuangan hingga pengorbanan beliau dalam menegakkan dan mempertahankan tujuan organisasi islam tersebut.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

WALLAHU'AKLAM.
WASSALAM

DOC

Arya

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

TUNGKU ABU TUMIN BLANG BLADEH

 

ABU TUMIN
BLANG BLADEH
------------

ABU TU MIN MEMILIKI NAMA LENGKAP :
ABU H. MUHAMMAD AMIN juga DIKENAL DENGAN LAQAB :
ABU TUMIN BLANG-BLAHDEH adalah SEORANG PIMPINAN DAYAH AL MADINATUDDINIYAH BABUSSALAM BLANG-BLAHDEH DI BIREUEN.

DAYAH ini DIDIRIKAN PADA TAHUN 1890 OLEH TGK H. IMAM HANA FIYAH yang MERUPAKAN KAKEK : ABU TU MIN.
ABU TU : adalah salah satu MURID ABUYA MUDA WALY dan SYEIKH MUHAMMAD HASAN AL-ASYI AL-FALAKI atau YANG LEBIH DIKENAL DENGAN :
TEUNGKU HASAN KRUENG KALEE.

ABU TU - ADALAH SEORANG AHLI FIQH MAZHAB SYAFI'I dan AHLI THARIQAT AL-HADDADIYAH serta SANGAT MENGUASAI KITAB SYARAH AL-HIKMAH KARYA SYEIKH 'ATHAILAH ASSAKANDARI.

KELUARGA ABU TU YANG DIKENAL SEBAGAI KELUARGA yang PAHAM akan AGAMA ISLAM.
HAL INI DIBUKTIKAN DARI SILSILAH KELUARGANYA DIMANA KAKEKNYA YANG bernama ABU HANAFIAH adalah SEORANG PENDIRI SEKALIGUS GURU AGAMA di desa GAMPONG BLANG DALAM dan AYAHNYA YANG BERNAMA :
TEUNGKU MUHAMMAD MAHMUD atau LEBIH DIKENAL DENGAN :
TEUNGKU MUDA LEUBE
ADALAH SALAH SEORANG GURU di DAYAH yang DIBANGUN oleh ABU HANAFIAH.
TEUNGKU MUHAMMAD MAHMUD SENDIRI SEMASA HIDUPNYA PERNAH BERGURU KEPADA TEUNGKU HASAN KRUENG KALEE yang merupakan salah satu ULAMA BESAR pada masa itu.

TGK MUHAMMAD MAHMUD MEMILIKI TIGA ORANG ISTRI YAITU : NYAK TI
Tidak memiliki keturunan.

JUWAIRIAH.
1 Halimah,
2 Habsah
3 Syarifuddin,
5 JAFAR

KHADIJAH.
1 MUHAMMAD AMIN ( ABU TU ), 2 MUHAMMAD ALI,
3 NASRUDDIN,
4 ZAINUDDIN,
5 MUSTHAFA,
6 HENDON,
7 ABDULLAH,
8 FATIMAH
9 ILYAS.

ABU TU : TERLAHIR PADA TANGGAL 17 AGUSTUS 1932
DI GAMPONG KUALA JEUMPA KECAMATAN JEUMPA , BIREUEN. KETIKA KECIL ABU TU, LEBIH BANYAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN daripada pendidikan umum.
Pendidikan umumnya didapatkan dari Inlandsche Volkschool (sekolah dasar rakyat) hingga kelas tiga karena masuknya JEPANG KE ACEH.

PENDIDIKAN AGAMANYA DIDAPATKAN dari DAYAH yang DIDIRIKAN oleh KAKEKNYA, SELAIN itu ABU TU : JUGA BELAJAR DI DAYAH PULO REUDEUP, KECAMATAN JANGKA, BIREUEN SERTA
DAYAH DARUSSALAM , LABUHAN HAJI, ACEH SELATAN.

SETELAH MENEMPUH PENDIDIKAN SELAMA TUJUH TAHUN maka pada TAHUN 1959, ABU TU KEMBALI ke KAMPUNG HALAMANNYA dan MENGAJAR di DAYAH yang DIDIRIKAN OLEH KAKEKNYA.

ABU TU MENIKAH PADA TAHUN 1964 DENGAN SEORANG WANITA YANG BERNAMA MUJAHIDAT.
MUJAHIDAT sendiri adalah PUTRI dari PAMAN NYA yang BERNAMA TEUNGKU HUSIN.
Pernikahan ini sendiri adalah
hasil perjodohan yang dilakukan oleh KEDUA orang TUA mereka.

ABU TU - ADALAH SALAH SATU ULAMA PALING BERPENGARUH di ACEH pada SAAT INI. IA SERINGKALI DIMINTAi PENDAPAT OLEH PEMERINTAH ACEH mengenai hal-hal yang berkaitan dengan HUBUNGAN PEMERINTAH dan AGAMA.
Setiap pendapat yang dikeluarkannya tidak pernah DIBANTAH oleh ULAMA-ULAMA lainnya dan bahkan itu menjadi sebuah FATWA yang DISEPAKATI.

SELAIN AKTIF di DAYAH yang didirikan oleh kakeknya, ABU TU juga AKTIF di MAJELIS Permusyawaratan ULAMA (MPU) ACEH pada MAJELIS SYUYUKH atau DEWAN PENASEHAT bersama dengan beberapa ULAMA LAINNYA. BERKAT PARA SANTRINYA yang TELAH LULUS dan mendirikan DAYAH di kampung HALAMANNYA SENDIRI maka pendapat-pendapat ABU TU juga ikut tersebar luas di BEBERAPA KABUPATEN DI ACEH.

