TGK.ABANG MARTHUNIS

TGK.ABANG MARTHUNIS

Monday, August 17, 2020

TUNGGKU ABU KUTA KRUENG

 

TGK H USMAN BIN TGK ALI 

 Haba ASA News 

  • Ulama Kharismatik Aceh
  • Biografi Tgk H Usman Bin Tgk Ali (Abu Kuta Krueng)

    TGK H USMAN BIN TGK ALI Lahir di Kuta Krueng Pidie Jaya pada tanggal 31 Desember 1940 dengan nama lengkap Tgk H Usman bin Tgk Ali. Setelah menyelesaikan Sekolah Rakyat (SR) Tgk H Usman langsung menggeluti pengetahuan Islam di Dayah Ma’hadal Ulum Diniyyah Islamyyah (MUDI) Mesra Samalanga – Bireuen, semasa mengaji di Dayah MUDI Mesra Samalanga telah nampak terlihat kepribadian seorang ulama, mulai dari sifat, karakter hingga kemampuan menyerap berbagai ilmu pengetahuan dengan cepat.

    Sebagai seorang murid, Tgk H Usman selalu menghormati gurunya, hingga ilmu yang beliau peroleh-pun mengandung keberkatan (bermanfaat), karena dalam keyakinan aneuk dayah memuliakan dan menghormati guru merupakan salah satu factor keberkatan pada ilmu. Dan hal ini dipraktekkan dalam keseharian Tgk H Usman, walhasil sepulang dari dayah MUDI Mesra Samalanga beliau mendirikan Dayah Darul Munawwar di Kuta Krueng, Bandar Dua yang dulunya tunduk ke kabupaten Pidie, namun sekarang masuk wilayah kabupaten Pidie Jaya setelah pemekaran pada tahun 2007 lalu.


    Kehadiran Tgk H Usman yang akrab disapa Abu Kuta Krueng dalam kancah pendidikan di Aceh telah menoreh catatan sejarah Aceh sebagai bumi seribu dayah dan satu lagi bertambah lampu penerang di bumi Serambi Mekkah. Hari ini Abu Kuta dipandang sebagai seorang tokoh ulama karismatik Aceh yang selalu dihormati dan menjadi kebanggaan orang Aceh.

    Abu Kuta Krueng : Umat Islam Jangan Terlalu Sibuk Dengan Urusan Dunia   
     Ulama kharismatik Aceh, Tgk. H. Usman Kuta Krueng menghimbau umat Islam agar tidak terlalu menyibukkan diri dengan urusan duniawi sehingga melupakan urusan akhirat.
    “Umat Islam yang ada di seluruh penjuru dunia kini sedang menyambut datangnya bulan Ramadan, tujuan bulan Ramadan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, kalau kita terus disibukkan dengan urusan duniawi termasuk bekerja tanpa henti, maka tujuan ini akan gagal dicapai,” demikian diantara beberapa nasehat yang disampaikan Abu Kuta Krueng ketika menyampaikan khutbah Jumat pada pelaksanaan ibadah salat Jumat untuk yang pertama kalinya di Masjid Imum Syafi’i Desa Teupin Kupula, Kecamatan Jeunib, Kabupaten Bireuen, Jumat, (12/6/2015)
    DOC

    Sosok Abu Kuta Krueng, Ulama Tasawuf Aceh dan Pengakuan Abu Tumin atas Keberkahan Beliau



    Siapa yang tidak mengenal Abu Kuta Krueng? Pasti semuanya kenal dengan sosok ulama kharismatik Aceh ini. Bahkan namanya masyhur hingga keluar negeri. Nama beliau Tgk H.Usman Ali dan lebih dikenal dengan sebutan Abu Kuta Krueng.

    Beliau adalah salah satu ulama shufi di Aceh. Abu Kuta Krueng adalah sosok ulama yang sangat disegani di Aceh dan sangat dicintai oleh masyarakat Aceh. Hal ini karena karamah dan kebarakah-an yang ada pada diri beliau.  (Simak penuturan Abu Tumin berikut ini mengenai keberkahan Abu Kuta Krueng)


    Maka dalam Setiap harinya tidak henti-hentinya tamu yg berdatangan ke rumah Abu Kuta Krueng untuk mencari barakah dan ingin didoakan agar segala hajatnya di kabulkan oleh Allah Swt.

    Abu Kuta Krueng adalah salah satu ulama tertua di Aceh. Ribuan bahkan ratusan ribu masyarakat Aceh pernah belajar ilmu agama kepada beliau sehingga beliau sangat berjasa dalam memperbaiki akhlak anak Aceh.

    Dayah yang beliau dirikan beberapa puluh tahun yang lalu, yaitu Dayah Darul Munawwarah yang berada dalam Desa Kuta Krueng dan Peulakan,Ulee Gle kini telah berkembang pesat bahkan santri santri yang belajar di dayah tersebut juga berasal dari luar Aceh. Bahkan dari luar negeri. Diedit oleh admin Tastafi.com dari sumber asli di link ini.
    DOC


    https://youtu.be/7nr5cTeXBf4
    https://youtu.be/7nr5cTeXBf4
    #Darulmunawwarah #kutakrueng #ulamaaceh

    Abu Ishaq Langkawe Menceritakan Bukti Karamah Abu Kuta Krueng

    1.823 x ditonton
    11 Nov 2019

    https://youtu.be/TYne74wn4KI
    https://youtu.be/TYne74wn4KI
    Bukti Keuramat (Karamah) Abu Kuta Krueng Dan Tgk Syiek Dipasi
    2.021 x ditonton
    3 Feb 2020
    Abu Lamkawe bernama lengkap Tgk H Ishaq Ahmad yang berasal dari gampong kandang,Kembang Tanjong,Pidie,Aceh Adalah salah satu Ulama Kharismatik Aceh Alumni Dayah MUDI MESRA SAMALANGA.Abu lamkawe adalah Murid Langsung dari Abon Aziz Samalanga.Abu Lamkawe adalah satu satunya Ulama Aceh saat ini yang Ahli di bidang Ilmu 'Arudz yaitu ilmu Nazam Arab.