TIDAK HANYA di KALANGAN MURID-MURIDNYA, PENDAPAT ABU TU juga DIJADIKAN SEBAGAI RUJUKAN UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK SOSIAL.
IA SERING DIMINTAI pendapat oleh PIHAK-PIHAK yang BERTIKAI SAAT KONFLIK ACEH BERLANGSUNG.
Selain itu PADA TAHUN 2009, ia juga terlibat untuk menyelesaikan KONFLIK tapal batas GAMPONG COT BADA dan TEUPOK BAROH YANG tidak DAPAT DISELESAIKAN oleh UNSUR MUSPIDA SETEMPAT pada MASA ITU.

REFERENSI.
ABU TUMIN :
BIOGRAFI ULAMA DAYAH ACEH (1932-2017).

------------------
RIWAYAT 2.
------------------
ABU TUMIN BLANG BLADEH DARI SEJAK KECIL HINGGA DEWASA.
------------------

ABU TUMIN BLANG BLADEH, PIMPINAN DAYAH AL-MADINATUDDINIYAH Babussalam Blang Bladeh.
Tgk. H. Muhammad Amin
atau lebih akrab disapa dengan sebutan :
ABU TUMIN merupakan salah SATU ULAMA KHARISMATIK ACEH, lahir di desa Kuala Jeumpa, kemukiman Blang Bladeh Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen pada tanggal 17 Agustus 1932.

ABU TUMIN menikah pada hari Jum’at 13 Rajab 1384 dari pasangan Ayah Tgk. H. Mahmud Syah dan ibu Khadijah. Istri Abu Tumin Ummi Mujahidah. Dari pernikahannya ini lahirlah anak-anaknya : Khairiyah Faridah Amirullah Syahirman Haidar Syahminar Muhammad Khadijatul Mutsanna Marhaban Isyatul Mardhiah.

Terlahir dengan mewarisi darah ulama dan menjejakkan kaki pertamanya di bumi juga di tanah Dayah yang dipimpin oleh kakeknya Tgk. H. Hanafiah, seolah menjadi sugesti bagi
Tgk. Muhammad Amin muda untuk terus bergelut dengan ilmu pendidikan agama.

Karenanya semenjak kecil beliau sudah memperlihatkan minat besar dalam belajar agama. Kala itu beliau belajar agama langsung pada orang tuanya Tgk. H. Mahmudsyah (Tgk. Muda) dan kakeknya Tgk. H. Hanafiyah (Tgk. Tua) di samping itu beliau juga belajar pendidikan formal di Vervolkschule.

Setelah beberapa lama belajar di dayah kakeknya, sampailah Tgk. Muhammad Amin muda pada kesimpulan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi, akhirnya ia memilih untuk menempuh perjalanan religius nya ke kawasan selatan Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya di daerah Labuhan Haji, tempat dimana Al-Mukarram Syekh H. Muhammad Muda Wali Al-Khalidy (Abuya Muda Wali) mengasuh sebuah Dayah Salafi yang kelak melahirkan ratusan ulama yang tersebar di seluruh Aceh maupun luar Aceh.

Di antara deburan ombak dan hembusan angin pantai Samudera Hindia, di sanalah Tgk. Muhammad Amin muda dan ratusan santri lainnya mendapat transferan ilmu dari ABUYA sebelum akhirnya beliau kembali ke Negeri Jeumpa pada tahun 1960 untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dayah warisan kakeknya yang sudah berdiri sejak tahun 1890. Dayah yang berlokasi satu komplek dengan dengan masjid Jami’ kemukiman Blang Bladeh ini pada awalnya belum mempunyai nama, hanya dikenal dengan sebutan “RANGKANG”.
Baru di masa kepemimpinan Abu Tumin dayah tersebut beliau beri nama dengan Al-Madinatuddiniyah Babussalam.

Semenjak kepemimpinan beliau, Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini terlihat pada acara Haul perayaan 57 tahun berdirinya Dayah tersebut yang diselenggarakan pada tanggal 21 Mei 2017 di komplek Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh dari beberapa waktu yang lalu, di mana ribuan alumni dari berbagai daerah dan kalangan memadati Komplek Dayah untuk mengikuti acara dengan penuh khidmat.

Saat ini dayah tersebut menampung sekitar 1.300 santri Putra dan 890 santri putri yang dikarantinakan pada dua lokasi terpisah.

Al-Madinatuddiniyah Babussalam Putra berdiri di atas tanah dengan luas 1 hektar, terletak di desa Kuala Jeumpa. Sementara Al-Madinatuddiniyah Babussalam Putri terletak di Desa Blang Bladeh dengan luas area 800 Meter persegi.

Di sela-sela rutinitas dalam mengasuh Dayah, beliau juga terlibat aktif dalam berbagai forum dan kegiatan.
Sebut saja dalam bidang diskusi keagamaan atau muzakarah misalnya, beliau dan ulama-ulama Aceh lainnya selalu berada di panggung utama sebagai pemateri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi ummat.

Sebagai salah satu ulama sepuh di Aceh, beliau terlihat sangat loyal terhadap Mazhab Syafi’i, di mana beliau tetap bersikukuh untuk berpegang dengan pendapat yang kuat dalam Mazhab Syafi’i sekalipun harus berbeda dengan sebagian ulama lainnya, seolah beliau ingin berpesan kepada kita :
“beginilah seharusnya bermazhab”.
Di organisasi, beliau aktif di Dewan Majelis Syuyukh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh, Majelis Syura Inshafuddin Provinsi Aceh, Penasehat Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan beliau juga tercatat bersama 7 ulama lainnya sebagai Anggota Majelis Tuha Peuet Lembaga Wali Nanggroe Aceh periode 2016-2021.

Di samping aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, Abu Tumin juga sangat peduli dalam hal berbangsa dan bernegara. Dalam kesibukannya yang luar biasa, beliau masih menyempatkan diri menganalisa keadaan bangsa dan memberikan solusinya.

Sebagaimana yang dimuat di beberapa media, pernah suatu ketika Abu diajukan pertanyaan oleh wartawan tentang kondisi Aceh hari ini, dengan bahasa filosofinya yang sederhana tapi sarat dengan makna Abu menjawab :
“Malakat kana lam jaroe, tuah kana bak droe, tapi lagee-lagee hana ta tu’oh peutimang” maksudnya “perdamaian dengan segala hal yang melekat di dalamnya, seperti MoU Helsinki dan UUPA adalah salah satu malakat dan tuah yang dimiliki Aceh saat ini dan ini menjadi jembatan untuk Aceh menuju masa depan yang lebih cemerlang, tapi sepertinya keistimewaan tersebut malah
kita sia-siakan”.

Lebih lanjut ABU menuturkan saat ini Aceh membutuhkan sosok pemersatu yang mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat dan sanggup memupuk persatuan antara ulama dan Umara dalam membangun Aceh, seperti yang telah dipraktikkan oleh indatu kita pada masa Iskandar Muda.

Ketika ulama dan Umara berjalan sendiri-sendiri maka dengan sendirinya umat akan terkotak menjadi dua bagian. Tetapi ketika ulama dan umara sudah bersatu maka yang lahir hanyalah satu keputusan dan umat pun akan bersatu dalam satu keputusan.

Pada masa Iskandar Muda, ulama dan umara bersanding untuk membangun Aceh bukan malah bersaing maka lahirlah istilah “Adat bak Poe Teumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala” sebagai simbol persatuan dua kekuatan yaitu umara dan ulama. Padahal, masih menurut ABU “watak masyarakat Aceh dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, yang berubah adalah perangai nya disebabkan pengaruh budaya Global”.

Kemudian beliau merincikan tiga macam watak masyarakat Aceh yaitu : Geunaseh (pengasih) Seutia (setia) Beuhe (berani).

Sebagai ulama kharismatik yang lahir sejak masa penjajah, Abu Tumin menilai, ketiga watak yang melekat pada masyarakat Aceh ini merupakan aset yang bisa kita gunakan sebagai landasan untuk embangun aceh.

Tapi Aceh yang tidak dipecah-pecah ke dalam bagian-bagian kecil, sehingga identitasnya hilang papar beliau. Karenanya, dalam banyak kesempatan beliau selalu mengingatkan tentang pentingnya persatuan, lebih-lebih lagi persatuan antara ummat dan ulama. Beliau sangat mengecam oknum-oknum yang ingin memisahkan ummat dari ulama. Sebagaimana yang pernah beliau sampaikan dalam Acara Muzakarah Ulama se-Aceh yang diadakan di Paya Pasi tahun 2016 silam.

Kata beliau “Apabila ada pihak-pihak yang hendak memisahkan masyarakat muslimin Aceh dengan ulama, nyan beuneuteupue racon bagi droneuh, nyoe peusan, nyoe peusan, nyoe peusan dari ulon tuan”, lanjut beliau lagi “apabila teuma masyarakat nyoe ka meupisah ngon ulama, yang poh ulama adalah ureueng Aceh sendiri” tutur beliau di depan ratusan masyarakat pada acara tersebut.

Kepedulian dan kepiawaian belia dalam segala bidang ini membuat sosok Abu Tumin dijadikan rujukan oleh sebagian besar masyarakat dan pemerintah Aceh, bahkan dari kalangan apapun ketika berkunjung ke Aceh, serasa belum lengkap jika belum bersilaturrahmi dengan beliau.

Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya sendiri nama beliau termasuk salah satu yang dijadikan tujuan pencarian, tapi sayangnya beliau tidak pernah bersentuhan dengan Sosial Media(Sosmed). Kalau ada akun di media sosial baik Facebook, Twitter atas nama beliau maka dapat dipastikan akun tersebut dikelola oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan ABU tidak tahu-menahu tentang hal itu. “Abu berinteraksi face to face tidak melalui facebook” begitu pengakuan salah satu santri nya.

Kini diusianya yang senja, beliau masih nampak sehat dan segar. Pendengarannya masih sangat jelas, penglihatannya tajam dan pemikirannya pun cukup jernih. Kita berharap semoga beliau senantiasa diberikan umur panjang dan selalu sehat dalam mendampingi ummat fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Aamiin.
----------------

NASEHAT DAN PEUTAMONG
ABU TU.

"1 BAK WATE SIFAT MALE HANA DIDUKUNG le BAK SIDROE-DROE MANUSIA, BAK WATENYAN KEUH DERAJAT MANUSIANYA LEUBEH HINA DARIPADA DERAJAT BINATANG".

"2, Tanyo TASEUMEUBEUT, nyan merupakan TAKEREUJA NIBAK ALLAH ,bek harap gaji bak manusia, tanyo KEREUJA BAK ALLAH PREH GAJI BAK ALLAH".

"3. TANYOE BEK MEU TABI'AT LAGE TABI'AT ASEE, PHON TA-LET MAKANAN SAMA-SAMA, BAN KANA MAKANAN,
KA TAPEUKAP SABE KEUDROE-DROE".

YAA ALLAH panjangkanlah umur ulama2 kami dan dan anugerahkan selalu kesehatan kpda beliau, AAMIIN YAA ALLAH.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

WASSALAM.