    TUNGGKU ABU LAM ATEUK

     


    Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'ABU MUHAMMAD ZAMZAMI'


    ABU LAM ATEUK.
    ABU MUHANMAD BIN ZAMZAMI.
    (1936 – 1999)
    ----------------------
    ABU PERTI
    ABU MAMPLAM GOLEK.
    ----------------------

    ABU LAM ATEUK TERLAHIR DI LAMBARO DAYAH PADA TAHU 1936 M.
    AYAH BELIAU BERNAMA :
    TUNGKU ZAMZAMI, Dan IBUNYA bernama UMMI SAKDIAH.
    NAMA LENGKAPNYA :
    MUHAMMAD BIN ZAMZAMI, sejak keci bersekolah di Sekolah RAKYAT di BUENGCALA adalah satu-satunya pendidikan formal yang ABU ikuti
    ( sekitar 1943 – 1947),
    tidak sempat menamatkan SEKOLAH TINGKAT DASAR INI
    (hanya 4 tahun dari semestinya 6 tahun), beliau diantarkan AYAHNYA KE ULEE TITI PIMPINAN ABU ISHAK AL-AMIRY untuk mengikuti Pendidikan DAYAH PERTAMA BELIAU DAN BERGURU DENGAN ABU ISHAK, TGK DAUD FATHANI GANI dan BEBERAPA GURU YANG LAIN.

    SELAMA 3 TAHUN
    (Sekitar 1947 – 1950)
    DI ULEE TITI, beliau MERANTAU BERSAMA :
    TUNGKU SUID Dan
    TUNGKU NEH LAMBAED KE ACEH SELATAN TEPATNYA DI GAMPONG TRIENGGADENG MEUDUROE, SAWANG untuk BELAJAR AGAMA PADA
    ABU ISHAK, ULAMA YANG ALIM
    4 MAZHAB dan LEBIH DIKENAL DENGAN SEBUTAN :
    TUNGKU JEUNIEB.
    Selama 3 tahun
    (Sekitar 1950 – 1953) dalam keadaan EKONOMI yang SANGAT PAS-PASANG ABU MENGAJI DI SAWANG.

    Kemudian setelah mendapatkan izin dari ABU ISHAK beliau MELANJUTKAN PENDIDIKAN DAYAH DI LABUHAN HAJI
    (1953 – 1968) dan BERGURU kepada beberapa ULAMA BESAR MURID DARI ABUYA MUDA WALY, ANTARANYA :
    ABU USMAN FAUZI LUENG IE,
    ABU DAUD ZAMZAMI,
    ABU MUHAMMAD AMIN
    (Tu Min) dan juga ULAMA-ULAMA lain YANG MENGAJAR KITAB-KITAB KUNING pada awal-awal ABU menetap di DAYAH LABUHAN HAJI.

    Pada saat itu,sangat banyak pelajar-pelajar sebagai teman seperjuangan dengan ABU,
    SEPERTI :
    TGK. RAMLI LAMBARO,
    TGK. RAMAN
    TGK. ABDULLAH KLIENG Baitussalam,
    TGK. RAZAQ COT BEUT,
    TGK. HARUS PANTON LABU,
    TGK. KARIMUDDIN MULIENG,
    TGK. YUNUS MULIENG,
    TGK. ALI MUDA ACEH UTARA
    dan LAIN-LAINNYA.

    Dua tahun pasca meninggalnya ABUYA MUDA WALY, berbetulan dengan ABUYA MUHIBBUDDIN melanjutkan STUDI ke AL AZHAR MESIR, ABUYA JAMALUDDIN STUDI ke BANDA ACEH dan keseluruhan DEWAN GURU DI DAYAH DARUSSALAM LABUHAN HAJI pada saat itu PULANG KE daerah MASING-MASING, hingga menyisakan ABU LAM ATEUK
    dan ABU ADNAN PULO ACEH SEBAGAI GURU dengan secara tidak resmi kedua Abu ini menjabat sebagai PENGELOLA dan PENGURUS DAYAH.

    ketika itu dan keduanya mengajar siang dan malam untuk melayani para pelajar di DAYAH LABUHAN HAJI dengan permintaan DARI UMMI PADANG YAITU :
    UMMI HJ. RASIMAH hingga berjalan sampai TAHUN 1968, TERMASUK KETIKA ABU ADNAN PULANG KE PULO ACEH pada TAHUN 1965, ABU MENGAJAR DUA KELAS LANGSUNG, 6 A dan juga 6 B yang DITINGGALKA
    ABU PULO.

    Pada suatu ketika dalam
    tahun 1968,
    (Almarhum) ABU ABDULLAH LAMCEU mengirimkan sepucuk surat BERBAHASA JAWA KEPADA ABU, berisikan ajakan untuk pulang mengingat hal besar sedang terjadi dikampung halaman, YAITU PERSELISIHAN BESAR tentang IYADAH ZUHUR
    DI MESJID TUHA ATEUK.

    ABU meminta IZIN KEPADA
    UMMI PADANG dan UMMI MANGGENG, namun UMMI menahan kemauan ABU untuk pulang, saat meminta izin selanjutnya ABU tunjukkan langsung surat tersebut kepada UMMI PADANG dan UMMI pun mengizinkannya dengan CATATAN KEMBALI LAGI KE LABUHAN HAJI.