DOC
Arya
KISAH ULAMA ACEH
Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'ABU TU MIN BLANG BLAHDEH'

Thursday, August 13, 2020

ABU IBRAHIM WOYLA

 

ABU IBRAHIM WOYLA
-------------
ABU IBRAHIM WOYLA ADALAH
SEORANG ULAMA PENGEMBARAAN.
-------

ULAMA ini dalam MASYARAKAT ACEH lebih dikenal dengan :
ABU IBRAHIM KERAMAT.

Belum pernah ADA terjadi dalam SEJARAH di WOYLA (Aceh Barat) bila seseorang MENINGGAL RIBUAN ORANG datang melayat (takziah) kecuali pada waktu WAFATNYA ABU IBRAHIM WOYLA

Selama hampir 30 hari MENINGGALNYA ABU IBRAHIM Woyla masyarakat ACEH berduyun-duyun datang melayat ke kampung PASI ACEH, Kecamatan Woyla Induk,
Aceh Barat sebagai tempat peristirahatan terakhir Abu Ibrahim Woyla. Selama 30 hari itu ribuan orang setiap hari tak kunjung henti datang menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya ABU IBRAHIM WOYLA, sehingga pihak keluarga menyediakan 400 kotak air aqua gelas dan tiga ekor lembu setiap hari dari sumbangan mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf untuk menjamu tamu yang datang silih berganti ke tempat wafatnya ABU IBRAHIM WOYLA. Begitulah pengaruh KE-ULAMAAN ABU IBRAHIM WOYLA dalam pandangan masyarakat Aceh, terutama di wilayah Aceh Barat dan Aceh Selatan.

ABU IBRAHIM WOYLA
yang BERNAMA LENGKAP
TEUNGKU IBRAHIM BIN TEUNGKU SULAIMAN BIN TEUNGKU USEN dilahirkan di kampung Pasi ACEH, KECAMATAN WOYLA KABUPATEN ACEH Barat pada tahun 1919 M.
Menurut riwayat, pendidikan formal ABU IBRAHIM WOYLA hanya sempat menamatkan Sekolah Rakyat (SR), SELEBIHNYA MENEMPUH PENDIDIKAN DAYAH selama hampir 25 TAHUN .

sehingga dalam sejarah masa hidupnya Abu ABU IBRAHIM WOYLA PERNAH BELAJAR 12 TAHUN pada SYEIKH MAHMUD seorang ULAMA ASAL LHOK NGA ACEH BESAR YANG KEMUDIAN MENDIRIKAN DAYAH BUSTANUL HUDA di BLANG PIDIE ACEH BARAT.

Di antara MURID SYEIKH MAHMUD ini selain ABU IBRAHIM Woyla juga Syeikh Muda Waly Al-Khalidy yang kemudian sebagai seorang ulama tareqat NAQSYABANDIYAH tersohor di Aceh.

Menurut keterangan, Syeikh Muda Waly hanya sempat belajar pada SYEIKH MAHMUD sekitar 4 tahun, kemudian pindah ke Aceh Besar dan BELAJAR PADA ABU HAJI HASAN KRUENG KALEE selama 2 tahun.

setelah itu Syeikh Muda Waly pindah ke Padang dan belajar pada Syeikh JAMIL JOHO PADANG PANJANG.
Dua tahun di Padang SYEIKH MUDA WALY melanjutkan PENDIDIKAN ke MEKKAH atas kiriman SYEIKH JAMIL JOHO, setelah 2 tahun di Mekkah kemudian Syeikh Muda Waly kembali ke BLANG PIDIE dan melanjutkan mendirikan Pesantren Tradisional di LABUHAN HAJI ACEH SELATAN.

Saat itulah ABU IBRAHIM WOYLA sudah mengetahui bahwa SYEIKH MUDA WALY TELAH kembali dari Mekkah dan mendirikan Pesantren, maka Abu Ibrahim Woyla kembali belajar pada SYEIKH MUDA WALY untuk memperdalam ilmu TAREKAT NAQSYABANDIYAH.

Namun sebelum itu Abu Ibrahim Woyla pernah belajar pada ABU CALANG
(SYEIKH MUHAMMAD ARSYAD ) dan TEUNGKU BILYATIN (Suak) bersama rekan seangkatannya yaitu (ALM ) ABU ADNAN BAKONGAN.

Setelah lebih kurang 2 tahun memperdalam ilmu tareqat pada Syeikh Muda Waly, Abu Ibrahim Woyla kembali ke kampung halamannya, tapi tak lama setelah itu Abu Ibrahim Woyla mulai mengembara yang dimana keluarga sendiri tidak mengetahui kemana Abu Ibrahim Woyla pergi mengembara. Menurut riwayat dari Teungku Nasruddin (menantu Abu Ibrahim Woyla) semasa hidupnya Abu Ibrahim Woyla pernah menghilang dari keluarga selama tiga kali, Pertama, Abu Ibrahim Woyla menghilangkan diri selama 2 bulan, Kedua, Abu Ibrahim Woyla menghilang selama 2 tahun dan Ketiga, Abu Ibrahim Woyla menghilangkan diri selama 4 tahun yang tidak diketahui kemana perginya.

Dalam kali terakhir inilah Abu Ibrahim Woyla kembali pada keluarganya di Pasi Aceh, pihak keluarga tidak habis pikir pada perubahan yang terjadi pada Abu Ibrahim Woyla. Rambut dan jenggotnya sudah demikian panjang tak ter-urus, pakaiannya sudah compang camping dan kukunya panjang seadanya. mungkin bisa kita bayangkan seseorang yang menghilang selama 4 tahun dan tak sempat untuk mengurus dirinya. Begitulah kondisi Abu Ibrahim Woyla ketika kembali ke tengah keluarganya setelah 4 tahun menghilang, maka wajar bila secara duniawiyah dalam kondisi seperti itu sebagian masyarakat Woyla menganggap Abu Ibrahim Woyla sudah tidak waras lagi.