    Pulang dari ACEH SELATAN
    KE LAM ATEUK dengan BERBEKAL SEPEDA ONTEL dan DITEMANI OLEH :
    TGK. MAHYIDDIN BASYAH LAM ASEAN dan ABI THANTAWI yang saat itu baru saja menyelesaikan Sekolah Rakyat (sekitar 13 Tahun) dan membutuhkan 3 hari 3 malam perjalanan untuk SAMPAI TIBA BANDA ACEH.

    Sekitar Dua bulan lamanya ABU berada kampung halaman untuk menyelesaikan masalah yang bergejolak saat itu disamping juga beliau bermusyawarah dengan warga sekitar, YAITU WARGA GAMPONG LAMBAED, LAMBAED dan LAM ASAN untuk mewujudkan PENDIRIAN DAYAHNYA dan DILANJUTKAN dengan GOTONG ROYONG bersama masyrakat sekitar untuk mencari bahan-bahan kayu untuk pembangunan bilek-bilek dan balai pada pendirian awal.

    Kemudian, sesuai JANJI ABU dengan UMMI, beliau pun KEMBALI KE LABUHAN HAJI BERSAMA TGK MAHYIDDIN, lebih tepatnya beliau kembali untuk meminta izin dalam rangka mengabdi dan mengelola DAYAH sendiri di kampung halamannya LAM ATEUK.

    DAYAH ISTIQAMATUDDIN DARUL MUARRIF, DAYAH ABU dirikan pada TAHUN 1968 dan diresmikan langsung pada tahun 1969 OLEH BAPAK BUPATI ACEH BESAR SAAT ITU, IBRAHIM SAIDI.

    Pada awal mulanya, abu mengajar sendiri pada jam malam dan bakda shubuh juga mengajar berbentuk daurah yang diikuti MURID-MURID BELIAU yang juga ALUMNI LABUHAN HAJI yang BERASAL dari SEKITARAN LAM ATEUK.

    Pada Tahun 1971 ABU Menikahi UMMI MARIANI BINTI MUSA dan tahun 1982 didirikannya DAYAH UNTUK KAUM PEREMPUAN
    YAITU :
    ISTIQAMATUDDIN DARUL MUARRIF.
    ABU di rumah beliau sendiri di GAMPONG MEULAYO.

    ABU MELAKUKAN PERJALANAN
    KE TIMUR TENGAH pada TAHUN 1995, SETAHUN KEMUDIAN,
    ABU MELAKSANAKAN HAJI PADA TAHUN 1996.

    MENINGGAL PADA TANGGAL 27 OKTOBER 1999/ 17 Rajab 1420 H.
    DAN DIMAKAMKAN DALAM KOMPLEKS DAYAH DARUL MUARRIF.
    Dari pernikahannya dengan Ummi Mariani, ABU MEMILIKI 7 ORANG ANAK, YAITU :
    TGK. Mukramati,
    TGK. H. Mufaddhal (Pimpinan Dayah Ist. Darul Muarrif),
    TGK. Muhaffazh (Pimpinan Dayah Istiqamatuddin Darul Muarrifah), TGK. MUHAMMADON ,
    TGK. Muhamadan,
    TGK. Muhammadin,
    TGK. AHMADA.

    Murid-murid beliau beredar diseluruh pelosok daerah di ACEH hingga ke beberapa PROVINSI dalam SUMATERA, seperti JAMBI, RIAU, PALEMBANG dan PADANG, juga dari NEGERI MALAYSIA. Dalam jumlah yang sangat banyak tersebut, beberapa diantaranya mendirikan dayah juga dikampung halaman MASING-MASING SEPERTI :
    TGK. H. M. Yusuf Ulee Gle,
    Tgk. H. Munir
    (keduanya ini adalah Murid beliau di Labuhan Haji dan juga di Lam Ateuk),
    Tgk. Thantawi Jauhari (pimpinan Dayah Darul Muarrif edisi tahun 1999 hingga 2003/ almarhum), TGK. H. Ramli, (Abati Krueng Mane),
    TGK. H. MAHMUDDIN
    (Pimpinan Dayah Seurambi Aceh Meulaboh),
    TGK. MAHDI, M. DAUD
    (Menantu Almarhum ABU, Pimpinan Dayah Darul Muarrif edisi tahun 2003 hingga 2015 dan juga Pimpinan Dayah Istiqamatuddin DARUSSALAM Montasik),
    TGK. H. Martunis ZAMZAMI (Pimpinan Dayah Darul Huda Sawang Aceh Selatan),
    TGK. Thaharuddin (Pimpinan Dayah Raudhah Kuala Bate Abdya/ Almarhum),
    TGK. Syariffuddin BIDOK (Pimpinan Dayah Daruzzahidin Bidok Pidie Jaya),
    TGK. Zulkifli Lamno (ABU DON), TGK. H. HUSNUL MANAN (Pimpinan Dayah Kampong Meulum),
    TGK. SYUKUR PEUKAN BARU,
    TGK. MAHYUDDIN PAHANG
    (pengelola pesantren di Mengkarak Pahang),
    TGK. M. ADHA Selangor (Pimpiinan Ma’had Darul Mu’arrif di Selangor Malaysia) dan BANYAK ULAMA-ULAMA lainnya YANG TERSEBAR.

    ABU MUHAMMAD ZAMZAMI merupakan merupakan sosok ULAMA ACEH yang sangat keras dan ketat dalam MEMEGANG RU'YATUL HILAL sebagai penentukan AWAL RAMADHAN.
    Dalam banyak kesempatan, baik waktu mengajar santrinya maupun kuliah umum di tengah masyarakat, beliau sering menekankan kewajiban umat Islam untuk menjadikan RU'YATUL HILAL sebagai pedoman dalam menentukan AWAL RAMADHAN dan sekaligus mengecam amalan sebagian ulama lain yang menyepelekan kewajiban ini dengan mengambil ilmu hisab sebagai pengganti RU'YATUL HILAL.