Abu Ibrahim Woyla oleh banyak orang dikenal sebagai ulama agar pendiam dan ini sudah menjadi bawaannya sewaktu kecil hingga masa tua. Beliau hanya berkomunikasi bila ada hal yang perlu untuk disampaikan sehingga banyak orang yang tidak berani bertanya terhadap hal-hal yang terkesan aneh bila dikerjakan Abu Ibrahim Woyla. Sikap Abu Ibrahim Woyla seperti itu sangat dirasakan oleh keluarganya, namun karena mereka sudah tau sifat dan pembawaannya demikian, keluarga hanya bisa pasrah terhadap pilihan jalan hidup yang ditempuh Abu Ibrahim Woyla yang terkadang sikap dan tindakannya tidak masuk akal. Tapi begitulah orang mengenal sosok Abu Ibrahim Woyla.

ABU IBRAHIM WOYLA memiliki dua orang isteri, isteri pertama bernama Rukiah, dari hasil pernikahan ini Abu Ibrahim Woyla dikaruniai 3 orang anak, seorang laki-laki dan 2 perempuan. yang laki-laki bernama Zulkifli dan yang perempuan bernama Salmiah dan Hayatun Nufus. Sementara pada isteri keduanya yang beliau dinaki di Peulantee, Aceh Barat, dua tahun sebelum beliau meninggal tidak dikaruniai anak.

Menurut cerita tatkala isteri pertamanya hamil 6 bulan untuk anak pertama yang dikandung Ummi Rukian, kondisi Abu Ibrahim Woyla saat itu seperti tidak stabil, sehingga beliau mengatakan pada isterinya "Saya mau belah perut kamu untuk melihat anak kita", kata Abu Ibrahim Woyla pada isterinya yang pada saat itu membuat keluarganya tak habis pikir terhadap apa yang diucapkan Abu Ibrahim Woyla pada isterinya itu. Karena perkataan seperti itu dianggap perkataan yang sudah diluar akal sehat, maka keluarga dengan cemas menggatakan kita tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh Abu Ibrahim Woyla yang meminta untuk membelah perut isterinya yang sedang mengandung 6 bulan. Meskipun begitu, perkataan yang pernah diucapkan itu tak pernah dilakukannya.

Pada tahun 1954 sebenarnya tahun yang sangat membahagiakan bagi pasangan suami-isteri karena pada tahun itu lahir anak pertama dari pasangan Abu Ibrahim Woyla dan Ummi Rukiah, akan tetapi kehadiran seorang pertama itu bagi Abu Ibrahim Woyla bukanlah sesuatu yang istimewa.
ABU IBRAHIM WOYLA saat itu hanya pulang sebentar menjenguk anaknya yang baru lahir, kemudian beliau pergi kembali mengembara entah kemana. Ketika anak pertamanya yang diberi nama Salmiah sudah besar, menurut cerita Teungku Nasruddin barulah kondisi Abu Ibrahim Woyla kembali normal hidup bersama keluarganya. Dan saat itu Abu Ibrahim Woyla sempat membuka lahan perkebunan di Suwak Trieng untuk menjadi harta yang ditinggalkan untuk keluarganya di kemudian hari.

Pada saat itu kehidupan Abu Ibrahim Woyla bersama keluarganya sudah sangat harmonis hingga lahir anak kedua, Hayatun Nufus dan anaknya yang ketiga Zulkifli. Semua keluarganya sangat bersyukur karena Abu Ibrahim Woyla telah tinggal bersama keluarganya. Namun apa mau dikata, tak lama setelah lahir anaknya yang ketiga Abu Ibrahim Woyla kembali meninggalkan keluarganya dan entah kemana. Sehingga Ummi Rukiah tidak tahan lagi dengan ketidakpedulian Abu Ibrahim Woyla terhadap nafkah keluarganya, isterinya minta untuk pulang ke Blang Pidie daerah asalnya.

Alasan isterinya untuk pulang ke BLANG PIDIE memang tepat, karena menurutnya ABU IBRAHIM WOYLA tidak lagi peduli kepada keluarga, beliau hanya asyik berzikit sendiri dan pergi kemana beliau suka.
akan tetapi, keinginan Ummii Rukian untuk kembali ke Blang Pidie tidak terwujud karena Allah mempersatukan ABU IBRAHIM WOYLA dan isterinya sampai akhir hayatnya.

Bila kita dengar kisah dan cerita tentang ABU IBRAHIM WOYLA semasa hidupnya tak ubah seperti kita membaca kisah para SUFI DAN AHLI TASHAWWUF.
Banyak sekali tindakan yang dikerjakan ABU IBRAHIM WOYLA semasa hidupnya yang terkadang tidak dapat diterima secara rasional, karena kejadian yang diperankannya termasuk di luar jangkauan akal pikiran manusia. Untuk mengenal prilaku ABU IBRAHIM WOYLA haruslah menggunakan pikiran alam lain sehingga menemukan jawaban apa yang dilakukan ABU IBRAHIM WOYLA itu benar adanya.

Itulah keajaiban-keajaiban yang melekat pada sosook Abu Ibrahim Woyla, yang oleh sebagian ulama di Aceh menilai bahwa Abu Ibrahim Woyla adalah seorang ulama yang sudah mencapai tingkat Waliyullah (Wali Allah). hal itu diakui Teungku Nasruddin, memang banyak sekali laporan masyarakat yang diterima keluarga menceritakan seputar keajaiban kehidupan Abu Ibrahim Woyla.