    Tidak heran sikap keras beliau ini menjadi kontraversial di tengah masyarakat Aceh, mengingat banyak juga ulama Aceh yang tidak sependapat dengan pendapat beliau ini, bahkan sikap beliau ini terkadang mendapat kecaman balik dan serangan tidak sedap dari pihak yang merasa terganggu dengan fatwa beliau ini.
    Apalagi konsekwensi berpegang dengan RU'YATUL HILAL ini, KADANG-KADANG MENGAKIBATKAN TERJADI PERBEDAAN dengan PENGUMUMAN PEMERINTAH dalam menentukan AWAL RAMADHAN.

    HARAM HUKUM MEROKOK
    ------------
    Rokok atau tembakau merupakan sesuatu yang baru dikenal dalam sejarah Islam.
    MUHAMMAD BIN SULAIMAN AL-KURDIY AL-MADANY mengatakan pembicaraan tentang tembakau terjadi setelah seribu tahun atau abad kesepuluh Hijrah.
    Karena itu, tidak heran telah terjadi KHILAF ULAMA TENTANG KEHARUSAN dan kehalalan TEMBAKAU.
    Telah banyak karangan-karangan tentang tembakau ini dan dibahas panjang lebar dengan dalil-dalil pendukung pendapat masing-masing.
    KHILAF tentang TEMBAKAU ini TERJADI DIANTARA ULAMA MUTA-AKHIRIN dari pengikut IMAM yang yang empat.
    (Bughyatul Mustarsyidin/260).

    Konon kabarnya, pada waktu menimba ILMU PENGETAHUAN AGAMA di DAYAH DARUSSALAM LABUHAN HAJI,
    ALMARHUM ABU merupakan seorang PEROKOK BERAT.
    Namun setelah beliau melakukan kajian dan mengikuti argumentasi-argumentasi sekitar masalah ROKOK, pendapat beliau tentang rokok berubah total. Awalnya beliau lebih cendurung rokok itu halal, kemudian menjadi seorang ulama yang sangat gigih mempertahankan fatwa rokok itu haram.

    Tarjih pendapat haram ini, beliau kemukakan dalam banyak kesempatan secara terbuka, sehingga tidak heran pernyataan-pernyataan beliau tentang keharaman MEROKOK ini menimbulkan PRO dan KONTRA di tengah MASYARAKAT ACEH pada masa itu.
    Pro dan kontra ini muncul mengingat mayoritas ULAMA ACEH pada masa beliau tidak MENGHARAMKAN ROKOK, meskipun banyak juga ULAMA ACEH tidak MEROKOK.
    Kalaupun ada sebagian kecil ulama mengharamkannya tapi tidak berani memfatwakan secara terbuka kepada masyarakat.

    Keharaman ROKOK ini OLEH ABU juga DIBERLAKUKAN DALAM PERATURAN DAYAH DI DAYAH BELIAU, DAYAH DARUL Muarrif. Misalnya larangan merokok bagi santri, persyaratan menjadi IMAM SHALAT DI DAYAH HARUS SEORANG YANG BEBAS DARI MEROKOK, PEROKOK DIANGGAP FASIK.

    Apabila kita telusuri dari berbagai LITERATUR FIQH, kita menemukan beberapa argumentasi atas keharaman rokok, antara lain :

    Merokok merupakan sikap menjatuhkan diri dalam kebinasaan.
    Larangan menjatuhkan diri dalam kebinasaan ini dijelaskan antara lain DALAM FIRMAN ALLAH TA'ALLA BERBUNYI :

    Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam KEBINASAAN.
    (QS. Al-Baqarah: 195).

    Penjelasan lain dapat dipahami dari HADITS NABI SAW BERBUNYI :
    Tidak boleh memudharatkan diri sendiri dan juga memudharatkan orang lain.
    (HR. Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, al-Baihaqi dan al-Hakim)

    Diantara ULAMA yang mengharamkan rokok karena termasuk benda yang memudharatkan tubuh adalah :
    QALYUBI, PENGARANG KITAB HASYIAH QALYUBI ‘ALA SYARAH AL-MIHAJ.

    (Qalyubi, Hasyiah Qalyubi ‘ala Syarh al-Minhaj, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Juz. I, Hal. 69)

    Rokok termasuk benda yang memabukkan. Kalau ada yang mengatakan jarang sekali terdapat orang mabuk karena menghisap rokok,
    maka jawabannya disaat seseorang merokok sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupannya, maka rokok sudah seperti makanan kebutuhan baginya.
    Sehingga tidak heran rokok tidak berpengaruh mabuk baginya sebagaimana halnya orang yang sudah terbiasa mengkonsumsi minum keras yang memabukkan.

    Hadits Nabi SAW yang secara khusus mengindikasikan keharaman rokok, berbunyi :

    Berkata al-Hasawi dalam Tatsbitul Fuad min Kalami al-Quthub al-Hadad :
    Aku berkata : aku telah melihat Mu’ziwan litafsir al-Muqna’ al-Kabir berkata Nabi SAW :

    Hai Abu Hurairah, akan datang suatu kaum pada akhir zaman yang selalu berkekalan dengan ini dukhan (asap), mereka berkata : “kami adalah umat Muhammad”, padahal mereka tidak termasuk umatku dan tidak akan aku katakan pada mereka sebagai umat, tetapi mereka adalah golongan binatang yang makan rumput di tempat gembalaan.
    Abu Hurairah berkata :
    “Aku tanyai NABI SAW : bagaimana dia tumbuh ?
    NABI SAW menjawab :
    Dukhan itu tumbuh dari dari kencing iblis, maka adakah sama iman dalam hati orang-orang yang meminum kencing syaithan, padahal telah dilaknat orang-orang yang menanam, memindah dan menjualnya”. BERSABDA NABI SAW :

    Yang artinya :
    Allah akan memasukkan mereka dalam API NERAKA dan SESUNGGUHNYA DIA (dukhan) itu tumbuhan yang keji
    (Bughyatul Mustarsyidin - 260).

    Berkata Sayyed Abdurrahman bin Muhammad A’lawy, tembakau itu dikenal sebagai seburuk-buruk dari yang KEJI karena padanya menghilangkan marwah dan harta dan orang-orang yang mempunyai marwah tidak akan memilih menggunakan tembakau, baik untuk dimakan, dimasukkan dalam rongga hidung ataupun dihisap.
    Sesungguhnya para imam yang sudah sampai tingkat kesempurnaan telah mengifta’ dengan haramnya SEPERTI : al-Quthub Sayyidina Abdullah al-Hadad dan Alamah Ahmad al-Hadwaan sebagaimana telah menyebut oleh :
    AL-QUTUB AHMAD BIN UMAR BIN SMITH dari keduanya dan dari lainnya ULAMA-ULAMA yang setingkat mereka.

    Al-Habib al-Imam al-Husain ibnu asy-Syaikh Abi Bakar bin Salim telah membahas dengan panjang lebar terhadap pelarangannya, beliau berkata :
    “AKU KUATIR ATAS ORANG-ORANG YANG YANG TIDAK TAUBAT DARI TEMBAKAU SEBELUM MATINYA BAHWA DIA MATI DENGAN : SU-I KHATIMAH, mudah-mudahan perlindungan ALLAH DARINYA.

    Alamah Abdullah Basudan telah membahas dengan rinci dengan melakukan mengutip riwayat-riwayat tentang tembakau dalam kitab Faidhul Asrar dan SYARAH AL-KHUTBAH dan beliau menyebut ulama-ulama yang mengarang tentang pengharaman tembakau seperti :
    al-Qalyubi dan Ibnu ‘Alan.
    Beliau juga mendatang hadits tentangnya.
    (Bughyatul Mustarsyidin/260). [marmus/dari berbagai sumber).
    ---------------

    riwayat 2.

    ABU AHMAD PERTI
    (ABU MUHAMMAD BIN ZAMZAMI)
    -----------------
    ABU MUHAMMAD BIN ZAMZAMI
    Beliau merupakan keturunan KELUARGA ULAMA dan pejuang yang kental dalam MELAWAN kolonialisme BELANDA dan pendudukan JEPANG.

    Pada masa pendudukan,
    kedua orang tua Abu :
    (TGK ZAMZAMI & Ummi SAKDIAH)
    mengalami masa-masa sulit
    dan hidup dalam keadaan berpindah-pindah.
    Keadaan ini membuat ayah beliau bercita-cita agar Muhammad kecil nantinya dapat fokus dalam dunia ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi seorang ALIM ULAMA yang dapat mengangkat HARKAT dan MARTABAT BANGSA ini, sekaligus meneruskan garis keturunan keluarga yang telah bersemi.

    ABU masih ada hubungan darah dengan :
    TGK CHIK TANOH MIRAH BOENGCALA ACEH BESAR,
    YAITU : SEORANG ULAMA BESAR dan juga pejuang yang MELAWAN KAFIR BELANDA BERSAMA-SAMA dengan
    TGK . CHIK DI TIRO dan TGK . CHIK TANOH ABEE.
    Sehingga pada saat itu Dayahnya yang berada di boengcala, aceh besar telah dibakar oleh kolonial belanda.

    Almarhum TGK CHIK. akhirnya syahid di medan pertempuran tepatnya di Tangse, Kabupaten pidie, dan dikuburkan disana juga, (ada yang mengatakan Almarhum syahid di boengcala, namun pendapat kuat mengatakan di Tangse).

    Abu Muhammad Zamzami atau Abu Ahmad Perti, melakukan pengembaraan dalam menuntut ilmu dari dayah ke dayah.
    Setelah belajar di Sekolah Rakyat di Boengcala, Aceh Besar, beliau menuntut ilmu agama untuk pertama kalinya secara formal di Dayah Ulee Titie pada seorang Ulama Kharismatik saat itu, yaitu :
    Almarhum ABU ISHAK
    (Abu dari Tgk. Athailah Ulee Titie) selama 5 tahun.

    Setelah itu beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan hingga ke pantai barat selatan Aceh tepatnya Aceh Selatan, tepatnya lagi di Desa TRIENG MEUDUROE, Sawang, dan belajar pada ABU ISHAK selama 3 TAHUN.

    Abu merasakan ilmunya yang di terima dari ABU ISHAK masih belum cukup, akhirnya ABU ‘HIJRAH’ lagi untuk mencari ILMU, hingga akhirnya berlabuh di :
    DAYAH DARUSSALAM, LABUHAN HAJI,
    (Labuhan Haji Barat sekarang)
    dan BERGURU pada :
    ABUYA SYEIKH HAJI MUDA WALY al KHALIDY, selama lebih dari 14 TAHUN.

    Kalau kita renungkan sejenak tentang perjalanan ABU AHMAD PERTI dalam mencari ilmu, di situ terpampang jelas bahwa ciri khas dari ULAMA Aceh dulu yang murni dan haus akan pencarian ilmu pengetahuan.
    Dan hal ini menjadi wajar karna ABU mempunyai garis keturunan ulama yang ada padanya.

    ABU AHMAD DIKENAL SEBAGAI : ABU AHMAD PERTI, dikarenakan kiprah beliau didalam organisasi ISLAM AHLI SUNNAH WALJAMA’AH tersebut begitu BESAR.
    Baik itu berupa perjuangan hingga pengorbanan beliau dalam menegakkan dan mempertahankan tujuan organisasi islam tersebut.