Hal ini terbukti semasa hidupnya Abu Ibrahim Woyla selalu mendatangi tempat-tempat dimana umat selalu dalam kesusahan, kegelisahan dan musibah beliau selalu ada di tengah-tengah masyarakat itu. Namun orang sulit memahami maksud dan tujuan Abu Ibrahim Woyla untuk apa beliau mendatangi tempat-tempat seperti itu, karena kedatangannya tidak membawa pesan atau amanah apapun bagi masyarakat yang didatanginya. Abu Ibrahim Woyla hanya datang berdoa di tempat-tempat yang ia datangi, tutur Teungku Nasruddin.

Dalam hal ini
(Teungku disingkat Tgk) MUHAMMAD KURDI SYAM ( seorang warga Kayee Unoe). Calang yang sangat MENGENAL ABU IBRAHIM WOYLA. menceritakan bahwa ABU IBRAHIM WOYLA kebetulan sedang berjalan kaki, beliau terkadang masuk ke sebuah rumah tertentu milik masyarakat yang dilawatinya, ia mengelilingi rumah tersebut sampai beberapa kali kemudian berhenti pas di halaman rumah itu dan menghadapkan dirinya ke arah rumah tersebut dengan berzikir LA ILAHA ILLALLAH yang tak berhenti keluar dari mulutnya, setelah itu ABU IBRAHIM WOYLA pergi meninggalkan rumah itu. TIdak ada yang tahu makna yang terkandung di balik semua itu, apakah agar penghuni rumah itu terhindar dari bahaya yang akan menimpa mereka atau mendoakan penghuni rumah itu agar dirahmati Allah ?
WALLAHUA'LAM.

Menurut Tgk Nasruddin , dilihat dari kehidupannya, Abu Ibrahim Woyla sepertinya tidak lagi membutuhkan hal-hal yang bersifat duniawi, ia mencontohkan, kalau misalnya ABU IBRAHIM WOYLA memiliki uang, uang tersebut bisa habis dalam sekejap mata dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan biasanya Abu Ibrahim Woyla membagikan uang itu kepada anak-anak dalam jumlah yang tidak diperhitungkan
(sama seperti AMALAN Rasulullah).

Begitulah KEHIDUPAN ABU IBRAHIM WOYLA dalam kehidupan sehari-hari.

Keajaiban lain yang membuat masyarakat tak habis pikir dan bertanya-tanya adalah soal kecepatan beliau melakukan perjalanan kaki yang ternyata lebih cepat dari kendaraan bermesin.
Memang KEBIASAAN ABU IBRAHIM WOYLA kalau pergi kemana-mana selalu berjalan kaki tanpa menggunakan sendal.
Bagi orang yang belum mengenalnya bisa beranggapan bahwa Abu Ibrahim Woyla sosok yang tidak normal.
Karena disamping penampilannya yang tidak RAPI, mulutnya terus komat kamit mengucapkan ZIKRI sambil jalan.
TGK MUHAMMAD KURDI SYAM menceritakan suatu ketika ABU IBRAHIM WOYLA sedang jalan kaki di Teunom menuju Meulaboh (perjalanan yang memakan waktu 1 atau 2 jam dengan kendaraan bermotor), yang anehnya Abu Ibrahim Woyla ternyata duluan sampai di Meulaboh, padahal yang punya mobil tadi tahu bahwa tidak ada kendaraan lain yang mendahului mobilnya, kejadian ini bukan sekali dua kali terjadi, malah bagi masyarakat di pantai barat yang sudah mengganggap itulah kelebihan SOSOK ULAMA KERAMAS ABU IBRAHIM WOYLA yang luar biasa tidak sanggup dinalar oleh pikiran orang biasa.

karena tak heran kalau Abu Ibrahim Woyla berada seperti di pasar, misalnya semua pedagang di pasar itu berharap agar ABU IBRAHIM WOYLA dapat singgah di toko mereka, karena mereka ingin mendapatkan berkah ALLAH melalui perantaran ABU IBRAHIM WOYLA.
Namun tidak segampang itu karena ABU IBRAHIM WOYLA punya pilihan sendiri untuk mampir di suatu tempat.
Seperti yang diceritakan TGK MUHAMMAD KURDI SYAM, suatu waktu ABU IBRAHIM WOYLA sedang berada di LAMNO ACEH JAYA lalu bertemu dengan seseorang yang bernama Samsul Bahri yang sedang bekerja di Abah Awe, saat itu kebetulan Abu Ibrahim Woyla membawa dua potong lemang. Ketika mampir di situ ABU IBRAHIM WOYLA meminta sedikit air, setelah air itu diberikan Samsul lalu ABU IBRAHIM WOYLA memberikan dua potong LEMANG tersebut kepada Samsul tapi Samsul menolaknya karena menurut Samsul bahwa lemang tersebut adalah sedekah orang yang diberikan kepada ABU IBRAHIM WOYLA.
karena tidak mau diterima Samsul, lemang itu dibuang Abu Ibrahim Woyla yang tak jauh dari tempat duduknya, spontan saja Samsul tercengang dengan tindakan Abu yang membuang lemang begitu saja, karena merasa bersalah lalu Samsul ingin mengambil lemang yang sudah dibuang tersebut, namun sayang, ketika mau diambil lemang itu hilang secara tiba-tiba.