    GROP :
    KISAH ULAMA ACEH

    WALLAHU'AKLAM.
    WASSALAM

    DOC

    Arya

    GROP :
    KISAH ULAMA ACEH

    TUNGKU ABU TUMIN BLANG BLADEH

     

    ABU TUMIN
    BLANG BLADEH
    ------------

    ABU TU MIN MEMILIKI NAMA LENGKAP :
    ABU H. MUHAMMAD AMIN juga DIKENAL DENGAN LAQAB :
    ABU TUMIN BLANG-BLAHDEH adalah SEORANG PIMPINAN DAYAH AL MADINATUDDINIYAH BABUSSALAM BLANG-BLAHDEH DI BIREUEN.

    DAYAH ini DIDIRIKAN PADA TAHUN 1890 OLEH TGK H. IMAM HANA FIYAH yang MERUPAKAN KAKEK : ABU TU MIN.
    ABU TU : adalah salah satu MURID ABUYA MUDA WALY dan SYEIKH MUHAMMAD HASAN AL-ASYI AL-FALAKI atau YANG LEBIH DIKENAL DENGAN :
    TEUNGKU HASAN KRUENG KALEE.

    ABU TU - ADALAH SEORANG AHLI FIQH MAZHAB SYAFI'I dan AHLI THARIQAT AL-HADDADIYAH serta SANGAT MENGUASAI KITAB SYARAH AL-HIKMAH KARYA SYEIKH 'ATHAILAH ASSAKANDARI.

    KELUARGA ABU TU YANG DIKENAL SEBAGAI KELUARGA yang PAHAM akan AGAMA ISLAM.
    HAL INI DIBUKTIKAN DARI SILSILAH KELUARGANYA DIMANA KAKEKNYA YANG bernama ABU HANAFIAH adalah SEORANG PENDIRI SEKALIGUS GURU AGAMA di desa GAMPONG BLANG DALAM dan AYAHNYA YANG BERNAMA :
    TEUNGKU MUHAMMAD MAHMUD atau LEBIH DIKENAL DENGAN :
    TEUNGKU MUDA LEUBE
    ADALAH SALAH SEORANG GURU di DAYAH yang DIBANGUN oleh ABU HANAFIAH.
    TEUNGKU MUHAMMAD MAHMUD SENDIRI SEMASA HIDUPNYA PERNAH BERGURU KEPADA TEUNGKU HASAN KRUENG KALEE yang merupakan salah satu ULAMA BESAR pada masa itu.

    TGK MUHAMMAD MAHMUD MEMILIKI TIGA ORANG ISTRI YAITU : NYAK TI
    Tidak memiliki keturunan.

    JUWAIRIAH.
    1 Halimah,
    2 Habsah
    3 Syarifuddin,
    5 JAFAR

    KHADIJAH.
    1 MUHAMMAD AMIN ( ABU TU ), 2 MUHAMMAD ALI,
    3 NASRUDDIN,
    4 ZAINUDDIN,
    5 MUSTHAFA,
    6 HENDON,
    7 ABDULLAH,
    8 FATIMAH
    9 ILYAS.

    ABU TU : TERLAHIR PADA TANGGAL 17 AGUSTUS 1932
    DI GAMPONG KUALA JEUMPA KECAMATAN JEUMPA , BIREUEN. KETIKA KECIL ABU TU, LEBIH BANYAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN daripada pendidikan umum.
    Pendidikan umumnya didapatkan dari Inlandsche Volkschool (sekolah dasar rakyat) hingga kelas tiga karena masuknya JEPANG KE ACEH.

    PENDIDIKAN AGAMANYA DIDAPATKAN dari DAYAH yang DIDIRIKAN oleh KAKEKNYA, SELAIN itu ABU TU : JUGA BELAJAR DI DAYAH PULO REUDEUP, KECAMATAN JANGKA, BIREUEN SERTA
    DAYAH DARUSSALAM , LABUHAN HAJI, ACEH SELATAN.

    SETELAH MENEMPUH PENDIDIKAN SELAMA TUJUH TAHUN maka pada TAHUN 1959, ABU TU KEMBALI ke KAMPUNG HALAMANNYA dan MENGAJAR di DAYAH yang DIDIRIKAN OLEH KAKEKNYA.

    ABU TU MENIKAH PADA TAHUN 1964 DENGAN SEORANG WANITA YANG BERNAMA MUJAHIDAT.
    MUJAHIDAT sendiri adalah PUTRI dari PAMAN NYA yang BERNAMA TEUNGKU HUSIN.
    Pernikahan ini sendiri adalah
    hasil perjodohan yang dilakukan oleh KEDUA orang TUA mereka.

    ABU TU - ADALAH SALAH SATU ULAMA PALING BERPENGARUH di ACEH pada SAAT INI. IA SERINGKALI DIMINTAi PENDAPAT OLEH PEMERINTAH ACEH mengenai hal-hal yang berkaitan dengan HUBUNGAN PEMERINTAH dan AGAMA.
    Setiap pendapat yang dikeluarkannya tidak pernah DIBANTAH oleh ULAMA-ULAMA lainnya dan bahkan itu menjadi sebuah FATWA yang DISEPAKATI.

    SELAIN AKTIF di DAYAH yang didirikan oleh kakeknya, ABU TU juga AKTIF di MAJELIS Permusyawaratan ULAMA (MPU) ACEH pada MAJELIS SYUYUKH atau DEWAN PENASEHAT bersama dengan beberapa ULAMA LAINNYA. BERKAT PARA SANTRINYA yang TELAH LULUS dan mendirikan DAYAH di kampung HALAMANNYA SENDIRI maka pendapat-pendapat ABU TU juga ikut tersebar luas di BEBERAPA KABUPATEN DI ACEH.

    TIDAK HANYA di KALANGAN MURID-MURIDNYA, PENDAPAT ABU TU juga DIJADIKAN SEBAGAI RUJUKAN UNTUK MENYELESAIKAN KONFLIK SOSIAL.
    IA SERING DIMINTAI pendapat oleh PIHAK-PIHAK yang BERTIKAI SAAT KONFLIK ACEH BERLANGSUNG.
    Selain itu PADA TAHUN 2009, ia juga terlibat untuk menyelesaikan KONFLIK tapal batas GAMPONG COT BADA dan TEUPOK BAROH YANG tidak DAPAT DISELESAIKAN oleh UNSUR MUSPIDA SETEMPAT pada MASA ITU.

    REFERENSI.
    ABU TUMIN :
    BIOGRAFI ULAMA DAYAH ACEH (1932-2017).

    ------------------
    RIWAYAT 2.
    ------------------
    ABU TUMIN BLANG BLADEH DARI SEJAK KECIL HINGGA DEWASA.
    ------------------

    ABU TUMIN BLANG BLADEH, PIMPINAN DAYAH AL-MADINATUDDINIYAH Babussalam Blang Bladeh.
    Tgk. H. Muhammad Amin
    atau lebih akrab disapa dengan sebutan :
    ABU TUMIN merupakan salah SATU ULAMA KHARISMATIK ACEH, lahir di desa Kuala Jeumpa, kemukiman Blang Bladeh Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen pada tanggal 17 Agustus 1932.

    ABU TUMIN menikah pada hari Jum’at 13 Rajab 1384 dari pasangan Ayah Tgk. H. Mahmud Syah dan ibu Khadijah. Istri Abu Tumin Ummi Mujahidah. Dari pernikahannya ini lahirlah anak-anaknya : Khairiyah Faridah Amirullah Syahirman Haidar Syahminar Muhammad Khadijatul Mutsanna Marhaban Isyatul Mardhiah.

    Terlahir dengan mewarisi darah ulama dan menjejakkan kaki pertamanya di bumi juga di tanah Dayah yang dipimpin oleh kakeknya Tgk. H. Hanafiah, seolah menjadi sugesti bagi
    Tgk. Muhammad Amin muda untuk terus bergelut dengan ilmu pendidikan agama.

    Karenanya semenjak kecil beliau sudah memperlihatkan minat besar dalam belajar agama. Kala itu beliau belajar agama langsung pada orang tuanya Tgk. H. Mahmudsyah (Tgk. Muda) dan kakeknya Tgk. H. Hanafiyah (Tgk. Tua) di samping itu beliau juga belajar pendidikan formal di Vervolkschule.

    Setelah beberapa lama belajar di dayah kakeknya, sampailah Tgk. Muhammad Amin muda pada kesimpulan untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi, akhirnya ia memilih untuk menempuh perjalanan religius nya ke kawasan selatan Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya di daerah Labuhan Haji, tempat dimana Al-Mukarram Syekh H. Muhammad Muda Wali Al-Khalidy (Abuya Muda Wali) mengasuh sebuah Dayah Salafi yang kelak melahirkan ratusan ulama yang tersebar di seluruh Aceh maupun luar Aceh.

    Di antara deburan ombak dan hembusan angin pantai Samudera Hindia, di sanalah Tgk. Muhammad Amin muda dan ratusan santri lainnya mendapat transferan ilmu dari ABUYA sebelum akhirnya beliau kembali ke Negeri Jeumpa pada tahun 1960 untuk melanjutkan estafet kepemimpinan dayah warisan kakeknya yang sudah berdiri sejak tahun 1890. Dayah yang berlokasi satu komplek dengan dengan masjid Jami’ kemukiman Blang Bladeh ini pada awalnya belum mempunyai nama, hanya dikenal dengan sebutan “RANGKANG”.
    Baru di masa kepemimpinan Abu Tumin dayah tersebut beliau beri nama dengan Al-Madinatuddiniyah Babussalam.

    Semenjak kepemimpinan beliau, Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini terlihat pada acara Haul perayaan 57 tahun berdirinya Dayah tersebut yang diselenggarakan pada tanggal 21 Mei 2017 di komplek Dayah Al-Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh dari beberapa waktu yang lalu, di mana ribuan alumni dari berbagai daerah dan kalangan memadati Komplek Dayah untuk mengikuti acara dengan penuh khidmat.

    Saat ini dayah tersebut menampung sekitar 1.300 santri Putra dan 890 santri putri yang dikarantinakan pada dua lokasi terpisah.

    Al-Madinatuddiniyah Babussalam Putra berdiri di atas tanah dengan luas 1 hektar, terletak di desa Kuala Jeumpa. Sementara Al-Madinatuddiniyah Babussalam Putri terletak di Desa Blang Bladeh dengan luas area 800 Meter persegi.

    Di sela-sela rutinitas dalam mengasuh Dayah, beliau juga terlibat aktif dalam berbagai forum dan kegiatan.
    Sebut saja dalam bidang diskusi keagamaan atau muzakarah misalnya, beliau dan ulama-ulama Aceh lainnya selalu berada di panggung utama sebagai pemateri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi ummat.

    Sebagai salah satu ulama sepuh di Aceh, beliau terlihat sangat loyal terhadap Mazhab Syafi’i, di mana beliau tetap bersikukuh untuk berpegang dengan pendapat yang kuat dalam Mazhab Syafi’i sekalipun harus berbeda dengan sebagian ulama lainnya, seolah beliau ingin berpesan kepada kita :
    “beginilah seharusnya bermazhab”.
    Di organisasi, beliau aktif di Dewan Majelis Syuyukh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh, Majelis Syura Inshafuddin Provinsi Aceh, Penasehat Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan beliau juga tercatat bersama 7 ulama lainnya sebagai Anggota Majelis Tuha Peuet Lembaga Wali Nanggroe Aceh periode 2016-2021.