Dalam kejadian lain, Tgk Nasruddin menceritakan suatu ketika (sebelum Tgk Nasruddin menjadi menantu Abu Ibrahim Woyla), tiba-tiba shubuh pagi Abu Ibrahim Woyla datang ke almamaternya ke Pesantren Syeikh Mahmud, kaki Abu Ibrahim Woyla kelihatan sedikit pincang sebelah kalau beliau berjalan. Kedatangan Abu Ibrahim Woyla disambut Tgk Nasruddin dan teman-teman sepengajian lainnya. Lalu Abu meminta sedikit nasi untuk sarapan pagi, "nasinya ada, tapi tidak ada lauk pauk apa-apa Abu" kata Tgk Nasruddin, "Nggak apa-apa, saya makan pakai telur saja, coba lihat dulu di dapur mungkin masih ada satu telur tersisi" jawab Abu Ibrahim Woyla, lalu Tgk Nasruddin menuju ke dapur, ternyata di tempat yang biasa ia simpan telur terdapat satu butir telur, padahal seingatnya tidak ada sisa telur lagi karena sudah habis dimakan.

Lantas sambil menyuguhkan NASI KEPADA ABU IBRAHIM WOYLA,
Tgk Nasruddin bertanya,
"Kenapa dengan KAKI ABU ?"
Abu menjawab "saya baru pulang dari BUKIT QAF (Mekkah), disana banyak sekali tokonya tapi tidak ada penjualnya.
Namun kalau kita ingin membeli sesuatu kita harus membayar di mesin, kalau tidak kita bayar kita akan ditangkap polisi", ABU meneruskan "setelah saya belanja di toko-toko itu lalu saya naik kereta api dan sangat cepat larinya, karena saya takut duduk dalam kereta api itu , maka saya lompat dan terjatuh hingga membuat kaki saya sedikit terkilir, makanya saya agak pincang, tapi sebentar lagi juga sembuh"

Kejadian serupa juga dialami oleh keluarga dekat ABU IBRAHIM WOYLA sendiri, suatu hari Abu mengunjungi salah seorang saudaranya untuk meminta sedikit NASI dengan LAUK SAMBEL UDANG BELIMBING , lalu tuan rumah itu mengatakan pada isterinya untuk menyiapkan nasi dengan sambel udang belimbing untuk Abu IBRAHIM WOYLA, tapi isterinya memberi tahu bahwa pohon belimbingnya tidak lagi berbuah, "baru kemarin sore saya lihat pohon belimbingnya lagi tidak ada buahnya" kata sang isteri pada suuaminya.
Tapi suaminya terus mendesak isterinya "coba kamu lihat dulu, kadang ada barang dua tiga buah sudah cukup untuk makan Abu" katanya.
LALU isterinya pergi ke pohon belakang rumah, ternyata belimbing itu memang didapatkan tak lebih dari tiga buah di pohon yang kemarin sore dilihatnya.

Demikian pula ketika hendak melangsungkan pernikahan anak pertama Abu Ibrahim Woyla, yaitu Salmiah, msyarakat di kampung melihat sepertinya Abu Ibrahim Woyla tidak pedulu terhadap acara pernikahan anaknya. padahal acara pernikahan itu akan berlangsung beberapa hari lagi, tapi ABU IBRAHIM WOYLA tidak MENYIAPKAN APA-APA untuk menghadapi acara pernikahan anaknya itu, bahkan uang pun tidak beliau kasih pada keluarga untuk kebutuhan acara tersebut.
Namun ajaibnya pada hari "H" (hari pernikahan berlangsung) ternyata acara pernikahan anaknya berlangsung lebih besar dari pesta-pesta pernikahan orang lain yang jauh-jauh hari telah mempersiapkan segala sesuatunya.

Begitulah sebagian dari perjalanan riwayat hidup seorang ULAMA DAN AULIYA ABU IBRAHIM WOYLA yang sulit dicari penggantinya di ACEH sekarang ini.
Beliau berpulang ke RAHMATULLAH pada hari SABTU pukul 16.00 WIB tanggal 18 Juli 2009 di rumah anaknya di PASI ACEH KECAMATAN WOYLA Induk, KABUPATEN ACEH BARAT dalam usia 90 TAHUN.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

WALLAHU'AKLAM.
WASSALAM.

Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'GROP KISAH ULAMA ACEH ABU IBRAHIM WOYLA'

ABU IBRAHIM WOYLA.

ULAMA SUFI ACEH,
YANG SANGAT MURAH HATINYA.
---------------------

ABU IBRAHIM WOYLA ADALAH :
ULAMA SUFI KHARISMATIK DARI ACEH BARAT, ia berasal dari PASI ACEH, KECAMATAN WOYLA, ACEH BARAT.
YANG BERNAMA LENGKAP :
ABU IBRAHIM WOYLA BIN TEUNGKU SULAIMAN BIN TEUNGKU HUSEIN.
diperkirakan lahir TAHUN 1919M. Dalam pengembaraan kesufiannya, ia mengawali masa belajar kepada salah seorang ULAMA BESAR di BLANGPIDIE yang berasal dari LHOKNGA yaitu :
ABU SYECH TEUKU MAHMUD
BIN TEUKU AHMAD LHOKNGA atau yang dikenal dengan
ABU SYECH MUD BLANGPIDIE.

Kepada Abu Syech Mud, ABU IBRAHIM WOYLA belajar lebih kurang dua belas tahun.
Selain ABU IBRAHIM WOYLA, murid Abu Syech Mud lainnya SEPERTI :
ABUYA SYEKH MUDA WALY AL-KHALIDY,
Abu Calang Muhammad Arsyad, Abu Adnan Mahmud Bakongan, Abuya Jailani Kota Fajar, Syekh Muhammad Bilal Yatim,
Abu Jakfar Lailon,
Abu Imam Syamsuddin,
Abu Ghafar Lhoknga dan para ulama lainnya.

ABU SYECH MUD, selain dikenal dengan kealimannya, beliau juga seorang ulama yang memaknai kehidupannya dengan PENGAMALAN ILMU TASAUF.

Setelah menyelesaikan pengajian kepada Abu Syech Mud,
ABU IBRAHIM WOYLA juga belajar kepada beberapa ULAMA lainnya seperti kepada
ABU MUHAMMAD ARSYAD yang dikenal dengan ABU CALANG murid dari : ABU KRUENGKALEE dan ABU SYECH MUD.

SEDANGKAN ILMU TAREKAT,
ABU IBRAHIM WOYLA memperdalam kepada :
Abuya Syekh Muda Waly al-Khalidy setelah pulang belajar dari Padang pada era tahun empat puluhan.
Setelah belajar kepada beberapa ulama, ABU WOYLA kemudian mendalami kajian TASAUF secara MENDALAM.
Setelah menjadi seorang yang ALIM, ia mendapat ANUGERAH KEWALIANNYA.

Tidak terhitung cerita-cerita yang beredar di masyarakat tentang KELEBIHAN DARI ULAMA SUFI ABU IBRAHIM WOYLA.
Bahkan ALMARHUM GUS DUR pernah menyebutkan bahwa :
SUFI seperti ABU IBRAHIM WOYLA hanya TINGGAL SATU ORANG LAGI, YAITU DI SUDAN.

ABU IBRAHIM WOYLA pernah berjumpa dengan GUSDUR, sebagaimana ditulis dalam autobiografi Kiyai Abdurrahman Wahid.

Saya pernah melihat ABU IBRAHIM WOYLA yang MEMBAGI-BAGIKAN UANG kepada siapapun yang meminta tanpa terkecuali dan beliau tidak melihat berapa jumlah yang diberikan.
Di kesempatan lain juga cerita yang telah JAMAK diketahui bahwa ABU IBRAHIM WOYLA mampu menempuh jarak RIBUAN KILOMETER dengan waktu yang cepat hanya dengan berjalan kaki.

Namun ada sebuah keistimewaan lainnya, bahwa Abu Ibrahim Woyla sering memberi ISYARAT terhadap PERISTIWA-PERISTIWA besar yang akan terjadi bukan beliau mengetahui yang ghaib, tapi itulah FIRASAT JERNIH yang DIBERIKAN OLEH ALLAH SWT KEPADA PARA HAMBA-HAMBA NYA.
KARENA ABU IBRAHIM WOYLA LIDAH dan HATINYA TIDAK PERNAH KOSONG dari MENGINGAT ALLAH SWT.
Beliau sedikit bicara, kalau pun ingin menyampaikan sesuatu hanya dengan sedikit kata-kata dan isyarat sekedar saja.
Semasa hidupnya, Abu Ibrahim Woyla telah mengayomi masyarakat dengan MUNAJAT dan doanya.
SETELAH BELIAU BERPULANG KERAHMATULLAH , HAMPIR TIDAK PERNAH TERDENGAR SUFI PENGEMBARA SEPERTI BELIAU.

Ada beberapa pelajaran penting dari kehidupan SUFI ACEH tersebut, di antaranya :
PERTAMA :
Abu Ibrahim Woyla mengawali DERAJAT KRSUFIAN beliau MELALUI ILMU dan BELIAU BERGURU kepada PARA ULAMA. KEDUA :
sampainya beliau kepada DERAJAT SEDEMIKIAN RUPA dengan MUJAHADAH yang BENAR, dimana beliau telah menghabiskan banyak waktunya untuk mengembara seraya BERZIKIR MENGAGUNGKAN ASMA' ALLAH SWT.
KETIGA :
ada sisi kedermawanan pada diri ABU IBRAHIM WOYLA yang mau memberi kepada siapapun yang meminta.
KEEMPAT :
BELIAU TIDAK LAGI CINTA KEPADA DUNIA. (FANA)
Karena seorang yang telah sampai pada DERAJAT KASYAF yang hakiki, maka PUJIAN dan CACIAN bagi mereka sama. Antara BATU dan PERMATA bagi mereka tidak berbeda.

KELIMA :
Abu Ibrahim Woyla memiliki kepedulian yang sangat tinggi kepada siapapun tidak melihat kepada UNSUR RAS, golongan dan lain-lain.
Bagi beliau semuanya adalah MAKHLUK ALLAH SWT YANG LAYAK DAN PATUT DIBERIKAN KASIH SAYANG.

BANYAK PELAJARAN BERHARGA LAINNYA DARI KEHIDUPAN SUFI BESAR ACEH TERSEBUT.
Karena membaca perjalanan hidup ABU IBRAHIM WOYLA adalah membaca perjalanan SUFI-SUFI yang kita baca kehidupan mereka seperti DONGENG,
NAMUN BENAR ADANYA. Wallahua’lam.

ABU IBRAHIM WOYLA
WAFAT PADA HARI SABTU,
PUKUL 16.00 WIB, TANGGA 18 JULI 2009 DI RUMAH ANAKNYA DI PASI ACEH KECAMATAN WOYLA INDUK, KABUPATEN ACEH BARAT DALAM USIA 90 TAHUN.

mohon maaf
bila ada salah dan tersilap
dalam catatan ini.

GROP :
KISAH ULAMA ACEH

WALLAHU'AKLAM.
WASSALAM.

Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'GROP KISAH ULAMA ACEH ABU IBRAHIM WOYLA'