    Di samping aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, Abu Tumin juga sangat peduli dalam hal berbangsa dan bernegara. Dalam kesibukannya yang luar biasa, beliau masih menyempatkan diri menganalisa keadaan bangsa dan memberikan solusinya.

    Sebagaimana yang dimuat di beberapa media, pernah suatu ketika Abu diajukan pertanyaan oleh wartawan tentang kondisi Aceh hari ini, dengan bahasa filosofinya yang sederhana tapi sarat dengan makna Abu menjawab :
    “Malakat kana lam jaroe, tuah kana bak droe, tapi lagee-lagee hana ta tu’oh peutimang” maksudnya “perdamaian dengan segala hal yang melekat di dalamnya, seperti MoU Helsinki dan UUPA adalah salah satu malakat dan tuah yang dimiliki Aceh saat ini dan ini menjadi jembatan untuk Aceh menuju masa depan yang lebih cemerlang, tapi sepertinya keistimewaan tersebut malah
    kita sia-siakan”.

    Lebih lanjut ABU menuturkan saat ini Aceh membutuhkan sosok pemersatu yang mampu menyatukan seluruh elemen masyarakat dan sanggup memupuk persatuan antara ulama dan Umara dalam membangun Aceh, seperti yang telah dipraktikkan oleh indatu kita pada masa Iskandar Muda.

    Ketika ulama dan Umara berjalan sendiri-sendiri maka dengan sendirinya umat akan terkotak menjadi dua bagian. Tetapi ketika ulama dan umara sudah bersatu maka yang lahir hanyalah satu keputusan dan umat pun akan bersatu dalam satu keputusan.

    Pada masa Iskandar Muda, ulama dan umara bersanding untuk membangun Aceh bukan malah bersaing maka lahirlah istilah “Adat bak Poe Teumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala” sebagai simbol persatuan dua kekuatan yaitu umara dan ulama. Padahal, masih menurut ABU “watak masyarakat Aceh dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, yang berubah adalah perangai nya disebabkan pengaruh budaya Global”.

    Kemudian beliau merincikan tiga macam watak masyarakat Aceh yaitu : Geunaseh (pengasih) Seutia (setia) Beuhe (berani).

    Sebagai ulama kharismatik yang lahir sejak masa penjajah, Abu Tumin menilai, ketiga watak yang melekat pada masyarakat Aceh ini merupakan aset yang bisa kita gunakan sebagai landasan untuk embangun aceh.

    Tapi Aceh yang tidak dipecah-pecah ke dalam bagian-bagian kecil, sehingga identitasnya hilang papar beliau. Karenanya, dalam banyak kesempatan beliau selalu mengingatkan tentang pentingnya persatuan, lebih-lebih lagi persatuan antara ummat dan ulama. Beliau sangat mengecam oknum-oknum yang ingin memisahkan ummat dari ulama. Sebagaimana yang pernah beliau sampaikan dalam Acara Muzakarah Ulama se-Aceh yang diadakan di Paya Pasi tahun 2016 silam.

    Kata beliau “Apabila ada pihak-pihak yang hendak memisahkan masyarakat muslimin Aceh dengan ulama, nyan beuneuteupue racon bagi droneuh, nyoe peusan, nyoe peusan, nyoe peusan dari ulon tuan”, lanjut beliau lagi “apabila teuma masyarakat nyoe ka meupisah ngon ulama, yang poh ulama adalah ureueng Aceh sendiri” tutur beliau di depan ratusan masyarakat pada acara tersebut.

    Kepedulian dan kepiawaian belia dalam segala bidang ini membuat sosok Abu Tumin dijadikan rujukan oleh sebagian besar masyarakat dan pemerintah Aceh, bahkan dari kalangan apapun ketika berkunjung ke Aceh, serasa belum lengkap jika belum bersilaturrahmi dengan beliau.

    Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya sendiri nama beliau termasuk salah satu yang dijadikan tujuan pencarian, tapi sayangnya beliau tidak pernah bersentuhan dengan Sosial Media(Sosmed). Kalau ada akun di media sosial baik Facebook, Twitter atas nama beliau maka dapat dipastikan akun tersebut dikelola oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan ABU tidak tahu-menahu tentang hal itu. “Abu berinteraksi face to face tidak melalui facebook” begitu pengakuan salah satu santri nya.

    Kini diusianya yang senja, beliau masih nampak sehat dan segar. Pendengarannya masih sangat jelas, penglihatannya tajam dan pemikirannya pun cukup jernih. Kita berharap semoga beliau senantiasa diberikan umur panjang dan selalu sehat dalam mendampingi ummat fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Aamiin.
    ----------------

    NASEHAT DAN PEUTAMONG
    ABU TU.

    "1 BAK WATE SIFAT MALE HANA DIDUKUNG le BAK SIDROE-DROE MANUSIA, BAK WATENYAN KEUH DERAJAT MANUSIANYA LEUBEH HINA DARIPADA DERAJAT BINATANG".

    "2, Tanyo TASEUMEUBEUT, nyan merupakan TAKEREUJA NIBAK ALLAH ,bek harap gaji bak manusia, tanyo KEREUJA BAK ALLAH PREH GAJI BAK ALLAH".

    "3. TANYOE BEK MEU TABI'AT LAGE TABI'AT ASEE, PHON TA-LET MAKANAN SAMA-SAMA, BAN KANA MAKANAN,
    KA TAPEUKAP SABE KEUDROE-DROE".

    YAA ALLAH panjangkanlah umur ulama2 kami dan dan anugerahkan selalu kesehatan kpda beliau, AAMIIN YAA ALLAH.

    GROP :
    KISAH ULAMA ACEH

    WASSALAM.

    DOC
    Arya
    KISAH ULAMA ACEH
    Gambar mungkin berisi: 1 orang, teks yang menyatakan 'ABU TU MIN BLANG BLAHDEH'